Larut dalam fantasi terlarang

PUSAT4D – CERITASEX
Elvira memiliki rahasia yang gelap dan menggairahkan. Setiap malam, saat teman sekamarnya, Alya, tertidur pulas, Elvira terbebas untuk mengeksplorasi hasrat terpendamnya. Dengan hati berdebar, Elvira merayapi tubuh Alya, merasakan kenikmatan saat menyentuh kulit halus dan payudara montoknya. Malam demi malam, Elvira larut dalam fantasi terlarangnya, menikmati kenikmatan tubuh Alya tanpa diketahui.

Namun, suatu malam, saat Elvira larut dalam kenikmatan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Alya terbangun di tengah sentuhan Elvira. Awalnya, Elvira panik, takut bahwa rahasianya akan terungkap. Tetapi, alih-alih marah atau ketakutan, Alya justru menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Elvira berdetak kencang.

Alya tahu tentang rahasia Elvira, dan bukannya menjauh, dia justru menarik Elvira lebih dekat. Malam itu, mereka berbagi pengalaman erotis yang intens, saling menjelajahi tubuh satu sama lain. Elvira merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, dan Alya, meskipun awalnya terkejut, menemukan dirinya larut dalam kenikmatan yang sama.

Namun, dengan terbukanya rahasia mereka, pertanyaan-pertanyaan mulai muncul. Bisakah mereka melanjutkan hubungan rahasia ini tanpa ketahuan? Atau akankah hasrat mereka membawa mereka ke jalan yang berbahaya dan tak terduga? Elvira dan Alya terjebak dalam labirin nafsu dan ketertarikan, berjuang untuk menyeimbangkan hasrat mereka dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Elvira, tolong matiin lampu ya setelah kamu selesai belajar nanti?” pinta Alya begitu dia merebahkan diri di atas kasur single itu.

“Ok, Alya,” jawab Elvira singkat.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.10 malam. Alya terpaksa menyerah lebih awal dan mundur dari sesi belajar bersama Elvira. Besok ada kuis di kelas Bu Aisha untuk mata pelajaran Matematika 2. Meskipun sudah banyak latihan yang dikerjakan, rasanya masih banyak yang belum dipahami.

Mereka baru berada di semester kedua. Alya adalah teman sekamar Elvira sejak semester lalu. Dia satu-satunya teman dekat yang Elvira punya di kampus itu. Saat pertama kali tiba di Bogor, Elvira tidak mengenal siapa pun.

Mereka bertemu saat pendaftaran asrama dan ditempatkan di kamar yang sama. Karena Alya juga berasal dari Bekasi, mereka cepat akrab dan lama-kelamaan menjadi sahabat baik.

Elvira melanjutkan belajarnya ditemani radio FM. Siaran ulang sketsa tadi pagi membuat Elvira tersenyum sendiri. Dan tentu saja Elvira menggunakan earphone. Kalau tidak, pasti Alya akan mengomel karena tidak bisa tidur akibat kebisingan.

Asyik menjawab soal, tidak sadar jarum pendek sudah sampai ke angka 2. Elvira menoleh ke kasur Alya. Dia sudah tidur nyenyak. Mungkin sedang bermimpi indah bersama Jungkook, penyanyi favoritnya.

“Sudah waktunya.” Elvira tersenyum.

Lampu dimatikan. Kini kamar mereka hanya diterangi lampu kamar mandi yang kekuningan. Elvira berjalan perlahan mendekati kasur Alya.

Meskipun ini bukan pertama kalinya, hatinya tetap berdebar-debar. Beberapa tetes keringat mulai keluar. Dengan hati-hati Elvira duduk di sebelah Alya. Pinggang Alya dicolek. Tidak ada reaksi. Padahal di situlah bagian yang paling sensitif bagi Alya.

Kemudian Elvira mengangkat sedikit tangan kanan Alya ke atas dan melepaskannya ke bawah. Elvira memperhatikan wajah Alya dengan berdebar-debar.

Tidak ada reaksi.

Yes! Memang sudah pasti tidur nyenyak. Inilah Alya. Kalau sudah tidur, kamar ini terbakar pun dia tidak akan sadar. Susah membangunkan Alya kalau dia sudah tidur nyenyak. Karena inilah, Elvira bebas melakukan apa saja terhadap Alya saat dia tidur.

Ya, Elvira sudah lama mencabuli Alya sejak semester pertama. Dan malam ini entah sudah berapa kali Alya dinodai.

Dengan hati-hati, Elvira berbaring di sebelah Alya. Gerakannya seminimal mungkin. Tubuhnya diiringkan tepat di sisi tubuh montok Alya.

Hnsfff. Aroma lotion krim malam Sofi tercium oleh hidung Elvira. Sedikit bau Coldgate menyelingi aroma harum lotion tadi.

Bau favorit Elvira. Bau yang membangkitkan gairahnya. Bau yang membuat nafsunya semakin bergelora.

Perlahan-lahan Elvira mencium bibir mungil Alya. “Muahhhh.”

Tangan kanannya perlahan memeluk tubuh Alya. Dibiarkan sejenak sambil matanya tajam melihat mata Alya. Masih tertutup rapat.

Kemudian sedikit demi sedikit jari digerakkan ke atas tubuh Alya menuju ke daging pejal di situ. “Alamak. Alya pakai bra pula malam ini,” gumam hatinya. “Mungkin sudah terlalu lelah belajar sampai lupa melepasnya.”

Untungnya bra yang dipakai Alya jenis yang tidak ada kawatnya. Artinya tetap lembut saat diremas. Dengan penuh nafsu, Elvira meremas payudara 34B tersebut. Cukup besar untuk tubuh seorang gadis kecil seperti Alya.

Elvira menikmati payudara itu sepuasnya. Setelah kiri, payudara kanan pula yang diserang. Alya tetap tidak memberikan reaksi meskipun putingnya sudah mulai mengeras. Puting Alya terlihat menonjol meskipun dilapisi bra dan T-shirt.

Namun Elvira menginginkan lebih dari itu. Tangannya turun ke bawah dan menyelinap ke bawah baju Alya. Jari Elvira melewati pusar Alya dan terus ke dada. Tangannya menyelip ke dalam bra yang membalut payudara Alya.

“Hmmph…” erang Alya pelan.

Elvira meremas-remas payudara Alya tanpa lapisan. Memberi lebih sensasi dan membuat nafsunya semakin bergelora.

Kemudian Elvira memijat-mijat manja puting keras Alya bergantian kiri dan kanan. Sebelah tangan lagi mulai menggosok vaginanya sendiri. Lelehan cairan nikmat sudah bisa dirasakan.

Setelah puas meremas, tangannya mencari sasaran berikutnya. Yoga pants yang dipakai Alya menambah kenikmatan Elvira. Elvira mengusap-usap vagina Alya dari luar. Mencari belahan yang tertutup rapat.

Elvira bangun perlahan dan menempatkan posisinya di sebelah kaki Alya. Celana ditarik ke bawah. Dari cahaya redup kamar mandi, samar-samar terlihat celana dalam putih berpolka dot ungu menutupi mahkota wanita Alya.

Elvira mencium belahan vagina Alya. Ada sedikit bercak basah. Mungkin rangsangan saat payudaranya diremas tadi.

Celana dalam dilucuti dan terlihatlah benjolan tembam yang menggoda. Licin. Vagina Alya baru saja di-wax minggu lalu. Alya suka vaginanya bersih dan licin. Karena itu wax adalah pilihannya.

Tidak tahan dengan aroma harum, Elvira menjilat belahan vagina itu. Paha Alya yang rapat membuat vaginanya terlihat lebih tembam.

Belahan itu dibuka. Membebaskan klitoris yang tersembunyi di celah vagina. Sedikit menonjol. Alya sudah terangsang! Elvira menjilat sepuasnya karena dia sudah sangat tahu bahwa Alya tidak akan terbangun dari tidurnya. Sudah berbulan-bulan Elvira melakukan perbuatan terkutuk ini terhadap teman sekamarnya.

Beberapa menit kemudian, Elvira bangun lagi dari celah paha Alya. Puas Elvira menjilat vagina tembam tersebut. Berkilat-kilat vagina basah Alya saat dilihat dalam keadaan redup itu. Elvira kembali berbaring di sebelah Alya.

Kali ini giliran dia untuk puas. Kain batik yang diikat rapi itu dilepas lalu dilorot ke bawah, memperlihatkan vaginanya yang sudah banjir. Memang ini pakaian resmi Elvira saat menodai Alya. Atasan putih dan kain batik. Memudahkan pekerjaannya.

Vagina Elvira mulai diusap. Jarinya menekan-nekan klitorisnya yang sudah mengembang. Sesekali tubuhnya seperti tersentak kesedapan. Desahan manja keluar dari mulutnya namun agak pelan. Masih berhati-hati agar Alya tidak terbangun.

Jari Elvira meluncur cepat di celah vaginanya. Nikmatnya seakan tidak berujung. Setelah cukup lama menggosok, Elvira meraih tangan kanan Alya dan menempatkan jari runcingnya di vaginanya.

“Ahhhh,” Elvira mendesah.

Terasa lebih nikmat saat tangan orang lain yang menggosok vagina. Meskipun Elvira yang mengendalikan tangan Alya, namun kenikmatan itu tetap dirasakan.

“Hmm. Alyaaa. Enak Alyaaa….” Elvira berbisik pelan sambil berkhayal. Tangan kirinya rakus meremas payudaranya sendiri. Ditarik-tarik puting tegang itu dan dipijat-pijat sepuasnya. Bergantian kiri dan kanan.

Tangan Alya semakin cepat dikendalikan mengikuti irama Elvira menggosok vaginanya. Berdecit-decit suara erotis yang keluar hasil gesekan cairan kenikmatan yang melimpah.

Tak lama lagi, klimaks Elvira akan tiba. Dia memejamkan mata dan membayangkan aksi panasnya bersama Alya.

Semakin cepat gosokan, semakin keras Elvira mengerang. Dia sadar akan hal itu dan segera mengambil bantal peluk Alya lalu menekannya ke wajahnya.

“AHHHHH, DILAAAAAAA!!!! AAARGHHHHHH!!!” Jeritan kuat dilepaskan di balik bantal itu. Tubuh Elvira menggeliat kesedapan. Tangan Alya dilepaskan. Untung ada kain batik yang dilapisi di bawah paha Elvira karena cairan kenikmatannnya memancar seperti air pancuran. Nikmat kali ini terasa berbeda sekali.

Tubuh Elvira terengah-engah mengambil napas. Terasa basah di kepalanya akibat keringat yang keluar saat aksi tadi.

Tiba-tiba…

“Hmm. Elvirass.”

Mata Elvira terbelalak saat namanya dipanggil.

DILA TERBANGUN?

“Elviraaa.”

Mata Elvira terbelalak ketika namanya dipanggil.

DILA TERBANGUN?

Perlahan-lahan Elvira memalingkan wajahnya ke arah Alya. Jantungnya berdebar kencang, rasanya seperti mau copot saat melihat mata Alya terbuka menatap ke atas. Beberapa detik kemudian, mata Alya kembali tertutup.

“Ahhh. Hmmmm.”

Alya mengerang?

Elvira hanya diam terpaku di sebelah Alya, tidak berani bergerak karena takut Alya akan benar-benar terbangun. Namun, dia merasa aneh dengan reaksi Alya tadi. Tidak pernah sebelumnya terjadi hal seperti ini selama dia melecehkan Alya.

Celana dan celana dalam Alya masih melorot di paha. Saat Elvira memperhatikan lebih teliti, terlihat vaginanya seperti mengembang dan mengempis, serta klitorisnya masih keras dan menonjol.

Tiba-tiba Elvira mendapat ide jahat. Dia mengambil ponselnya yang diletakkan di samping dan mulai menekan ikon kamera. Lampu kilat diaktifkan dan diarahkan ke vagina Alya. Tombol rekam ditekan.

Elvira tidak ingin melewatkan kesempatan langka ini. Selama ini, dia tidak pernah merekam perbuatannya yang bejat itu. Tapi kali ini Elvira tidak ingin menyia-nyiakan momen ini. Klitoris Alya berdenyut-denyut dan dia harus merekam momen indah ini.

“Hmmm. Elvirass. Hmmmm.”

Alya mengerang lagi, tapi matanya masih tertutup rapat. Jelas, Alya sedang bermimpi! Tapi kenapa Alya menyebut nama Elvira? Apakah dia sedang bermimpi tentang Elvira?

Tangan Alya tiba-tiba turun ke bawah dan langsung ke area vaginanya. Jarinya menggosok-gosok perlahan celah asmara itu.

Tidak percaya dengan apa yang terjadi, lensa kamera Elvira yang sedang merekam diarahkan ke wajah Alya. Meski cahaya terang dari lampu kilat kamera menyinari wajah Alya, dia tetap tidak terbangun. Bahkan, gosokan tangannya semakin cepat.

Elvira kembali merekam vagina Alya yang sedang digosok itu. Gosokan tangan Alya semakin cepat. Cairan bening keluar dari lubang vaginanya semakin banyak. Tiba-tiba pantat Alya terangkat dan bergetar.

“Ahhhh, Elvirasss! Ahhhh! Sssssss. Ahhhh!”

Alya mencapai klimaks. Beberapa detik pantatnya terangkat-angkat. Terasa sangat dahsyat klimaks yang dialaminya. Entah mimpi apa Alya sehingga dia klimaks begitu. Lebih mengherankan, nama Elvira disebut-sebut.

“Jangan-jangan Alya mimpi aku??”

Keadaan Alya kembali tenang. Tombol ‘stop’ ditekan dan ponsel Elvira diletakkan kembali di sampingnya. Tampak Alya kembali tertidur pulas seperti tidak ada apa-apa yang terjadi.

Elvira mencium bibir Alya dengan hati-hati. Kemudian dia turun ke bawah dan menjilat sisa-sisa cairan nikmat Alya. “Slrpppp. Slrppp. Ahhhh.” Rakus sekali Elvira menjilat sampai kering.

Setelah puas, perlahan-lahan Elvira menarik kembali celana dan celana dalam Alya. Apa yang akan dikatakan Alya nanti saat terbangun dan melihat vaginanya terbuka?

Elvira pun bangun dan turun dari ranjang Alya, menuju ke ranjangnya sendiri. Rasa lelah masih belum hilang. Rasanya tidak percaya dia berkesempatan menyaksikan Alya masturbasi saat tidur. Rekaman videonya pun ada. Nanti dia bisa menonton kembali peristiwa bersejarah itu.

“Hmm. Alya, Alya. Apa sebenarnya yang kau mimpikan tadi? Kau lesbian juga, ya?” Elvira melamun. Tersenyum sendirian membayangkan berbagai hal yang bisa terjadi jika benar Alya adalah seorang lesbian.

Tanpa sadar, Elvira tertidur.

“Elvira! Elvirass! Bangun!”

Elvira terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat membuatnya sulit untuk bangun.

“Elvira! Kita sudah terlambat! Kuis lagi setengah jam lagi!”

Mendengar kata ‘kuis’, tubuh Elvira langsung bangkit dari ranjang dan dia segera berlari ke kamar mandi. Alya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Elvira yang terburu-buru itu.

Alya sudah siap-siap sejak pagi. Sebelum Subuh dia sudah bangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa pegal. Seakan-akan baru saja selesai berkebun. Tidak mencurigai apa-apa yang terjadi, Alya memaksakan diri untuk bangun dan mandi.

“Mungkin sudah mau menstruasi, ya? Kalau tidak salah lagi 3-4 hari lagi datang,” bisik Alya sendirian.

Tidak sampai 5 menit, Elvira sudah keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa. Alya hanya tersenyum melihat kelakuan Elvira yang panik itu.

“Itulah. Belajar sampai larut malam. Jam berapa kamu tidur semalam?”

“Jam 2 aku sudah menyerah.”

“Confirm nilai kuismu tinggi hari ini. Hehehe.”

Elvira tersenyum mendengar kata-kata Alya dan langsung mengambil baju kurungnya yang tergantung di pintu lemari. Untung dia sudah menyiapkan setelannya semalam. Ngocoks.com

Tanpa pikir panjang, Elvira langsung melepaskan handuk dari tubuhnya dan tampaklah payudaranya yang berukuran 32B. Tubuhnya tidak terlalu gemuk, juga tidak terlalu kurus. Ukuran payudara Elvira terlihat proporsional di tubuhnya. Pria yang melihat tubuh Elvira pasti tergiur.

Alya hanya memperhatikan tubuh telanjang teman sekamarnya itu. Payudaranya lebih besar dari Elvira tetapi bentuknya tidak sebulat payudara Elvira. Payudara Alya sedikit turun dan berisi ke bawah. Mungkin karena sedikit berat dan besar. Terlebih dengan tubuh kecilnya itu, terasa bebannya membawa dua bukit.

Mata Alya turun ke bagian vagina Elvira. Sedikit berbulu namun rapi. Labia minoranya sedikit keluar, dan agak tembam. Berbeda dengan vaginanya yang lebih kecil. Celahnya selalu tertutup tanpa memperlihatkan bagian mana pun. Tidak ada bulu karena Alya melakukan Brazilian wax setiap dua bulan sekali.

Alya menelan ludah dan merasa ada sesuatu di hatinya. Sadar apa yang terjadi, Alya langsung berpaling dan bangun dari kursi. Dia mencoba menjauhkan pikiran yang bermain di kepalanya.

“Astaghfirullah. Apa yang aku lakukan ini? Aku ini perempuan. Tidak mungkin aku bisa horny melihat tubuh perempuan lain.” Alya menggeleng-gelengkan kepala dan langsung berjalan menuju pintu.

“Elvira, aku tunggu di luar ya? Cepat sedikit!”

“Haaa iya, iya. 5 menit!”

“Ye, ye aja kamu 5 menit. Lebih dari 5 menit aku tinggalin kamu!”

“IYAAA. 5 MENIT!”

Elvira terburu-buru memakai pakaian dalamnya. Bra berwarna merah dengan motif renda, full cup. Celana dalam seamless berwarna senada dengan bra-nya. Kemudian dia mengenakan jubah Princess Cut merah muda yang sudah disetrika. Terakhir, dia mengenakan kerudung shawl berwarna soft orange.

Elvira hanya mengenakan basic foundation dan lip balm di wajahnya. Dia memang simpel, tidak suka memakai make-up berlebihan. Diberi anugerah wajah cantik alami, kulit mulus, memudahkan aktivitas sehari-harinya.

“Okay, ayo!” Ajak Elvira kepada Alya yang sedang melamun di koridor. Aroma wangi Elvira mengejutkan Alya. Harum, tetapi tidak terlalu menyengat. MElvira baunya.

“Wanginya. Mau ke kuliah atau kencan?”

“Eiiii. Nanti kucubit. Ayo dah, katanya sudah terlambat.”

Arghhh, stres banget aku!” teriak Alya begitu mereka keluar dari kelas. Hanya beberapa orang siswa yang masih di dalam kelas, berbincang mengenai soal kuis yang baru saja selesai.

“Kenapa lagi nih?” tanya Elvira meskipun dia sudah tahu apa yang membuat temannya itu khawatir.

“Ada beberapa soal yang aku nggak bisa jawab tadi. Padahal semalam udah belajar soal itu,” keluh Alya.

“Alaa. Jangan khawatir. InsyaAllah kita bisa lulus,” hibur Elvira sambil menepuk-nepuk bahu Alya perlahan. “Kamu lain lah. Pandai. Aku ini biasa aja,” ujar Alya yang masih khawatir.

“Enggak lah. Jangan risau ya. Yuk, aku traktir cendol favorit kamu di kantin,” ajak Elvira lagi.

“Eh, nggak usah Vir. Aku sebenarnya ada janji sama Irwan habis ini. Dia bilang mau ajak aku ke kota cari barang,” tolak Alya.

“Ohhh… Dating ya?” canda Elvira sambil mencubit pinggang Alya membuat Alya melompat geli.

“Janganlahhh. Jeles ya? Hehehe. Pacar kamu kan jauh di Bekasi sana,” balas Alya menggoda.

“Ishh udahlah. Pergilah. Aku bisa makan sendiri,” jawab Elvira dengan nada merajuk.

“Alaa merajuk deh. Hehe. Oke, aku pergi dulu ya. Byeee!”

“Yaa. Byeee!”

Elvira memerhatikan kawannya itu berjalan pergi. Sudah biasa ditinggalkan sendirian. Meskipun kadang-kadang cemburu, tetapi Elvira sudah terbiasa. Beruntung Alya punya pacar yang selalu ada untuknya. Berbeda dengan Elvira yang menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarnya.

Elvira mengambil ponselnya dari dalam tas dan membuka aplikasi WhatsApp. Nama ‘Hubby’ yang tertera di layar ditekan.

Bang. Ayang udah selesai kuis nih. Abang lagi ngapain?

Pesan dikirim. Elvira melanjutkan perjalanannya ke kantin. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Tidak sempat sarapan pagi tadi karena kesiangan bangun.

Selesai makan, Elvira berjalan pulang menuju asrama. Dalam perjalanan, ponselnya berbunyi menerima notifikasi. Pesan WhatsApp dibuka.

Sorry sayang. Abang baru selesai kelas nih. Jam 12 nanti sampai rumah.

Elvira tersenyum nakal setelah membaca pesan tersebut. Itu tandanya mereka akan punya waktu luang bersama siang ini. Elvira pun membalas pesan tersebut.

Ayang sendirian nanti. Alya keluar sama pacarnya.

Oh ya? Hehe.

Iya sayang.

Hehe. On nggak on?

Elvira menggigit bibirnya membaca pesan terakhir. Lantas dia cepat-cepat membalas.

Jom?

Jommm.

Setibanya di kamar, Elvira langsung membuka tudung dan pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kurang dari 15 menit sebelum jam 12 siang. Dia tidak mau terlambat. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama.

Selesai mandi, Elvira mengenakan t-shirt muslimah warna merah jambu berlengan hitam. Skirt hitam panjang juga dikenakan. Dan Elvira tidak memakai apa-apa di balik bajunya itu. Tudung panjangnya dikemas rapi.

Pintu kamar dikunci. Jendela ditutup rapat dan diselak. Elvira menarik kursi dari meja belajar dan diletakkan di sebelah ranjangnya. Laptop dikeluarkan dari lemari dan diletakkan di atas kursi tadi. Laptop diatur menghadap ranjang. Earphone juga sudah dicucukkan.

Setelah semuanya siap, Elvira menyalakan laptop dan membuka aplikasi WhatsApp. Melihat pacarnya sudah ‘online’, Elvira pun menekan ikon video. Beberapa dering kemudian, panggilan video dijawab.

“Abangggg. Hehe.”

“Hai sayang. Cantiknya kamu hari ini.”

“Hehe. Muahhh. Kangen banget sama abang.”

“Iya sayang. Abang juga. Udah lama kita nggak video call, ya?”

“Ya. Sorry ya. Ayang lagi sibuk. Muahhh.”

“Tidak apa sayang. Muahhhh.”

“So?”

“So apa?”

“Alya keluar sama pacarnya. Jam 2 nanti ayang ada kelas.”

“Ohhh sendirian ya sekarang?”

“Iya. Hmmmmm.”

“Hmmm kenapa tuh.”

“Tidak banyak waktu ini. Jangan pura-pura nggak tahu.”

“Hehe. Ya udah. Jommm.”

Elvira berbaring miring menghadap laptopnya. Begitu juga dengan Fahmi. Mereka seakan-akan berbaring bersebelahan. Posisi ini membangkitkan gairah bagi pasangan ini. Tudung panjangnya diselak sedikit ke atas supaya Fahmi bisa melihat payudaranya.

“Itu apa yang menonjol tuh?” tanya Fahmi nakal.

“Hmm mana yang menonjol?” balas Elvira dengan nada nakal.

Puting Elvira yang keras menegak menampakkan tonjolan di dada bajunya. Perlahan-lahan Elvira meremas payudaranya sambil memutar-mutar putingnya.

“Arhhhh. Hmmmm,” erang Elvira.

Di layar video sebelah sana, Fahmi sudah mulai menggosok penisnya yang menegang di balik boxernya. Terangsang dengan gaya erotis pacarnya yang kini sudah dikuasai nafsu.

Ramasannya bertambah kuat. Kini kedua belah tangan Elvira memijat-mijat putingnya bergantian dengan meremas payudaranya. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan suara erangan.

“Ahhhh abanggg. Ramas payudara ayang please. Hmmm.”

“Iya sayang. Abang ramas nih. Hmmmm.”

“Sayang… Buka dong. Mau lihat payudara itu.”

“Oke abang.”

Baju muslimah yang dipakai Elvira memiliki 3 kancing di tengah. Satu per satu kancing dibuka. Fahmi menunggu dengan nafsu sambil penisnya digosok cepat di luar boxer. Selesai kancing terbuka, Elvira menyelak bajunya mengeluarkan payudaranya yang montok.

Elvira melanjutkan meremas payudaranya. Terasa lebih nikmat bila tidak dilapisi kain. Putingnya dipencet-pencet kuat. Semakin kuat dipencet, semakin terangsang. Nafsu sudah memuncak. Gairahnya tak lagi bisa ditahan.

“Abanggg. Mau penisnya.” Tanpa ragu, Fahmi melepas boxernya dan penisnya pun terdedah.

“Kangen penis abang. Hmm mau hisap.”

“Hisap aja sayang.”

Fahmi mendekatkan batangnya ke kamera. Kini di layar laptop Elvira tampak batang penis yang keras. Elvira pun merapatkan mulutnya ke layar dan membuat gerakan menjilat.

“Ahhh sayang. Nikmatnya sayang jilat.”

Lidah Elvira semakin rakus mendengar kata-kata Fahmi. Dijilat-jilat bibirnya atas bawah membayangkan seperti penis Fahmi berada di dalam mulutnya. Sungguh seksi dan erotis Fahmi melihat gaya Elvira di layarnya. Walaupun hanya secara maya, tetapi kenikmatannya tetap terasa.

Kemudian Elvira kembali berbaring di atas ranjang dengan telentang. Nafasnya pendek. Bukan karena lelah tetapi karena asyiknya melayani nafsu. Dadanya berombak mengikuti irama nafas. Skirtnya ditarik ke atas.

Tampaklah vagina yang mulai berkilat. Kesan cairan gairah yang melimpah saat blowjob maya tadi. Perlahan-lahan alur vaginanya dielus. Jari telunjuknya licin meluncur mengikuti alur. Terasa seperti tersengat saat klitorisnya tersentuh.

“Ahhhhh,” Elvira mendesah manja.

Fahmi di sebelah sana sudah tidak keruan. Tayangan erotis milik pacarnya membuat penisnya semakin keras. Titik cairan mazi mulai keluar dari ujung kepala penis. Nikmat.

“Abanggg. Gesek penis di vagina ayang.”

“Oke sayang.”

Elvira bangun dari pembaringan. Badannya bersandar di dinding dan dia mengangkang di depan laptop. Bibir vagina mulai terbuka menampakkan alur yang basah. Lubangnya terlihat mengembang dan menguncup menahan gairah. Fahmi juga duduk berlutut di depan laptopnya. Seakan-akan posisi missionary.

“Abang gesek ya sayang…”

“Hmmmm…”

Fahmi mulai mengayun ke depan dan ke belakang. Membayangkan batang penisnya bergesek dengan vagina Elvira. Sementara Elvira mulai menggosok vaginanya ke atas dan bawah. Juga membayangkan jarinya itu sebagai batang penis Fahmi yang menggesek vaginanya. Suara mereka mulai erangan serentak.

“Ahhh abanggg. Ahhhh.”

“Ahh sayanggg. Basah banget vagina sayang. Ahhhh.”

Gosokan vagina semakin cepat. Berdecit-decit suara erotis keluar dari gesekan cairan mazi yang melimpah. Elvira sudah tidak tertahan lagi. Dia butuh lebih dari itu.

“Abanggg. Masukkan penis please. Ayang nggak tahan.”

“Hmm. Ok sayang. Abang masuk ya? Sedia?”

Elvira menyelak vaginanya menampakkan lubang, seakan-akan siap menerima tusukan penis Fahmi.

“Satu… Dua… Tiga… Ahhhhh.”

“AHHHHH.”

Erangan mereka terdengar serentak. Jari tengah Elvira mulai masuk ke dalam lubang vaginanya. Meskipun hanya jari, namun nafsunya membayangkan penis Fahmi yang memasuki lubang vaginanya.

Pantat Elvira bergerak mengikuti irama ayunan Fahmi. Mereka mendesah bersama-sama.

“Aahhh abang. Abangg. Ahhh. Abanggg.”

“Sayangg. Ahhh. Enaknya lubang ketat sayang ini. Ahhh.”

“Enaknya batang penis abang. Penuh rasa di dalam sini. Ahhhh.”

Jari mElvira mulai dimasukkan bersama dengan jari tengahnya. Dua jarinya kini mengorek-ngorek lubang vagina. Sesekali dijolok-jolok. Jarinya semakin cepat menusuk lubangnya. Ayunan penis Fahmi semakin cepat. Elvira hampir mencapai klimaks. Jolokan semakin lama semakin cepat dan ganas.

“ABANGGG. AYANG NAK SAMPAI DAH. AHHHH LAJU LAGIIII!”

Desahan Elvira semakin kuat.

“ABANGG. AHHH. AHHH. AHHHHHHH!”

Pantatnya terangkat tinggi. Paha dikepit. Cairan putih perlahan-lahan keluar dari lubang vaginanya. Air mani mengalir tanda Elvira sudah mencapai klimaks. Napasnya tersengal-sengal. Mata terpejam menikmati nikmat. Fahmi membiarkan sejenak teman wanitanya dibuai nikmat.

Hampir semenit kemudian, paha Elvira terbuka perlahan-lahan. Melekit-lekit vaginanya dengan air maninya sendiri. Matanya mulai terbuka dan melihat ke arah layar. Terlihat Fahmi sedang bersandar sambil menggosok penisnya.

“Maaf abang. Lama banget ayang klimaks. Kasihan abang nunggu.”

“Tidak apa-apa sayang. Seksi banget kamu kayak gitu.”

“Hehe. Biar ayang puaskan abang sekarang.”

“Ok sayang.”

Elvira bangun dan mengambil bantal peluk di sisi lalu diletakkan di tengah-tengah. Tudungnya dirapikan lagi. Kemudian dia memanjat ke atas bantal peluk itu seakan-akan posisi cowgirl. Roknya ditarik ke belakang supaya vaginanya terlihat. Bajunya ditarik ke atas menampakkan payudaranya. Kemudian Elvira mulai menunggang bantal tersebut.

Terpancing dengan aksi Elvira, nafsu Fahmi mulai bangkit lagi dan dia mempercepat kocokan penisnya. Tangannya digenggam erat dan ketat. Kocokan demi kocokan dilakukan dan penisnya semakin mengembang.

Elvira melentik-lentikkan badannya sambil meremas payudara. Layaknya aktris film dewasa, Elvira hanyut dalam perannya. Dia berusaha tampil seksi agar Fahmi lebih terangsang.

“Ohh ya sayang. Cepat lagi henjutnya. Ahhh ahhh.”

“Ya bang. Ahhhh. Ayang lebih cepat lagi ini. Ahhh.”

Pantatnya dihentak-hentak cepat. Payudaranya bergoyang mengikuti irama hentakan. Pemandangan itu membuat Fahmi semakin bergairah dan dia merasa air maninya hampir keluar. Ngocoks.com

“Ahhh sayangg. Sedikit lagi mau keluar. Ahhh.”

“Ok abang. Kasih tahu kalau mau keluar.”

Lancapan semakin cepat. Genggaman diarahkan ke kepala penis.

“Ahh sayang. Mau keluar.”

Tanpa berpikir panjang, Elvira langsung mendekatkan wajahnya di depan kamera. Membayangkan penis Fahmi benar-benar di depan wajahnya. Mulut Elvira dibuka lebar.

“Keluarkan di mulut sayang.”

“AHHH. AHHH. AHHHHHHHH.”

Pancutan demi pancutan dilepaskan ke arah kamera laptop. Wajah erotis Elvira terpampang besar di layar laptop Fahmi, menambah kenikmatan pancutan. Bagaimana tidak, wajah cantik seorang muslimah yang memakai hijab panjang, menampilkan ekspresi gairah seperti bintang film dewasa. Fetish yang mengasyikkan bagi Fahmi.

“Banyak banget abang keluarkan?”

“Soalnya sudah lama tidak keluar, sayang. Hehe.”

“Puas nggak? Muahhh.”

“Puas, sayang. Muahhh.”

“Hmm kapan ya kita bisa ketemu?”

“Nanti pas libur kita ketemu ya?”

“Ok bang. Ayang mau siap-siap nih.”

“Ok sayang. Makasih ya.”

“Makasih juga abang. Muahhh. Baiii.”

“Bai sayang. Muahhh.”

Panggilan video dimatikan. Elvira terbaring kelelahan. Sungguh puas rasanya siang itu. Meskipun hanya melalui video, tetapi dia merasa seperti benar-benar baru melakukan seks. Elvira mencapai ponsel di sebelahnya dan melihat jam yang hampir menunjukkan pukul 1. Hampir 1 jam mereka berasmara secara maya.

Elvira memaksa dirinya bangun untuk membersihkan diri. Tidak mau terlambat ke kelas seperti pagi tadi. Lagipula Alya tidak ada untuk mengingatkannya. Kalau dia tertidur, bisa-bisa dia memang terlewat kelas sore nanti.

Fahmi menekan tombol ‘End Call’ di aplikasi WhatsApp di laptopnya. Kemudian kursor diarahkan ke taskbar di bawah. Aplikasi OBS ditekan lalu diarahkan ke tombol ‘Stop Recording’. Rupanya segala aksi mereka tadi sudah direkam sejak awal oleh Fahmi.

Kemudian Fahmi membuka folder Video di laptopnya. Rekaman tadi dipotong dan ditempel ke dalam folder rahasia. Di dalam folder tersebut, terdapat puluhan rekaman dan ratusan gambar milik Elvira tersimpan rapi.

“Bertambah koleksi aku. Hehe,” bisik Fahmi sendirian sambil tersenyum.

Saat tombol ‘kembali’ ditekan, terpapar beberapa puluh folder lagi dengan nama-nama gadis lain selain Elvira.

Bersambung…

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *