Ganasnya Montir Bengkel Diberikan Lobang ABG Sexy Di Hajar Sampai O*g*sm*

PUSATCERITA , Hari itu, dekat jam 3 sore saya bersama sepupuku, Ellen baru saja hingga di rumahnya sehabis jalan- jalan di mall. Separuh jam kami disitu nonton VCD hingga pacarnya yang bernama Winston tiba. Memanglah sih hari itu saya bermain ke mari supaya dapat sekaligus sorenya mengambil mobilku yang lagi di service teratur di suatu bengkel di wilayah Jakarta Timur yang kebetulan tidak sangat jauh dari rumah Ellen.

Cocok sekali dikala itu Winston tiba buat nge- date jadi saya dapat turut menumpang diantar ke bengkel itu. Kamipun berangkat dari rumahnya dengan mobil BMW- nya Winston. Meski tidak sangat jauh tetapi kami sedikit terjebak macet sebab dikala itu jam bubaran.

Yang kukhawatirkan merupakan takutnya bengkelnya keburu tutup, jika begitu kan saya ingin tidak ingin wajib senantiasa menumpang pada Winston sementara itu mereka ingin berangkat nonton serta saya tidak ingin mengusik kebersamaan mereka. Kesimpulannya datang pula kami di bengkel itu pas kala hendak tutup.

“ Wah…udah ingin tutup tuh Ci, mendingan cepetan lari turun, siapa tau masih keburu” kata Ellen.

“ Tanyain dahulu Ci, kita tunggu lu di mari, jika nyatanya belum dapat ambil lu turut kita jalur aja” Winston berikan anjuran.

Akupun lekas turun serta separuh berlari ke arah pegawai yang lagi mendesak pintu.

“ Mas…mas tunggu, jangan ditutup dahulu, aku ingin ngambil mobil aku yang Hyundai warna merah yang dititip kemarin Selasa itu loh!” kataku dengan terburu- buru.

“ Tetapi kita udah ingin tutup non, jika ingin esok balik aja lagi” katanya

“ Mari dong, mas katanya di telepon tadi udah dapat diambil, tolong dong bentar aja yah, aku telah kesini jauh- jauh nih!” desakku

“ Terdapat apa nih, Kos, kok malah ngobrol” kata seseorang laki- laki yang timbul dari samping belakangnya.

Kebetulan sekali laki- laki itu merupakan montir yang menanggulangi mobilku kala saya bawa mobil itu ke mari, orangnya besar serta agak gendut dengan rambut style tentara, umurnya dekat dini 4 puluh, belum lama kuketahui bernama Fauzan, rasanya ia terkategori montir yang lumayan senior di mari.

Akupun kemudian mengutarakan iktikad kedatanganku ke mari buat mengambil mobilku itu padanya. Awal mulanya sih ia pula menyuruhku kembali lagi esok sebab bengkel telah tutup, tetapi sebab terus kubujuk serta kujanjikan bonus duit rokok kesimpulannya ia menyerah pula serta mempersilakanku masuk menunggu di dalam.

Sesungguhnya sih jika bengkelnya dekat dengan rumahku saya pula dapat saja kembali esok, tetapi perkaranya letak tempat ini lumayan jauh dari rumahku serta macet pula, kan BT banget jika wajib 2 kali jalur. Saya melambaikan tangan ke arah Ellen serta Winston yang menunggu di mobil tanda- tanda permasalahan telah beres serta mereka boleh berangkat, merekapun membalas lambaianku serta mobil itu berjalan meninggalkanku.

Pak Fauzan menarangkan padaku tentang keadaan mobilku, ia bilang kalau seluruhnya ok- ok saja, kecuali terdapat suatu onderdil di bagian dasar mobil yang sebentar lagi tidak layak gunakan sebab telah banyak berkarat( sory…aku tidak paham otomotif tidak hanya memakainya, hingga kurang ingat nama onderdil itu).

Sebab memikirkan kenyamanan jangka panjang, saya menanyakan jika bagian itu ditukar saat ini memakan waktu lama tidak, ongkos sih tidak permasalahan. Sehabis berpikir sesaat ia juga mengiyakannya serta menyuruhku duduk menunggu.

Beberapa pegawai serta kasir perempuan telah berjalan ke pintu keluar meninggalkan tempat ini. Di ruangan yang lumayan luas ini tinggallah saya dengan Pak Fauzan dan sebagian montir yang lagi menuntaskan pekerjaan yang tanggung. Sepenuhnya terdapat 4 orang di ruangan ini tercantum saya yang salah satunya perempuan.

“ Masih banyak kerjaannya ya Mas?” tanyaku iseng- iseng pada montir brewok di dekatku yang lagi mengotak- atik mesin depan suatu Kijang.

“ Dikit lagi kok Non, makannya mending dituntaskan saat ini supaya besoknya lebih santai” jawabnya sembari terus bekerja.

Tidak jauh dari tempat dudukku Pak Fauzan lagi berjongkok di sebelah mobilku serta di sebelahnya seseorang rekannya yang hanya nampak kakinya lagi tiduran mengerjakan perkerjaannya di kolong mobil. Nyatanya pekerjaan itu lama pula selesainya, seperempat jam telah saya menunggu. Memandang suasana semacam ini, timbullah benak isengku buat menggoda mereka.

Hari itu saya mengenakan kaos ketat oranye berlengan panjang yang dadanya agak rendah, lekuk tubuhku tercetak oleh baju semacam itu, bawahnya saya mengenakan rok gelap yang menggantung sebagian senti di atas lutut. Hingga tidaklah perihal yang aneh jika para laki- laki itu di tengah kesibukannya kerap mencuri- curi pandang ke arahku, terlebih sesekali saya terencana menyilangkan kakiku.

Saya berjalan ke arah mobilku serta bertanya pada Pak Fauzan:

“ Masih lama ya Pak?”

“ Nyaris Non, ini yang sulit tuh melepas yang lamanya, habis telah berkarat, sesungguhnya sih pasangnya mudah saja, bentar lagi pula beres kok”

“ Butuh aku bantuin gak? Bosen daritadi nunggu terus” tanyaku sembari dengan terencana berjongkok di hadapannya dengan lutut kiri bertumpu di lantai sehingga otomatis paha putih mulusku tersingkap kemana- mana serta celana dalam merahku pula nampak jelas olehnya.

Ia nampak gugup serta matanya tertumbuk ke dasar rokku yang nampak sebab posisi jongkokku. Saya percaya burungnya tentu telah terbangun serta memberontak mau lepas dari sangkarnya. Tetapi saya berlagak biasa saja seakan tidak mengenali lagi diintip.

“ Oohh…ngga…. ngga kok Non” jawabnya terbata- bata.

“ Hhoii…obeng kembang dong” sahut montir yang dari dalam sembari mendesak sofa berbaringnya keluar dari kolong.

Begitu keluar diapun turut terperangah dengan panorama alam indah di atas mukanya itu. Keduanya bengong menatapku tanpa berkedip

“ Mengapa? kok bengong? liatin apa hayo…?” godaku dengan tersenyum bandel.

Setelah itu kuraih tangan sang montir yang lagi tiduran itu serta kuletakkan di paha mulusku, memanglah sih tangannya kotor sebab lagi bekerja tetapi dikala itu telah tidak terpikir perihal itu lagi. Tanpa wajib disuruh lagi tangan agresif itu telah bergerak dengan sendirinya mengelus pahaku sampai hingga di pangkalnya, disitu ia tekankan 2 jarinya di bagian tengah kemaluanku yang masih tertutup CD.

“ Ooohhh…” desahku merasakan remasan pada kemaluanku.

Pak Fauzan menyuruhku berdiri serta didekapnya tubuhku dan langsung melekatkan bibirnya yang tebal serta agresif pada bibir mungilku. Tangannya mengangkut rokku serta menyusup ke dalam celana dalamku.

Temannya tidak ingin ketinggalan, sehabis ia mengelap tangannya ia dekap saya dari balik serta mulai menciumi leher jenjangku, hembusan napas serta lidahnya yang menggelikitik membuat birahiku terus menjadi naik. Payudaraku yang masih tertutup pakaian diremasi dari balik, tidak lama setelah itu kaos Mango- ku beserta bra- ku telah disingkap ke atas.

Kedua belah payudaraku digerayangi dengan gemas, putingnya terasa kian membeku sebab terus dipencet- pencet serta dipilin- pilin.

“ Hei, mengapa tuh, kok ga ngajak- ngajak!” seru sang montir brewok yang memergoki kami lagi berasyik- masyuk.

Montir di belakangku melambai serta memanggil sang brewok buat turut menikmati tubuhku. Sang brewok juga dengan girang mendatangi kami sembari mempreteli kancing pakaian montirnya, kurang dari selangkah di dekatku ia membuka segala pakaiannya.

Wow…bodynya padat berisi dengan dada bidang berbulu serta bulunya turun silih menyambung dengan bulu kemaluannya. Serta yang lebih membuatku terpesona merupakan bagian yang mengacung tegak di dasar perutnya, tentu tidak terlukiskan rasanya ditusuk barang sebesar pisang raja itu, rupanya gelap dengan kepala penis kemerahan. Ia berjongkok di depanku serta memelorotkan rok serta celana dalamku.

“ Wah, asik jembutnya item rimbun banget, gua sangat suka memek kaya ini” sang brewok mengomentari vaginaku.

Pak Fauzan serta temannya juga mulai melepasi pakaiannya tiap- tiap sampai bugil. Terlihatlah batang- batang mereka yang telah mengencang, tetapi saya senantiasa lebih suka kepunyaan sang brewok sebab terlihat lebih menggairahkan, kepunyaan Pak Fauzan pula besar serta berisi, tetapi tidak sangat berurat serta sekeras sang brewok, sebaliknya memiliki temannya cukup panjang, tetapi biasa saja, standarnya pribumi Indonesialah. Saya sendiri tinggal mengenakan kaos ketat serta bra- ku yang telah tersingkap.

Kaki kiriku dinaikan ke bahu sang brewok yang berjongkok sembari melumat vaginaku. Sahabat Pak Fauzan yang dipanggil‘ Zul’ itu menopang tubuhku dengan mendekap dari balik, tangannya terus beraktifitas meremas buah dada serta pantatku sembari memainkan lidahnya di lubang telingaku. Pak Fauzan sendiri saat ini lagi menetek dari buah dada kananku. Saya menggelinjang dahsyat serta mendesah tidak karuan diserbu dari bermacam arah semacam itu. Tanganku menggenggam penis Pak Fauzan serta mengocoknya lama- lama.

“ Oookkhh…jangan sangat keras” rintihku sembari meringis kala Pak Fauzan dengan gemas menggigiti putingku serta menariknya dengan mulut, secara refleks tanganku menjambak pelan rambutnya.

Sedangkan sang brewok di dasar situ menyedoti dalam- dalam vaginaku seakan ingin ditelan.

Ia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku sehingga berikan sensasi geli yang luar biasa padaku, klitorisku pula ia gigit pelan serta digelikitik dengan lidahnya. Pokoknya sangat susah dilukiskan dengan perkata betapa nikmatnya dikala itu, jauh lebih nikmat dari mabuk anggur manis.

Saya menengokkan wajah ke samping buat menyongsong Zul yang ingin melumat mulutku. Lihai pula ia berciuman, lidahnya menjilati lidahku serta menelusuri rongga mulutku, nafasku semacam ingin habis rasanya.

Setelah itu mereka membaringkanku di sofa buat tiduran di kolong mobil itu( whateverlah namanya saya tidak ketahui nama benda itu^_^;). Zul langsung mengambil posisi di selangkanganku, tetapi lekas dicegah oleh Pak Fauzan yang menginginkan jatah lubang lebih dahulu.

Sehabis dibujuk- bujuk Zul juga kesimpulannya mengalah dari Pak Fauzan yang lebih senior itu. Selaku gantinya ia mengambil posisi di dekat kepalaku serta menyodorkan penisnya padaku. Kumulai dengan menjilati batang itu sampai basah, kemudian buah zakarnya kuemut- emut sembari mengocok batangnya.

Meski agak bau tetapi saya sangat menikmati oral seks itu, saya bahagia buatnya mengerang nikmat kala kujilati lubang berkemih serta kepala penisnya. Pak Fauzan yang telah berakhir dengan pemanasan dengan menggesekkan penisnya pada bibir vaginaku saat ini telah memusatkan penisnya ke liang senggamaku.

Saya menjerit kecit kala barang itu menyeruak masuk dengan sedikit agresif, berikutnya ia menggenjotku dengan gerakan buas. Saya meresapi tiap detil kenikmatan yang lagi menyelubungi tubuhku, terus menjadi bergairah pula saya mengemut penis sang Zul, kumainkan lidahku di sekujur penis itu buat menaikkan kenikmatan pemiliknya.

Ia mengerang keenakan atas perlakuanku yang memanjakan‘ adik kecil’ nya. Rambutku diremas- remas sembari mengatakan:

“ Oooh…terus Non, lezat banget…. yahhh!”

Tanganku yang lain tidak tinggal diam turut mengocok memiliki sang brewok yang pada dikala yang sama lagi melumat payudaraku. Ia sangat menikmati tiap jengkal payudaraku, ia menghisapnya kuat- kuat diselingi gigitan- gigitan yang meninggalkan jejak merah di kulitnya yang putih.

Sangat kagum saya dengan penisnya dalam genggamanku, yang betul- betul keras serta perkasa membuatku tidak tabah mau lekas mencicipinya. Hingga saya membebaskan emutanku pada penis Zul serta mengatakan pada sang brewok:

“ Mari dong Mas, gua ingin nyepong kontolnya!”

Sang brewok langsung mengambil alih Zul serta menyodorkan penisnya padaku. Hmm…inilah yang kutunggu- tunggu, saya langsung membuka lebar- lebar mulutku buat memasukkan barang itu. Pasti saja tidak memuat sepenuhnya di mulut mungilku malah terasa sesak. Sang Zul menggosok- gosokkan penisnya yang basah ke wajahku.

Sembari dioral, tangan sang brewok yang agresif serta berbulu itu meremasi payudaraku dengan brutal. Di sisi lain, Pak Fauzan membebaskan sepatu bersol besar yang kupakai, kemudian menaikkan kedua tungkaiku ke bahu kirinya, sembari menggenjot ia pula menjilati betisku yang lembut. Saya betul- betul terbuai oleh kenikmatan main keroyok semacam ini.

Seketika kami terhenti sejenak sebab terdengar suara pintu di buka dari dalam serta keluarlah seseorang yang cuma mengenakan singlet serta celana pendek, badannya agak kurus serta berumur sepantaran dengan Pak Fauzan dengan jenggot semacam kambing. Saya berupaya mengingat- ingat orang ini, kayaknya sempat amati lebih dahulu, ooohh…iya itu kan montir yang mendengar serta mencatat permasalahan yang kuceritakan tentang mobilku kala saya membawanya ke mari.

Kayaknya ia baru mandi sebab rambutnya masih basah serta acak- acakan. Lebih dahulu ia agak terperanjat dengan apa yang ia amati tetapi setelah itu ia mendekati kami

“ Weleh- weleh…gua padat jadwal mencuci pakaian di balik, lu- lu malah pada enak- enakan ngentot” katanya“ lho, ini kan sang Non menawan yang mobilnya diservis itu!”

“ Udah jangan banyak omong, ingin ikutan ga!” kata sang brewok padanya

Buru- buru sang montir yang bernama Joni itu membebaskan celananya serta kulihat penisnya bagus pula wujudnya, besar dengan otot yang melingkar- lingkar.

3 saja belum berakhir telah tiba satu lagi, tambah berat deh PR gua, demikian kataku dalam hati. Pak Joni mengambil posisi di sebelah kananku, tangannya menjelajahi kemana- mana seolah khawatir tidak kebagian tempat. Buah dada kananku dibetot serta dilumat olehnya hingga terasa perih. Saya mengerang sejadi- jadinya antara kesakitan serta kenikmatan, terus menjadi lama terus menjadi liar serta tidak terkontrol.

Pak Fauzan dibawah situ kian memesatkan frekuensi genjotannya pada vaginaku. Lambat- laun saya tidak mampu lagi menahan cairan cintaku yang terus menjadi membanjir. Di ambang puncak saya terus menjadi berkelejotan serta tanganku terus menjadi kencang mengocok 2 batang penis di genggamanku ialah kepunyaan Pak Joni serta Bang Zul.

Zul pula menggeram kian keras serta crot…crot…cairan putih kentalnya menyemprot serta berceceran di wajah serta rambutku. Sedangkan otot- otot kemaluanku berkontraksi kian kilat serta cairan cintaku juga tidak terbendung lagi. Saya sudah menggapai puncak, tubuhku mengejang hebat diiringi erangan panjang dari mulutku, tetapi ia masih terus menggenjotku sampai tubuhku merenggang kembali.

Sehabis ia cabut penisnya, diturunkannya pula kakiku.

“ Gantian tuh, siapa ingin memek?” katanya

Sang brewok langsung mengambil alih letaknya, lebih dahulu ia menjilati serta menyedot cairan vaginaku dengan rakus bagaikan menyantap semangka.

Pak Fauzan menaiki dadaku serta menjepitkan penisnya yang telah licin diantara payudaraku. Ia memaju- mundurkannya semacam yang ia jalani terhadap vaginaku, tidak hingga 5 menit, spermanya muncrat ke muka serta dadaku, kaosku yang tergulung pula turut kecipratan cairan itu. Pak Fauzan mengelap spermanya yang berceceran di dadaku hingga menyeluruh sehingga payudaraku terlihat mengkilap oleh cairan itu. Kujilati mani di dekat bibirku dengan memutar lidah.

Sang brewok memohon ubah style, kali ini ia tiduran di sofa montir. Tanpa diperintah saya merendahkan badannya sembari membuka lebar liang senggamaku dengan jari. Tanganku yang lain membimbing batang itu merambah liang itu. Saya menggigit bibir serta mendesis dikala penis itu mulai tertancap di vaginaku.

Sampai kesimpulannya segala batang itu terisap oleh liang surgaku, rasanya sangat sesak serta sedikit perih dijejali barang sekeras serta sebesar itu, saya bisa merasakan urat- uratnya yang menonjol itu bergesekan dengan bilik vaginaku. Saya belum pernah menyesuaikan diri, ia telah menyentakkan pinggulnya ke atas, secara refleks saya menjerit kecil. Sekali lagi ia sentakkan pinggulnya ke atas hingga akupun turut menggoyangkan tubuhku naik- turun.

Mataku merem- melek serta kadang- kadang tubuhku meliuk- liuk saking nikmatnya. Kuraih penis Pak Joni di sebelah kiriku serta kukulum dengan bernafsu, begitu pula dengan penis Pak Fauzan, batang yang lagi keletihan itu kukocok- kocok supaya bertenaga lagi, sisa- sisa spermanya kujilati sampai bersih. Kurasakan terdapat 2 jari merambah anusku, mengoreki kemudian bergerak keluar- masuk di situ, saya menengok ke balik nyatanya pelakunya Bang Zul yang entah kapan telah di belakangku.

Bisa jadi sebab ketagihan dikaraoke olehku, Pak Joni memegangi kepalaku serta menekannya pada selangkangannya, kemudian ia maju- mundurkan pinggulnya semacam lagi bersenggama. Saya pernah gelagapan dibuatnya, kepala penis itu sempat memegang tekakku hingga nyaris tersedak.

Tetapi perihal itu tidak kurangi keaktifanku menggoyang tubuhku serta mengocok penis Pak Fauzan dengan tangan kiriku. Payudaraku yang turut bergoyang naik- turun tidak sempat hening dari jamahan tangan- tangan agresif mereka. Kayaknya Bang Zul ingin main balik sebab ia melebarkan duburku dengan jarinya serta sejenak setelah itu saya merasakan barang tumpul yang tidak lain kepala penisnya melesak masuk ke dalamnya.

Ketiga lubang senggamaku penuh telah terisi oleh 3 penis. Penis Pak Joni dalam mulutku kian bergetar serta pemiliknya juga kian gencar menyodok- nyodokkannya pada mulutku sampai kesimpulannya menyemprotkan spermanya di mulutku. Belum habis semprotannya ia menarik keluar barang itu( thank god, kesimpulannya dapat menghisap hawa fresh lagi) sehingga sisanya menyemprot ke wajahku, wajahku yang telah basah oleh mani Bang Zul serta Pak Fauzan jadi tambah belepotan oleh spermanya yang lebih kental dari kepunyaan 2 orang lebih dahulu.

“ Aahh…aahh…dikit lagi Bang!” desahku sebab telah hendak klimaks lagiCairan cinta terasa terus mengucur membasahi rongga- rongga kemaluanku bertepatan dengan penis sang brewok yang terasa kian membesar serta sodokannya yang kian gencar. Otot- ototku mengencang serta desahan panjang keluar dari mulutku akibat orgasme panjang bersama sang brewok. Cairan hangat serta kental menyemprot nyaris semenit lamanya di dalam lubang vaginaku.

Kesimpulannya tubuhku kembali merenggang serta jatuh telungkup di atas dada yang bidang berbulu itu dengan penis masih menancap, sedangkan dari balik Bang Zul masih getol menyodomiku tanpa mempedulikan kondisiku hingga ia menumpahkan spermanya di anusku 5 menit setelah itu. Sehabis istirahat 5 menit, Pak Fauzan mengangkut tubuhku diatas kedua tangannya serta membawaku ke ruangan lain yang merupakan tempat pencucian mobil bersama sahabatnya.

“ Eh, ingin mengapa lagi kita nih Pak?” tanyaku heran

“ Kita ingin cuci Non dahulu soalnya telah lengket serta bau peju sih” jawabnya sembari nyengir, setelah itu memerintah sang brewok buat mempersiapkan selang air.

Pelan- pelan ia turunkan saya, tetapi saya masih belum mampu berdiri sebab masih lemas sekali, jadi saya cuma duduk bersimpuh saja di lantai marmer itu.

“ Bajunya dilepas aja Non supaya tidak basah” katanya sembari membantuku membebaskan kaosku yang tergulung.

Saya saat ini sudah telanjang bundar, cuma jam tangan, anting, serta seuntai kalung perak dengan leontin huruf C yang masih tersisa di tubuhku. Sang brewok menyalakan krannya serta memusatkan selang itu padaku.

“ Awww…dingin!” desahku manja merasakan dinginnya air yang menyemprot padaku

Pak Joni membebaskan singletnya serta bersama 2 orang yang lain mendekati tubuhku yang masih disemprot sang brewok, ketiganya mengerubungi tubuhku sembari tertawa- tawa. Saya kemudian diberdirikan serta didekap mereka, tangan- tangan mereka menggosoki tubuhku buat membilas ceceran mani yang lengket di sekujur tubuhku semacam lagi memolesi mobil dengan cairan pembersih.

Sebagian menit lamanya sang brewok menyirami kami dengan air dingin sehingga badan kami basah kuyup. Setelah itu ia pula turut bergabung menggerayangiku. Pak Joni mendekapku dari depan, sehabis puas menciumi serta meremas payudaraku ia menaikkan kaki kananku ke pingggangnya serta memasukkan penisnya ke vaginaku, mereka mengerjaiku dalam posisi berdiri.

Pak Fauzan merangkulku dari balik serta tidak henti- hentinya mencupangi pundak, leher serta tengukku. Bang Zul berjongkok meremasi serta menjilati pantat montokku yang terangkat dengan gemasnya. Sang brewok menggerayangi payudaraku yang lain sembari menggelikitik telingaku dengan lidahnya.

Desahan nikmatku terdengar penuhi ruangan itu. Sebagian menit setelah itu Pak Joni klimaks serta menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Ini masih belum berakhir, sebab setelahnya tubuhku mereka telentangkan di atas kap depan suatu sedan bercorak silver metalik serta kembali saya disemprot dengan selang air sampai terus menjadi basah.

Bang Zul membentangkan pahaku serta menancapkan penisnya ke vaginaku. Bisa jadi sebab telah terisi penuh, hingga kala penis itu melesak ke dalamku, terlihat mani kental itu meluap keluar dari sela- sela bibir vaginaku. Saya kembali orgasme yang berulang kalinya, tubuhku menggelinjang di atas kap mobil itu.

Setelah itu tidak lama setelah itu ia juga mencabut penisnya serta menumpahkan isinya di atas perut rataku. Kesimpulannya berakhir pula mereka mengerjaiku, saya terbaring lemas diatas kap, rasanya pegal sekali serta sedikit kedinginan sebab basah. Mereka pula telah kecapean seluruh, terdapat yang duduk mengendalikan napas, terdapat pula yang mengelap tubuhnya yang basah.

Pak Fauzan memberiku suatu Aqua gelas serta handuk kering. Saya menggerakkan tangan menghanduki tubuhku yang basah. Sehabis Pak Fauzan serta Bang Zul berakhir memasang onderdil yang tertunda, berakhir pula revisi mobilku. Saya membayarkan biayanya pada Pak Fauzan yang nyatanya masih kerabat dengan owner bengkel ini, pantas daritadi montir lain tunduk padanya.

Saya pula berikan bonus 10 ribu rupiah selaku duit rokok buat dipecah antara mereka berempat. Hingga di rumah saya langsung tidur dengan badan pegal- pegal, janji ke kafe dengan sahabat juga terpaksa kubatalkan dengan alibi tidak lezat tubuh.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *