Pengalaman Make M*m*k ABG Teman Sekolah Yang Luar Biasa Seksi Crot Dimana2

PUSATHOT , Hai seluruh, namaku James. Pengalaman pertamaku dengan perempuan terjalin dikala saya duduk di bangku SMU. Di dikala para junior lain padat jadwal belajar buat menemukan nilai serta reputasi bagus di masa sekolah, yang kulakukan merupakan ke warnet tiap hari ditemani rokok serta mi praktis. Saya bersekolah di salah satu sekolah swasta yang lumayan populer sebab kedisiplinannya. So, buat orang sepertiku, keluar- masuk kantor kepsek udah jadi satu perihal yang teratur.

Pagi hari itu saya hingga di sekolah sangat pagi, di dikala kelas masih kosong melompong. Saya memanglah murid teladan, senantiasa tiba sangat pagi buat menyalin PR orang yang tiba berikutnya. Tetapi berhubung pagi itu belum terdapat yang tiba, saya meneruskan tidur di bangku sangat balik kelas. Sialnya, dikala saya belum tertidur nyenyak hingga ngorok telah terdapat aja suara yang mengusik.

“ James!”

Otomatis saya tersentak, bangun serta bersiap buat marahin siapapun yang berani membangunkanku. Tetapi dikala saya memandang orangnya, jangankan marah, saya langsung diam seribu bahasa. Apalagi rasa kantukku lekas menghilang. Seseorang wanita, berambut gelap bergelombang berdiri di hadapan saya. Sandranita Dewi, pimpinan komite ketertiban di sekolah, kakak kelasku sekalian wanita sangat diincar di SMA. Matanya yang cokelat tua menatapku tajam, saya hanya dapat menanggapi gugup.“ A- Ada apa, Kak?”

“ Salah satunya murid yang belum menjajaki ekskul di angkatan ini hanya kalian. Pak Raymond- kepala sekolah- memohon aku mengantarkan ke kalian buat memilah ekskul sangat lelet hari ini, ataupun nilai aktivitas di rapor kalian hendak dikosongkan.”

Yah, di sekolahku memanglah tiap murid wajib mengambil satu aktivitas ekskul ataupun rapor tidak hendak diberikan sebab tidak terdapat nilai aktivitas, saya menelan ludah serta mengangguk pelan.“ Baik, Kak.” Sandra berjalan ke arah pintu kelas, serta menoleh dikala saya memanggilnya.“ Kakak… ikutan ekskul apa?”

Bibir tipis Sandra melengkung, membagikan saya senyuman sinis serta dia mengatakan saat sebelum berangkat.“ OSIS, kalian ga bakalan kokoh buat bertahan sebulan aja di ekskul Aku, jika dapat Aku kasih hadiah deh.” Ia mengedip sekali ke saya saat sebelum berangkat meninggalkan kelas.

Kembali sekolah, saya langsung mengantarkan atensi saya buat masuk OSIS kepada Pak Raymond. Dia menertawakanku habis- habisan, tetapi pada kesimpulannya merekomendasikan pula saya pada Ricky, sang pimpinan OSIS. Saya formal jadi anggota OSIS keesokan harinya. Tiap hari, saya wajib stay di sekolah serta mencermati rapat hingga sore. Edan, Sandra kokoh banget, udah ngikutin komite ketertiban, masih aja jadi anggota OSIS. Tetapi sebab penasaran dengan hadiah dari Sandra, saya memutuskan buat bertahan.

Satu bulan terasa bagaikan neraka, tetapi pada kesimpulannya saya sukses bertahan. Saya telah nyaris melupakan obrolan dengan Sandra sebab banyak aktivitas yang kuterima di OSIS. Sekolah kami mempunyai Kerutinan membuat Old& New School Party tiap pergantian tahun, serta tiap anggota OSIS ditugaskan mencari serta bawa perlengkapan. Hingga sesuatu sore, waktu keluar dari ruang rapat, Sabdra menghampiriku.

“ Hebat pula lo, gue ga nyangka lo bakal bertahan di mari sepanjang sebulan, murid sangat tidak disiplin di sekolah ini.”

Buset dah, perasaan bulan kemudian ia masih memakai bahasa sopan Saya- Kamu. Saya pernah kebimbangan wajib menanggapi apa, tetapi memberanikan diri pula buat senyum serta menanggapi.“ Kan Kakak nantangin saya, hingga nawarin hadiah seluruh. Jadi dapat dibilang alasanku masuk serta bertahan di OSIS itu gara- gara Kak Sandra.”

Ia berjalan mendekat serta menoyor kepalaku. Bibirnya melengkung, kali ini bukan senyuman sinis yang kuterima tetapi cengiran manis bercampur malu.“ Gom- bal.”

Obrolan kecil kami bersinambung sepanjang separuh jam saat sebelum saya kesimpulannya pamit. Saat sebelum berangkat, Sandra berbisik ke telingaku dengan nada menggoda.“ Hadiahnya esok di ruang rapat.” Rasanya jantung saya menyudahi berdetak sepanjang sedetik. Saya tersenyum kaku serta kami juga berpisah.

***​

Rapat OSIS kali ini mengambil tempat di salah satu kelas. Ricky, sang pimpinan OSIS lagi padat jadwal menarangkan prosedur kegiatan. Saya duduk bareng Sandra( satu meja dengan 2 bangku) di bagian sangat balik, tanpa terdapat orang lain di barisan kami. Seluruh anggota padat jadwal mencermati dengan mengambil posisi bagian depan. Sedangkan mataku sendiri telah nyaris menutup sebab bosan. Sesungguhnya dikala masuk ke ruang rapat, saya telah sangat bergairah menanti hadiah dari Sandra. Tetapi sehabis separuh jam ia diam aja, saya juga mulai melipat tangan serta melekatkan kepala ke meja, bersiap tidur.

“ James…” Terdengar suara Sandra manggil saya.

“ Mmhh.” Saya menggumam malas tanpa membuka mata.

“ James…”

“ Ngghh…” Saya menanggapi lagi, masih dengan keadaan separuh sadar.

“ James! Idih, nyebelin.”

Suara Sandra menghilang, serta saya telah bersiap hanyut ke alam mimpi dikala terdengar suara yang asing. Srettt!. Awal mulanya saya masih belum ngeh, tetapi dikala saya merasakan angin dingin menerpa selangkanganku… mataku lekas terbelalak. Saya mengangkut kepala serta memandang Sandra, yang saat ini tersenyum ke arahku. Tangan kananannya jadi penumpu di pipinya, tetapi tangan kirinya saat ini sudah berpindah tempat ke zona selangkanganku. Suara tadi… merupakan suara resleting celana SMA- ku.

“ Masih ingin hadiahnya tidak?” goda Sandra. Ia baru aja melorotin CD- ku, serta mendengar godaannya barusan telah tentu saya selaku lelaki wajar mulai ereksi. Matanya mencuri pandang ke arah penisku yang mulai berdiri.“ Bawah mesum… baru dibilangin gitu udah naik, hihihi.”

Saya cepat- cepat menoleh ke kiri serta ke kanan, takut- takut jika terdapat yang ngeliat. Tetapi semacam yang telah kujelaskan tadi, seluruh orang memilah duduk di bagian depan serta padat jadwal mencermati uraian Ricky. Saat ini saya menyadari alibi Sandra menarikku buat duduk di bagian balik tadi. Jantungku berdetak 2 kali lipat lebih kilat. Saya menelan ludah dengan sulit payah serta mengangguk.

Dikala seperti itu Sandra mengawali aksinya. Awal mulanya, ia hanya mengelus batang penisku dengan telapak tangannya yang halus. Darahku berdesir, bagaimanapun pula itu pengalaman pertamaku dijamah seseorang wanita… di tempat itu pastinya. Sandra mengelus penisku, dari batang sampai kepala, serta memainkan jemarinya yang lentik di ujungnya, kemudian dengan cekatan menyikat bagian sensitif di bagian antara kepala serta batang penisku. Shit, saya udah tegang setegang- tegangnya waktu itu.“ Santai aja kali James, napasnya.”

Saya baru saja menyadari napasku mulai tidak tertib. Sandra tergelak serta membuatku lekas menoleh ke arah lain, gengsi rasanya jika mupengku dilihatnya. Tetapi sensasi yang kurasakan di dasar situ membuatku ingin tidak ingin mencuri pandang serta mendesis. Tangan Sandra yang semula cuma mengelus mulai menggenggam batang penisku, saya dapat merasakan sela- sela jemarinya yang lentik, serta gimana metode ia merapatkan jarinya sampai membungkus penisku. Dia mulai menggerakkan tangannya, mengocok penisku pelan- pelan ke atas serta ke dasar. Lezat sekali rasanya.

Senyum Sandra melebar memandang reaksiku. Ia mulai menggoda dengan memelankan ritme kocokannya sesekali, kemudian mengencangkannya sehabis sebagian dikala. Tidak kurang ingat jemarinya mengerat serta mengendur, membuat batang penisku terasa semacam dipijat- pijat.“ Idih James… kian gede aja nih burung lu di tangan gue, lezat banget ya?”

Saya tidak menanggapi, cuma mengangguk pelan. Sandra meneruskan aksinya lagi, kali ini dia menyudahi sebentar dengan kocokannya di batang penisku serta mulai memasukkan tangannya lebih jauh ke dalam celanaku, memegang serta membungkus buah zakarku dengan telapak tangannya yang lembut serta hangat saat sebelum dia mulai mengocoknya. Shit, suaraku nyaris keluar. Saya menggigit lidah serta mendesis. Kayaknya dia tidak puas dengan cuma mengelus serta mengocok bola- bolaku, kuku- kukunya sesekali kurasakan menusuk zona dekat situ, menghasilkan sensasi sakit sekalian nikmat yang tidak bisa kujelaskan.

Sehabis puas bermain di sana, tangannya kembali berpindah menggenggam batangku. Kali ini, ia mengocoknya dengan kokoh, dari pangkal sampai kepala penisku yang telah memerah. Dengan tertib ritmenya naik dari pelan sampai besar, hingga saya dapat memandang cairan bening mulai keluar dari kepala penisku, serta lama- lama tetapi tentu menimpa tangan mulusnya. Sandra yang turut memandang itu terus menjadi semangat mengocok batang kejantananku. Rasanya saya dapat terserang anemia sebab segala darahku tentu udah berkumpul di zona selangkangan.

Lambat- laun pertahanan gue mulai melemah. Sadar dengan itu, Sandra menyikut jatuh pensilnya, kemudian menunduk serta berpura- pura mengambil pensil sementara itu yang dikerjakannya di dasar situ sangat berbeda. Ia mendekatkan bibirnya yang tebal serta mencium kepala penis gue, apalagi menjilatnya dengan lidahnya. Pemikiran matanya dikala tatapan kami berjumpa sangat berbeda dengan umumnya, erotis serta menggoda. Ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya serta menghisapnya kuat- kuat.

Saya tidak mampu lagi menahan lahar putih yang tersembur keluar dari kepala penisku langsung ke mulut Sandra. Penisku berkedut tiap kali spermaku tersembur keluar. Sensasi hangat mulut Sandra, serta lidahnya yang tidak menyudahi memicu penisku terus menjadi membuat semburannya merajalela. Sedangkan saya bersandar ke sofa serta menikmati gelombang kenikmatan yang tersisa, Sandra lekas menaikkan kepalanya ke tempat semula serta mengambil botol minum, meneguk air putih serta menelannya sekalian dengan spermaku yang terdapat dalam mulutnya.

PUSATHOT , Pas dikala itu, suara pemimpin rapat terdengar, mengisyaratkan selesainya rapat. Dengan cuek Sandra mencapai tasnya serta berjalan ke arah pintu kelas. Saat sebelum meninggalkan ruangan, dia tersenyum ke arahku serta melekatkan jari telunjuknya ke bibirnya. Berakhir? Tidak, saya ketahui kelanjutan hubunganku dengannya baru hendak diawali.

Tidak terasa saya telah jadi anggota OSIS sepanjang satu semester. Semenjak dikala itu hubunganku serta Sandra begitu dekat, walaupun kami belum melaksanakan perihal yang lebih jauh dari itu. Nyaris tiap kali rapat berlangsung, saya tidak dapat berkonsentrasi sebab segala perhatianku hendak terfokus pada penisku yang terus menerus dirangsang oleh Sandra. Ia pula nyatanya begitu menggemari menggodaku, sampai kesimpulannya spermaku hendak meledak di mulutnya berulang kali selaku akhir dari itu seluruh. Tetapi senantiasa saja, dia belum memperbolehkanku menyentuhnya, apalagi menciumnya saja tidak.

Libur natal baru saja berakhir dikala itu, saya masuk ke dalam ruang rapat dengan bermalas- malasan. Sangat tubuhku masih letih sebab tidur sampai larut malam menyaksikan anime semalaman. Semacam biasa bangku balik jadi pilihanku, serta telah tentu Sandra sudah hingga di situ duluan. Dia langsung memberikanku cengirannya kala saya mengambil tempat di sebelahnya.“ Pagi James, gimana liburan kemarin?”

“ Ngantuk, Kak.” Saya tidak menanggapi pertanyaannya serta memilah buat langsung tidur dengan posisi biasa. Sandra mendengus serta memanggil namaku sebagian kali tetapi saya tidak menggubrisnya. Selama rapat, dia berupaya mengajakku berdialog apalagi sesekali menggodaku dengan memegang zona selangkanganku, tetapi dikala itu saya betul- betul ngantuk berat. Rasanya dia telah nyaris menyerah dikala kudengar suaranya berbisik di telingaku.“ Jika lo ga bangun saat ini, hadiah istimewa di party nanti tidak jadi lho.”

Saya mengangkut sedikit kelopak mataku, entah mengapa tiap kali Sandra memakai kata hadiah, dia senantiasa berhasil menarik perhatianku. Dia berkedip bandel serta menjulurkan lidahnya memandang reaksiku. Sekali lagi saya terbuat penasaran olehnya. Peristiwa dikala awal kali saya diberi hand- job olehnya, yang saat ini telah terasa biasa. Tetapi yang menarik merupakan kata istimewa yang diselipkan di baliknya, yang ingin tidak ingin membuatku bingung.

***​

31 Desember

Ruang aula penuh sesak oleh seribu 8 belas orang siswa gabungan 3 angkatan, kelas satu sampai kelas 3. Riasan aula yang disiapkan oleh anggota regu riasan nampak begitu elegan dengan tema glow in the dark, saya cuma kebagian bawa bahan serta tidak turut menghias. Saya lumayan salut memandang kain gelap yang kubawa dapat dimanfaatkan sedemikian rupa buat menutupi sebagian bagian aula yang menjadikannya nampak begitu elegan. Regu riasan kami memanglah luar biasa. Atmosfer terus menjadi meriah dengan lagu tipe house music yang bergema selama aula.

Mataku bergerak serta mulai mengamati seisi ruangan. Dresscode waktu itu merupakan glamour, serta sepanjang mata memandang saya dapat memandang setelan jas yang nampak mahal menempel di badan tiap siswa, paling utama kakak kelas, serta gaun- gaun dengan bermacam berbagai model serta warna membalut badan para siswi, menampakkan lekuk- lekuk badan yang sepanjang ini tersembunyi di balik kemeja sekolah yang kendor. Tetapi saya tidak menyudahi buat mengamati kalangan hawa yang tidak kukenal saja, mataku padat jadwal mencari wujud seorang yang kukenal; Sandra. Dimana ia?

Kesimpulannya saya menciptakan Sandra, bergabung dengan para kakak kelas lain di bagian tengah ruangan aula yang luas. Saya menelan ludah, memandang gaun ketat bercorak ungu tua dengan panjang selutut yang melekat di badan Sandra, bagian atas gaun itu agak terbuka, menampakkan bahu serta punggungnya yang putih lembut. Wajah Sandra yang pada dasarnya telah menawan nampak terus menjadi anggun dengan sentuhan perlengkapan make up, serta rambut gelap legamnya yang biasa tergerai saat ini disanggul ke atas, menampakkan tengkuk kurusnya yang menggoda. Sandra masih bercakap- cakap dengan sebagian kakak kelas saat sebelum dia menyadari kehadiranku dikala tatapan kami berjumpa, senyuman terkembang di bibir tipisnya serta dia berpamitan dengan sahabatnya saat sebelum berjalan menghampiriku.

“ Hai James, wuahh tumben lo ganteng banget?”

Saya memberikannya senyuman tersipu. Dikala itu saya sendiri menggunakan kemeja putih berlengan panjang yang digulung separuh lengan serta blazer abu- abu, pula digulung. Buat bawahan, jins biru tua serta sepatu converse membuatku nampak semi- casual dibandingkan glamour.“ Kakak pula menawan banget hari ini, sementara itu umumnya awut- awutan itu rambut.” candaku.

“ Lezat aja.” Dia mengerucutkan bibirnya, kemudian menarikku keluar ruang aula. Saya bagi saja, membiarkannya menuntunku menuruni tangga, hingga kesimpulannya kami hingga di sesuatu tempat yang telah sangat sering di dengar: ruang kelas yang biasa digunakan buat rapat. Saya menaikkan alis dikala Sandra membebaskan tanganku serta berputar. Saat sebelum saya pernah bertanya, ia menyeletuk.“ Bosen nih ama party- nya, gue digodain kakak kelas sama sahabat seangkatan mulu, emang tuh laki- laki pada ganjen- ganjen.”

Saya menatapnya tanpa menanggapi, sudut bibirku sedikit terangkat sebab geli dengan nada bicaranya yang terkesan sombong, tetapi saya ketahui Sandra betul- betul merasa risih. Sepanjang ini, dia tidak begitu dekat serta mempunyai sahabat baik seseorang pria, yah pengecualian untukku… bisa jadi cuma akulah salah satunya pria yang dekat dengannya. Jangan tanya mengapa sebab saya pula tidak ketahui.“ Mereka hanya kagum sama kecantikan Kakak,” kataku jujur.

Sandra berjalan mendekatiku serta menyandarkan pipinya ke bahuku, kemudian melepas sanggulnya serta membiarkan rambut tebal berombaknya jatuh tergerai ke dasar. Mukanya nampak begitu manis dikala kami bertatapan, dekat sekali. Barulah dikala itu kusadari kalau bola mata Sandra begitu besar, dengan pupil yang membulat menatapku.“ Mmh? Sebab gue menawan? Sebab mereka pengen nerkam tubuh gue kali.”

Saya tertawa.“ Yah, 2 alibi itu sepaket deh.”

“ Tetapi jika elo, gue gapapa kok.”

Saya menoleh ke arahnya, kayaknya pendengaranku mulai bermasalah. Matanya nampak sungguh- sungguh menatapku.“ Apaan, Kak?”

“ Gue bilang, jika elo yang gituin gue, gapapa.” Sandra menarik kepalanya dari bahuku. Tatapannya begitu intens jatuh padaku, yang saat ini berdiri kaku di hadapannya tanpa ketahui wajib berbuat ataupun berkata apa. Memandang tingkahku yang begitu pasif, Sandra mendesah serta mencapai tanganku, meremas jemariku dengan lembut.“ Sepanjang ini, gue trauma sama yang namanya laki- laki James… laki- laki awal gue udah maksa gue buat ngasih seluruhnya ke dia… seluruhnya, tetapi gue dibuang gitu aja. Awal mulanya gue berpikir buat tidak sempat ngebuka hati lagi sama yang namanya laki- laki, makanya gue senantiasa berlagak dingin ke mereka. Tetapi elo beda… hanya elo yang bela- belain nerima tantangan gue hingga masuk OSIS. Emang sih itu ga sangat sulit, tetapi gue tahu… selaku junior sangat bermasalah, buat lo itu tentu ga mudah.”

Memandang reaksiku yang masih diam menjawab kata- katanya, Sandra melanjutkan lagi.“ Gue bukan wanita murahan yang bakal sembarangan megang penis laki- laki. Tetapi elo dapat buat gue ngelakuin itu, elo dapat buat jantung gue yang udah lama beku berdetak 2 kali lebih cepat… dikala seperti itu gue ketahui lo istimewa James.” Dia membuka jemariku, melekatkan telapak tangannya ke tanganku. Umumnya di film- film, adegan ini tentu hendak berakhir dengan ciuman. Saya memberanikan diri, mendekatkan wajahku ke mukanya. Dia memejamkan mata, tanpa perlawanan bersiap menyambutku.

Ciuman pertamaku terambil olehnya malam hari itu, dalam ruang kelas yang remang. Sensasi bibirnya yang menyatu dengan bibirku terasa basah serta mengasyikkan, awal mulanya kami cuma melaksanakan baby kiss dengan melekatkan bibir kami. Kemudian dengan sangat lama- lama, saya mengambil inisiatif melumat bibirnya, yang lekas dibalasnya dengan lumatan kecil pula. Sehabis sebagian dikala saya baru menyadari bibir dasar Sandra lebih tebal dari bibir atasnya, saya melumat bagian dasar bibirnya dengan lembut. Desahan- desahan mungil menyelip keluar dari bibirnya, terus menjadi menguatkan nafsu birahiku yang mulai memuncak.

Satu tanganku memeluk pinggangnya, menariknya begitu dekat denganku sedangkan tangan yang lain meraba serta meremas rambut di bagian balik kepalanya, menekannya senantiasa menciumku. Decak ciuman kami terdengar penuhi ruangan, serta dikala ciuman itu terlepas saya bisa memandang wajah menawan Sandra merona merah, dengan benang ludah tipis yang menjuntai serta menghubungkan bibir kami berdua. Napasnya juga telah tidak tertib, diisyarati dengan gerakan dadanya yang naik- turun dengan kilat.

Masih tidak mengatakan apa- apa, saya melepas jasku serta melemparkannya ke atas bangku, kemudian kembali serta memeluk Sandra, lambat- laun mulai melumat leher jenjangnya. Dia mendesis, kali ini gantian memegangi kepalaku serta menempelkannya ke lehernya. Tanganku bergerak naik, mencapai dadanya yang nampak membusung dari balik gaun yang dikenakannya serta membagikan remasan- remasan pelan di situ. Lidahku menjilat lehernya terus menjadi intens, membagikan kecupan panas yang menyalurkan nafsuku sedangkan tangan kiriku mencapai ke bagian punggungnya, mencari serta menciptakan resleting gaun yang dikenakannya, kemudian menariknya lama- lama. Suara gaun yang terjatuh membuat Sandra cuma terbalut dalam bra serta celana dalamnya, berdiri di hadapanku. Saya membebaskan kecupanku di lehernya, kembali mempertemukan pemikiran kami. Dia mengangguk, ciri menyerahkan kendali penuh padaku. Saat ini keputusan terdapat di tanganku.

Tanganku bergetar dikala saya memegang kait bra di punggungnya, Sandra tersenyum serta membantuku membuka kait itu, membuat branya terjatuh ke lantai, menampakkan 2 gundukan gunung yang putih lembut. Ukurannya tidak sangat besar, tetapi begitu menggoda birahiku, paling utama kedua puting bercorak merah mudanya, yang sudah mengencang.“ Jangan diliatin aja dong James,” rengeknya manja. Saya tersadar serta mendekatkan wajahku dengan canggung sampai bibirku memegang permukaan kulit payudaranya yang indah. Dengan hati- hati saya mulai mencium tiap inci permukaannya, menyapukan lidahku di dekat areola- nya.

“ Mmh… James…” Desahan kecil penahan kenikmatannya kembali terdengar. Saya sedikit menggodanya dengan menyentuhkan lidahku sebagian kali ke putingnya yang sudah membeku. Dia menggelinjang tiap kali perihal itu kulakukan.“ Jangan diisengin doang dong… buruan emut…”

Tanpa berlama- lama saya menurutinya. Kusapukan lidahku dengan gerakan melingkar sebagian kali saat sebelum kesimpulannya mengemut puting susu Sandra dengan nafsu. Lidahku merasakan sensasi keras serta tegangnya tiap kali saya menjilatinya. Sandra melenguh dikala saya membagikan gigitan kecil di situ, menjilat, mengemut, serta menghisapnya semacam balita yang lagi menyusui.

“ Pe- Pelan pelan… kalian tuh… seperti balita raksasa… tau tidak? Ahh… ohh…” Saya membungkam kata- katanya dengan buatnya terus mendesah. Tangan kiriku bergerak, memelintir puting kanannya dengan agak agresif, menjepitnya dengan jari jempol serta telunjukku serta mulai memelintirnya lama- lama.“ Ahhh… JAMES! JAMES! GUE KELUAR!!”

Kurasakan otot- otot di badan Sandra mengencang. Dia melengkungkan punggungnya ke balik serta menghasilkan lenguhan panjang, kemudian memelukku dengan erat sampai wajahku melekat di dadanya. Gelombang kenikmatan menghantam badan langsingnya. Saya mengelus punggung Sandra lama- lama, membiarkannya menikmati sensasi orgasme pertamanya yang masih tersisa. Sehabis agak tenang, dia membebaskan pelukannya serta menatapku dengan wajah merah padam.“ Uuh… jago banget sih kalian.”

Senyumku mengembang dikala mendengar Sandra menyebutku dengan kata kalian. Saya mengecup keningnya.“ Lanjut ya?”

Dia mengangguk, kemudian membungkuk serta menyejajarkan mukanya dengan selangkanganku. Penisku yang telah tegang semenjak tadi membuat suatu benjolan di bagian tengah celana jinsku. Dengan cekatan Sandra membebaskan tali pinggang serta mempelorotkan celana berikut dalamanku, serta mukanya lekas disambut oleh kepala penisku yang sudah merah membara. Dengan gerakan pelan dia mengelus buah zakarku dengan tangannya yang halus.“ Kasihan… kejepit celana ya daritadi?”

Belum pernah saya menanggapi, Sandra sudah menggenggam batang penisku serta memasukkannya ke dalam mulutnya. Sepanjang ini ia belum sempat memberiku oral semenjak dini, paling- paling cuma kala saya telah nyaris keluar. Tetapi saat ini, sensasi hangat mulutnya serta bibirnya membungkus penisku. Dia memforsir buat memasukkannya lebih dalam ke dalam mulut mungilnya, sampai penisku kesimpulannya masuk sepenuhnya. Saya dapat merasakan kepala penisku memegang bagian tenggorokannya. Edan.“ Ohh… lezat San.” Saya apalagi telah tidak lagi ingat memanggilnya‘ kakak’. Gelombang kenikmatan melandaku dikala dia mulai menggerakkan kepalanya maju mundur, mengulum serta menghirup penisku.

Bagian atas penisku memegang mulutnya, sebaliknya bagian dasar terus menerus dirangsang oleh lidahnya, memunculkan sensasi hangat serta geli yang tidak bisa kulukiskan. Saya mendesah dikala bagian dalam tenggorokannya menyempit serta menjepit kepala penisku. Gimana bisa jadi ia tidak muntah ataupun batuk? Tetapi saya telah tidak hirau lagi, Sandra melaksanakannya dengan sangat cekatan, apalagi gesekan giginya yang sesekali menyenggol batang penisku terasa mengasyikkan.

“ San… saya ingin keluar.” Saya memperingatkan, Sandra menatapku sejenak kemudian kembali asik dengan aktivitasnya. Saya mengerang tertahan dikala tangannya memegang serta meremas buah zakarku, kemudian mengocoknya lama- lama sedangkan lidahnya disapukan ke kepala penisku.“ Udah… diingetin ya…”

Sandra mengencangkan hisapannya, serta gelombang kenikmatan menerpaku dikala itu. CROOTT! CROTTT! CROTTTT! Saya memencet kepalanya ke arah penisku, berejakulasi langsung ke dalam tenggorokannya yang hangat. Sandra tidak berupaya membebaskan diri dari semprotanku yang bertubi- tubi, luar biasa… spermaku seakan diperas habis oleh sedotannya yang begitu kokoh. Dikala semburanku sudah menyudahi, Sandra menjilati penisku serta mensterilkan sisa- sisa mani, menelannya, serta membebaskan penisku dari mulutnya. Dia membuka mulutnya serta memperlihatkan padaku bagian dalam yang sudah bersih tanpa setetespun cairanku. Ia menelan seluruhnya.

Wajah cantiknya berpura- pura cemberut.“ Saya nyaris tersedak ketahui, agresif banget sih kalian. Masa ditekan gitu?”

Tersadar, akupun memohon maaf.“ Maaf, soalnya lezat banget sih hisapan kalian.”

“ Gombal.” Bibirnya menguncup, kemudian pemikiran matanya kembali ke penisku yang masih nampak tegang.“ Kalian belum puas ya?”

Saya mengangguk, salah tingkah. Wajah Sandra bermandikan peluh, melunturkan make up tipisnya, tetapi senantiasa nampak menawan. Dia beringsut menghindar serta memegang celana dalamnya, dengan hati- hati sekali menurunkannya. Mataku tidak dapat lepas dari panorama alam selanjutnya yang disuguhkan padaku, gundukan vaginanya yang berbulu halus, yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya tadi. Sandra nampak tersipu.“ James… I want you inside me.”

Wajah Sandra nampak sungguh- sungguh, tetapi masih sedikit risau. Saya memeluknya, membiarkan dadanya memencet dadaku guna menenangkannya.“ Kalian percaya, San? Apa saya pantas?” tanyaku. Saya tidak mau memaksanya melaksanakan ini jika dia belum siap. Tetapi Sandra menghapus keraguanku dengan menanggapi dengan anggukan mantap.

“ Saya yakin sama kalian, James,” katanya. Sandra beranjak naik ke atas suatu meja serta mengangkang, menyerahkan seluruhnya vaginanya padaku. Saya beringsut mendekat, menggenggam penisku serta mulai mengarahkannya ke liang kewanitaannya. Mata kami berjumpa serta bertatapan sekali lagi, tetapi kali ini saya memandang keraguannya sudah lenyap. Dengan lama- lama, kusentuhkan kepala penisku ke lubang kewanitaannya. Kayaknya sentuhan itu tanpa terencana memegang klitorisnya, membuat Sandra memiawak pelan. Saya mengecup keningnya, kemudian mulai berupaya memasukkan kepala penisku ke dalam.

Vaginanya masih begitu kecil. Sandra meringis menahan sakit hingga kesimpulannya kepala penisku sukses masuk. Saya mendorongnya terus menjadi masuk, sampai kesimpulannya segala bagian penisku masuk ke dalam vaginanya. Rasanya sangat berbeda dengan dikala saya onani. Bagian dalam Sandra terasa hangat, serta bilik bilik vaginanya semacam menghirup serta memijat tiap permukaan batang penisku. Saya apalagi bisa merasakan bibir rahimnya di kepala penisku.“ Siap ya, San…” kataku, dia mengangguk.

Kutarik penisku lama- lama, kemudian kuhujamkan masuk kembali. Sandra mendesah. Kuulangi lagi, tarik, masukkan, tarik, masukkan, tarik, hujamkan. Ritme gerakanku terus menjadi lama terus menjadi kilat.“ James… AHH! Pela…n pelan…” Suara Sandra terdengar bercampur desahan. Saya sendiri merasa otakku blank, tiap kali saya menghujamkan penisku ke dalam vaginanya, terasa terdapat sensasi baru yang terkumpul dalam diriku, berdesir dengan begitu kokoh, serta tertumpuk di dalam. Saya turut mendesah bersamanya. Pantatnya yang bundar menepuk- nepuk buah zakarku tiap kali saya melesakkan masuk batang kejantananku.

“ Uhh… Nggghh… kepala penis kamu… nabrak nabrak… rahimKHUU!!!” Sandra memekik pelan, menyalurkan kenikmatan yang melandanya. Peluh mulai membanjiri badan kami berdua. Saya menghujamkan penisku terus menjadi kilat ke dalam vaginanya. Lagi… serta lagi… terus menerus tanpa henti…. sampai kesimpulannya saya bisa merasakan penisku mulai berkedut- kedut. Saya memandang Sandra, panik. Dia mengangguk kuat- kuat.“ Ya… saya juga… di dalem! Kluarin di dalem!!”

Saya mencapai dadanya serta meremasnya dengan kedua tanganku sembari menggerakkan pinggulku berkali kali, mengaduk- aduk vaginanya. Sandra melenguh kencang serta memeluk leherku. Sensasi yang semenjak tadi terbangun dalam badan kami kesimpulannya rusak diisyarati oleh semburan cairan kami berdua. Spermaku melesak keluar berkali kali serta bisa kurasakan cairan Sandra turut menyiram penisku berulang kali pula. Kucabut penisku yang terasa lemas, serta dari liang kewanitaan Sandra bisa kulihat cairan kami berdua yang sudah bercampur menetes keluar sedikit demi sedikit ke atas lantai keramik. Kami lekas ambruk ke atas meja, tiduran bersama dalam kondisi telanjang.

“ James…”

“ Mmh?”

Sandra tersenyum serta mendaratkan kecupan kecil di pipiku, wajah orientalnya nampak letih tetapi dia tersenyum begitu manis.“ Tidak apa- apa.” Saya nyengir serta lekas melumat bibirnya sekali lagi. Malam ini… ia milikku, serta saya kepunyaan Sandra.

***​

Saya berlari dengan kilat, merambah gerbang sekolah yang lagi ditutup oleh Bang Maman, satpam penjaga sekolah kami. Jam tanganku sudah menampilkan jam 6: 47, serta berarti saya telah terlambat 17 menit buat pelajaran awal. Dikala saya nyaris menggapai ruang kelasku, teriakan lantang menghentikanku di koridor.“ STOP!”

Saya menoleh, serta memandang seseorang wanita berambut gelap serta menggunakan pin komite ketertiban berdiri di belakangku. Sedetik setelah itu, kami silih bertukar senyum.“ Boleh masuk kan, Kak? Belum separuh jam kok telatnya.”

“ Lezat aja! Kalian turut aku ke ruang ketertiban!”

Cengiranku terus menjadi lebar.“ Kakak ingin‘ mendisiplinkan’ aku semacam apa?”

Dia tergelak serta berjalan menghampiriku, kemudian mengecup pipiku pendek. Bibirnya bergerak serta berbisik ke telingaku.“ Amati saja nanti. Saat ini kalian turut Aku! Tidak terdapat bantahan!” Dia menggandeng serta menarik tanganku, serta saya cuma pasrah saja, siap menerima apapun hukuman yang hendak diberikannya padaku. Ya, ia merupakan Sandranita Dewi, pimpinan komite ketertiban, serta juga… pacarku.

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *