M3KI KU DIGENJOT ADIK IPAR SUAMIKU SENDIRI

PUSAT18+

Keringat dari sekujur tubuh mas Reyhan benar-benar membangkitkan gairahku, istirahat setelah berkebun membuat dirinya begitu perkasa dan aroma tubuhnya yang jantan tidak dapat aku tahan untuk aku hirup. Bahkan kadang kala beberapa kali ketika dia datang aku langsung endus keringat pada ketiaknya, seketika itu juga vaginaku mulai basah maka tentu saja ranjang butut kami menjadi sasaran berikutnya.

“Terus mas, aku masih ingin!”

“Aaaahh..aaaaahh.. mas udah gak tahan.”

Aku pejamkan mata tanda kurang puasnya aku, hal itu bukan tanpa alasan karena hampir dari awal menikah mungkin dapat dihitung berapa kali aku orgasme. Aku tidak menyebut suamiku lemah, tapi mungkin dia tidak sanggup mengimbangi aku kalau sudah sangat bergairah.

Suatu hari kami kedatangan kakak iparku yaitu mas Wahyu, dia ingin tinggal disini karena dia diusir oleh istrinya. Alasannya tak muluk-muluk, rupanya uang yang diberikannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, selain itu juga dia masih memiliki hak atas rumah yang aku tempati bersama mas Reyhan.

Maka kami pun setuju untuk menerima mas Wahyu, walau bagaimanapun dia adalah kakak iparku dan kakak kandung dari mas Reyhan.

Singkat waktu hari sudah pagi dan sudah menjadi kebiasaan kalau pagi hari pasti aku mandi, karena semalam mas Reyhan minta jatah. Dia gak peduli kalau kamar disamping kami tidur sudah ditempati oleh mas Wahyu,
dia hanya bilang tidak apa-apa lagipula mas Wahyu sudah sering melakukannya.

Ketika aku mau membangunkan mas Wahyu, aku mencium bau yang tidak asing dan itu bau sperma, benar saja aku lihat ada celana dalam miliknya yang tergeletak di lantai. Bodohnya aku pegang dan melihat betapa menggumpal sperma miliknya, aku bergidik melihatnya dan segera keluar dari kamarnya.

“Mas Wahyu bangun! Mas Reyhan sudah menunggu buat ke kebun.”

Aku setengah teriak di depan kamarnya dan tak berselang lama dia pun keluar kamar hanya memakai sarung saja, dia pakai hanya sarung saja karena celana dalam yang dia pakai sudah dipakai untuk mengelap
spermanya.

Selagi menunggu mas Wahyu yang ke kamar mandi iseng-iseng aku lihat ke kamarnya, gilanya celana dalam yang berisi sperma tersebut masih ada tergeletak di lantai, ini orang jorok atau gimana pikirku.

Tak lama berselang aku lihat dia keluar kamar mandi dan segera keluar untuk menemui mas Reyhan guna pergi ke kebun bersama, usai dia pergi aku kembali masuk ke kamarnya, bodohnya aku seolah tertegun dengan celana dalam lusuh yang berisi sperma.
“Kentalnya!”

Siang harinya mas Wahyu dan mas Reyhan seperti biasa istirahat dan pulang ke rumah, sebenarnya kemaluanku gatal karena setiap jam segini mas mas Reyhan langsung mengajak aku beradu kelamin penuh nafsu. Tapi karena adanya mas Wahyu, aku mencoba tahan dan bersikap seperti biasa saja.
“Panasnya.”

Aku menelan ludah ketika mas Reyhan dan mas Wahyu membuka baju mereka, badan mereka berdua mengkilap oleh keringat, belum lagi aroma tubuhnya membakar birahiku. Aku tidak bisa menebak bau badan siapa yang membuat aku mabuk kepayang seperti ini, tapi setelah aku pikir-pikir ini adalah aroma tubuh dari mas Wahyu. Terlihat dari ketiaknya yang basah dan terlihat menggiurkan.

“Wahyu, kamu mau ke kebun lagi? Kalau aku sih gak bakalan, panas sekali hari ini.”

“Aku juga gak bakalan kesana lagi mas.”

Mereka berdua memutuskan untuk tidak kembali ke kebun, tak lama berselang mas Wahyu langsung ke kamarnya untuk tidur siang karena dia terlihat lelah. Tapi beda dengan mas Reyhan yang mengajak aku untuk bersilaturahmi kelamin di dapur, dia melakukan itu agar tidak terdengar oleh mas Wahyu, ketika mendesah atau mengerang nantinya. Tentu saja aku tidak menolak, apalagi keringat mas Reyhan yang begitu menggoda siang itu tidak mampu aku tolak.

Pukul 18.30 aku dan mas Reyhan sudah mandi dan menunggu mas Wahyu yang
masih belum bangun dari tidurnya.

“Rey, bangunkan mas Wahyu! Suruh dia makan malam.”

Ketika mas Reyhan menyuruhku, maka dengan cekatan aku langsung menuju kamarnya, betapa kagetnya aku ketika masuk ke dalam kamarnya, aku lihat mas Wahyu sedang mengocok batang kemaluannya.

“Eh, Putri.”

“Mas? Itu disuruh makan sama mas Reyhan.”

Dia terlibat buru-buru memasukkan kemaluannya ke dalam sarung, dan dia keluar memakai kaos oblong milik suamiku.

Selama makan aku masih terbayang akan kemaluannya mas Wahyu yang cukup gemuk, tentu saja berbeda dengan kemaluannya mas Reyhan yang panjang tapi tidak gemuk sama sekali.

Selama satu Minggu mas Wahyu tinggal di rumah kamu, tidak ada yang macam-macam dari dia kepadaku tentunya. Mungkin alasan dia masturbasi seminggu yang lalu adalah karena dia sudah ditinggalkan istrinya.

Satu malam sesudah kami berhubungan badan tiba-tiba saja mas Reyhan berbicara suatu hal dan itu membuatku aku kaget, itu dikarenakan selama dia hari dia harus pergi ke kota untuk menjual hasil panen. Memang

sebenarnya sudah biasa aku ditinggal selama dua hari untuk menjual hasil panen, tapi masa iya aku harus tinggal bersama mas Wahyu berdua saja.

Esok harinya pagi-pagi sekali mas Reyhan sudah bergegas untuk pergi, sementara aku baru memakai daster setelah semalaman digempur tanpa henti oleh mas Reyhan.

“Pergi sekarang mas? Baru juga jam 4 subuh.”

“Iya, kayak gak biasa aja kamu tuh Put.”

Aku lantas tidak tidur lagi dan segera ke kamar mandi, sepintas aku melihat ke kamar mas Wahyu dan masih tertidur tanpa memakai baju. Aku menelan ludah ketika bulu selangkangannya cukup terlihat karena kain
sarung yang dia pakai melorot ke bawah.

Kikuk rasanya ketika aku menyiapkan sarapan untuk mas Wahyu, biasanya aku siapkan untuk suamiku tercinta. Tapi karena dia kakak iparku tentu saja aku harus melakukannya, lagian cuma sarapan saja.

Pagi harinya biasa saja, sampai kejadian yang membuat aku hampir tidak bisa menahan birahiku adalah pada siang hari, karena bagaimana tidak, mas Wahyu yang pulang ke rumah membuka bajunya dan badannya begitu mengkilap akan keringat.

Selepas pulang berkebun, kami pun melakukan hal yang sama kembali sampai aku meminta lagi dan lagi

Aku tatap wajah mas Wahyu sangat dekat dan tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya, tubuhku kini ada dibawah tubuhnya, aku masuk ke dalam sarung yang dia pakai. Daster yang aku pakai sudah tersingkap sedari tadi, aku rasakan kalau penisnya mulai menggesek bibir kemaluanku, lambat laun aku mulai ngangkang dan sedikit demi sedikit penis mas Wahyu masuk secara utuh.

“Aaaahhhh…”
Aku mendesah karena batang kemaluannya benar-benar besar dan panjang, aku perhatikan juga kalau tubuh mas Wahyu sudah berkeringat dan aromanya semakin menjadi saja.

Genjotan demi genjotan dilakukan olehnya penuh semangat, aku hanya bisa pasrah, karena aku tidak munafik sangat menikmati dan tak mungkin untuk mengentikan ditengah permainan.
Sepuluh menit berselang aku perhatikan mas Wahyu menggenjot aku dengan kekuatan penuh, aku rasa dia akan ejakulasi. Karena aku rasakan dia mendekap aku begitu erat, sampai sangat sulit untuk dilepaskan.

“Diluar atau didalam?”

Jawab ku “Diluar!”

Aku jelas berkata seperti itu tapi kenyataannya lain, ketika mas Wahyu hendak ejakulasi, aku justru menahan pantatnya untuk terus menggenjot dan akhirnya dia mengeluarkan spermanya di dalam kemaluanku.

Hangat dan lengket aku rasakan ketika jutaan sperma bersarang di dalam lubang kemaluanku, usai kejadian itu aku menyesal dan langsung pergi ke kamarku, karena kalau aku tetap disana pasti mas Wahyu akan meminta jatah lagi semalaman.

Esok paginya tahu kalau mas Reyhan akan pulang esok hari, maka mas Wahyu benar-benar memanfaatkan situasi, belum juga masak, aku diajak bercinta di ruang tengah. Hal itu belum pernah aku lakukan bersama mas Reyhan, kami mandi bersama dan tentunya dengan tidak melepas penisnya selama kami memakai sabun.

Malam harinya jangan ditanya, kali ini aku benar-benar digagahi olehnya. Bercinta dimulai jam 8 malam, kami baru selesai jam 1 pagi. Entah stamina darimana sampai-sampai aku sanggup melakukannya. Padahal dengan suamiku saja palingan cuma 10 menit.

Siang harinya aku menampakkan wajah ceria karena birahiku sudah terlampiaskan, walaupun dengan kakak iparku, mungkin aku hanya menunggu hasil saja entah itu dari mas Reyhan atau mas Wahyu.

TAMAT.



Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *