
PUSATHOT , Ini merupakan pengalamanku tahun 2019 kemudian yang mau kubagikan pada para pembaca. Saya memiliki seseorang sahabat kuliah laki- laki bernama Felix. Sedikit cerminan tentang dirinya, tidak sangat besar, nyaris sepantaranku, berkacamata serta pipinya agak tembem dengan kulit sawo matang. Wajah sih tidak tercantum ganteng, malah cenderung culun terlebih dengan kacamata bingkai tebalnya itu. Sifatnya pula tertutup serta kuper, tidak biasa gaul dengan wanita, jika berjumpa di bibliotek, kantin ataupun di areal kampus yang lain tentu sendirian ataupun minimun bersama 1- 2 temannya yang laki- laki. Ia berasal dari Padang serta nge- kost di di dekat kampus ini. Karakternya yang unik ini membuatku mau mengerjainya, saya mau ketahui apa orang seintrovert itu hendak luluh oleh godaan perempuan penuh gairah sepertiku.
Dalam prestasi ia memanglah biasa- biasa saja, IPK- ku saja lebih besar darinya( bukannya sombong loh). Tetapi ia memiliki suatu bakat yang menonjol ialah menggambar, paling utama menggambar manusia serta gambar- gambar tipe anime Jepang, wajah serta proporsi badannya cocok sekali, saya ketahui perihal ini sebab kerapkali jika kuliahnya boring ia sembunyi- sembunyi menggores- goreskan pensil pada kertasnya, di organizernya pula terselip sebagian hasil karyanya. Sempat sesuatu kali saking asyiknya menggambar ia tidak sadar jika sang dosen lagi berjalan di dekatnya, serta mengambil kertasnya serta mengamat- amati sketsanya kemudian berkata
“ Wah.. wah kamu ini lagi jatuh cinta sama siapa ya, hingga dibawa- bawa ke foto begini, siapa nih di mari yang rambut panjang dengan kucir ke balik” sembari mencermati seluruh mahasiswi di kelas ini.
Kontan satu kelas tercantum saya tertawa- tawa serta silih menunjuk siapa yang di dalam foto itu, mukanya jadi memerah karenanya. Jika saja dosennya killer tentu ia telah dikotbahi macam- macam ataupun dapat pula disuruh keluar, untung Bu Yani( sang dosen itu) tidak segarang itu, dia hanya menyindir serta menegurnya tetapi dia pula menyanjung sketsanya itu bagus.
Sesuatu hari pada mata kuliah American Culture and Institution yang dosennya‘ obat tidur’ saya duduk di balik serta kebetulan ia pula di sebelahku sehingga dapat ngobrol dengannya dengan suara pelan.
“ Biasa lu nge- gambar bisa ilham dari mana aja Lix?” tanyaku sembari melihat- lihat gambar- gambar di organizernya.
“ Mayoritas sih dari film ataupun potret- potret Ci, kalo lagi iseng ya foto, enjoy gitu!”
“ Eh…yang ini bagus nih, mirip aslinya, Vivian Hsu kan?”
“ Iya hehehe, modelnya langsung dari orang aslinya tuh” katanya sembari nyengir
“ Ciee…mimpi kali yee!” balasku menyikutnya pelan
“ Emang lu sempat gunakan model asli buat gambar- gambar lu Lix?” tanyaku lagi
“ Emmm…pernah sih dahulu kerabat gua, tetapi mayoritas sih gua ambil dari gambar ya, abis sulit kan cari model”
“ Jika menggambar hingga berakhir ini habis waktu berapa lama kira- kira?”
“ Itu bergantung mood pula sih, tetapi rata- rata sih separuh jam lah”
“ Ini Lix, jika gua jadi modellu boleh ga? pengen sih sekali- sekali dilukis gitu, gimana?” tawarku
“ Wah, bener nih Ci? thanks banget jika lu ingin, kapan nih terdapat waktu?”
“ Gua sih abis ini ga terdapat apa- apa lagi, lu sendiri gimana?”
“ Ooo…bagus jika gitu di kost gua aja gimana?” jawabnya bersemangat dengan tawaranku
Pendek cerita, sehabis berakhir perkuliahan ialah jam sebelas, saya mengikutinya ke kostnya, dari kampus kami jalur kaki dekat 10 menit. Tidak banyak orang di situ, bisa jadi sebab pada jam- jam semacam ini masih banyak yang kuliah, cuma terlihat seseorang anak muda selaku pembantu, seseorang bunda separuh baya yang pula pembantu serta 2 orang penunggu kost yang lain yang seluruh laki- laki. Kamar Felix dapat dibilang lumayan apik dibandingkan kamar laki- laki pada biasanya, di dalam suatu rak tersusun sebagian model robot rakitan serta patung- patung kecil tokoh anime, begitu pula di dindingnya tertempel poster- poster anime serta permainan.
“ Typikal tukang foto banget nih anak, kacamata serta anime maniac ini” kataku dalam hati sembari mengamati koleksi- koleksinya sedangkan ia lagi ke wc.
“ Ok, Ci dapat kita mulai ga? Lu ingin dilukis gimana?” tanya Felix yang baru keluar dari toilet
“ Oohh.. iya tetapi omong- omong lu bakal tegang ga kalo ngegambar gunakan model nanti takutnya hasilnya kurang baik”
“ Tegang? ngga lah…emang mengapa wajib tegang”
“ Soalnya gua ingin dilukis agak beda gitu loh”
“ Kelainannya gimana Ci? kan lu hanya tinggal diam bergaya aja ya” tanyanya bingung
“ Itu loh Lix, lu sempat nonton Titanic ga? gua maunya digambar semacam itu tuh, gimana?” jawabku dengan polosnya
Pasti saja ia langsung tercengang dengan permintaanku itu serta mukanya memerah
“ Hah…yang bener lu Ci, maksudlu bugil gitu?”
“ Hh- emm…wearing only this itu loh, gua percaya lu dapat kok” saya kemudian membebaskan satu- satu kancing kemejaku serta memperlihatkan bra- ku
“ Ci…lu sungguh- sungguh nih, berani kaya ini?” seolah tidak yakin apa yang dilihat di hadapannya.
Saya tertawa tertahan memandang respon amatirannya itu sembari terus melucuti satu demi satu pakaianku. Matanya semacam ingin copot memandangku yang telah telanjang di depannya, dari reaksinya saya percaya ia baru kali ini memandang wanita bugil secara langsung.
“ Nah…gimana Lix? jangan tegang gitu dong, minum dahulu aja deh”
Ia menerima gelas yang kusodorkan serta meminumnya kemudian menarik napas panjang
“ Ok dah tenang kan, buktiin dong kalo lu handal artist, masa ngeliat badan wanita aja nervous gitu hehehe” saya menenangkannya sembari tertawa kecil
“ Ya tegang dong Ci, gua kan ga sempat foto bugil lebih dahulu” jawabnya terbata- bata, tetapi ia telah lebih rileks dari yang tadi. Kulihat matanya tidak sempat lepas memandangi tubuhku
“ Makanya lu wajib cari pengalaman baru, biar pemikiran lu tambah luas”
“ Gimana dapat kita mulai kan menggambarnya” kataku sembari membaringkan badan di ranjangnya
“ Bentar Ci” sahutnya kemudian mengunci pintu terlebih dahulu“ kalo terdapat yang masuk kan berabe”
“ Posisi ini gimana? bagus ga?” saya tiduran menyamping dengan menopang kepalaku dengan tangan kanan ditekuk
“ Kurang Ci, biasa aja, mending lu tumpuk itu bantal buat sandaran tangan terus duduk bersimpuh, kayanya lebih bagus” pintanya sehabis mengamati sejenak.
“ Ini?” tanyaku menjajaki arahannya
“ Ya, lebih tegak dikit Ci, ya gitu ok” aturnya
Ia duduk di sofa seberang ranjang situ memegang clipboard. Saat sebelum mulai ia minum dahulu buat menenangkan diri. Melalui 5 menit, ia geleng- geleng kepala memandang kertasnya, kemudian ditariknya kertas itu serta diremas- remas.
“ Mengapa Lix? kandas?” tanyaku
“ Sory Ci, belum biasa sih jadi ga bagus tadi, sekali lagi yah, sory ngerepotin”
“ Ya udah, santai aja, lambat- laun pula biasa kok”
Kali ini kayaknya ia telah lebih enjoy melaksanakan aktivitasnya, tangannya bergerak dengan kilat diatas kertas, mengganti- ganti pensil, mengambil kapas serta penghapus, ibarat Leonardo yang melukis bugil Kate Winslet di film Titanic itu.
Nyatanya jadi model lukisan ini letih pula loh, wajib diam terus serta melindungi ekspresi wajah sepanjang sebagian dikala lamanya, semenit jadi semacam satu jam rasanya.
“ Wuiihh…finally!” sahutnya dengan bernafas panjang sehabis 4 puluh menitan bekerja keras
“ Udah Lix? coba gua liat dong hasilnya mari” pintaku tidak tabah mau memandang hasilnya
Ia berjalan ke mari serta duduk di tepi ranjang memperlihatkan karyanya kepadaku
“ Puas ga Ci? sory yah kalo kurang baik kan baru kali ini”
Saya mengamat- amati foto itu sejenak, wajib kuakui hasilnya cukup, meski mukaku nampak lebih lebar di foto itu, tetapi secara totalitas telah ok. Saya ketahui ia terus memandangi badan polosku semenjak tadi, tetapi kubiarkan saja ia menikmatinya sembari saya memandang sketsanya.
“ Hhmm…ga nyesel kayanya gua cape- cape duduk telanjang sepanjang ini yah, ya ga Lix?” kataku sembari menolehkan wajah melihatnya yang lagi memperhatikanku yang tanpa tertutup sehelai benangpun dengan wajah memerah.
“ Eh.. mengapa lo Lix, kok ngeliatin gua hingga kaya gitu, belum sempat liat wanita bugil ya lebih dahulu?” ujarku dengan tersenyum nakal
“ Liat aja sih kerap Ci, tetapi jika yang beneran baru kali ini, sempat pula memandang adik gua baru keluar mandi itu pula ga terencana” katanya sembari garuk- garuk kepala
“ Jadi pegang- pegang tubuh wanita ga sempat dong?” tanyaku memancingnya
“ Walah terlebih itu Ci, pacar aja belum, mo sama siapa” dengan sedikit terkekeh
“ Terus gimana reaksilu ngeliat gua ga pake apa- apa di depan lo ini?”
“ Wah…gimana yah, sulit omongnya nih, ya agak shock pula tadi abis baru kali ini” jawabnya gugup
“ Terdapat benak macam- macam gitu ngga waktu ngegambar tadi?” pancingku lagi
“ Emmm…macam- macam gimana contohnya Ci?” tanyanya pura- pura bego ataupun memanglah bego nih, ga taulah, World Health Organization care, lucu pula saya dengan tingkahnya ini
“ Ya misalnya ini nih” seraya kuraih tangannya serta kuletakkan pada buah dada kiriku.
Terasa sekali tangannya gemetaran memegang dadaku, mulutnya melongo tidak mampu berkata- kata serta wajahnya tambah merah saja. Kubimbing tangannya meremas- remas buah dada montokku.
“ Mmhh…gitu remasnya, gunakan perasaan…putingnya pula”
Ia menuruti apa yang kuajarkan walaupun masih diam terbengong. Sehabis gemetarnya menurun saya mengawali aksi terusannya, kudekatkan bibirku padanya sampai silih berpagutan.
“ Mulutnya dibuka Lix, jangan kaku gitu, gua ajarin lu cipokan” bisikku dengan nada manja
Dengan kasar lidahku menjelajahi mulutnya, menyapu ke segenap penjuru, menjilati lidahnya mengajak turut bermain sehingga pelan- pelan lidahnya pula mulai aktif mengimbangiku. Tangannya juga tanpa kubimbing lagi telah menikmati payudaraku dengan lebih semangat, apalagi saat ini ia lebih berani menjulurkan tangan satunya ke belakangku serta mengelusi punggungku.
Sehabis puas berciuman, lama- lama saya menarik mulutku, air liur terlihat menetes serta berjuntai semacam benang laba- laba kala mulut kami berpisah pelan- pelan.
“ Itu tadi namanya Frech Kiss, Lix, udah dapat belum?”
“ Ho- oh, seru banget, lagi dong Ci!” pintanya
“ Eiitt…sabar dahulu, jangan buru- buru, masih banyak yang lebih seru” kataku sembari membukakan kaosnya serta melemparnya ke sofa“ Lu berdiri dahulu dong, gua bantu buka celananya!”
Ia bangkit dari duduknya serta berdiri di depanku yang duduk di pinggir ranjang. Kulucuti celananya tanpa menghiraukan reaksinya yang malu- malu, paling utama kala hendak kubuka celana dalamnya.
“ Iihh…rese amat sih, minggir situ tangannya, gua bugil di depanlu aja santai, masa lu yang laki- laki malu- malu kucing ini!” bentakku pelan
“ Iya…iya Ci, sori habis baru sempat nunjukin anu gua ke wanita sih” katanya gugup membiarkan celana dalamnya kuturunkan.
Saya memandang penisnya yang telah tegang kemudian kugenggam dengan jari- jari lentikku.
“ Wah, belum optimal nih ngacengnya, liat aja nanti jika udah ngerasain mulut gua, tentu ketagihan lu, hehehe…!” pikirku mesum
“ Udah gede ini pula masih bilang malu, munafik lo ah!” ujarku sembari mengusapnya.
Kumulai dengan mengecup kepala penisnya serta mengenakan ujung lidahku buat menggelikitiknya. Setelah itu lidahku turun menjalari permukaan barang itu, sesekali kugesekkan pada wajahku yang halus, kubuat penisnya basah oleh liurku. Bibirku kemudian turun lagi ke pangkalnya yang dipadati bulu- bulu, buah pelirnya kujilati serta yang yang lain kupijat dalam genggaman tanganku. Sebagian dikala setelah itu mulutku naik lagi serta mulai memasukkan barang itu ke mulutku. Kuemut lama- lama serta terus memijati pelirnya.
“ Aaa.. ahhh.. geli Ci…uuhhh!” desahnya bergetar
Kulihat ekspresinya meringis serta merem- melek waktu penisnya kumain- mainkan di dalam mulutku. Kujilati memutar kepala kemaluannya sehingga memberinya kehangatan sekalian sensasi luar biasa. Terus menjadi kuemut barang itu terus menjadi keras serta membesar. Saya memasukkan mulutku lebih dalam lagi hingga kepala penisnya memegang langit- langit tenggorokanku. Sehabis sebagian lama kusepong, barang itu mulai berdenyut- denyut, kayaknya ingin keluar. Saya kian gencar memaju- mundurkan kepalaku mengemut barang itu. Felix kian merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya pula bergerak maju- mundur di mulutku. Tidak lama setelah itu muncratlah cairan kental itu di dalam mulutku yang langsung kusedot sampai tuntas. Kulirikan mataku ke atas melihatnya merintih sembari mendongak ke atas, tangannya mengucek- ucek rambutku.
Sisa sperma yang belepotan di batangnya kujilati sampai bersih, kemudian saya merebahkan diriku di ranjang serta menarik tangannya supaya tiduran menindihku, foto itu kubiarkan jatuh ke lantai, daripada kusut di ranjang tergencet badan kami nanti.
“ Wah…sumpah lezat banget tadi itu Ci!” katanya di dekat wajahku
“ Itu tadi baru pemanasannya, sayang, kita masih belum beres” kataku sembari membelai lembut rambutnya
“ Ayo, saat ini nyusu aja dahulu sembari rehat” suruhku berikan ketentuan padanya buat melumat payudaraku
“ Gua isep saat ini yah Ci” katanya dengan kedua tangan telah mencaplok sejoli payudaraku.
Saya mendesis serta tubuhku mengencang merasakan mulut Felix mulai beraksi di payudaraku. Bongkahan dada kananku ia jilati sepenuhnya sampai basah, kemudian dikenyot- kenyot di dalam mulutnya. Kepalanya kudekap erat pada payudaraku. Berakhir dengan yang kanan saat ini ia melaksanakan perihal yang sama terhadap yang kiri yang semenjak tadi ia remasi dengan tangannya. Kedua payudaraku jadi basah oleh liurnya. Tangannya mulai berani menyusuri lekuk- lekuk tubuhku, pantatku yang sekal ia elus- elus sembari terus menyusu. Kuraih telapak tangannya yang lagi mengelus pantatku serta menggiringnya ke vaginaku.
“ Disini lebih hangat kan, Lix?”
“ Iya hangat Ci, sedikit basah gitu”
“ Coba lu masukin jarilu lebih dalam lagi ke sana, pelan- pelan aja”
2 jadinya pelan- pelan merambah liang kenikmatanku, melewati bilik yang bergerinjal- gerinjal.
“ Saat ini coba lu gosokin daging kecil yang…ahhh!!” saya tidak tahan buat tidak mendesah saat sebelum berakhir menarangkan sebab sensasi yang ditimbulkannya, Felix telah terlebih dahulu mengepit barang itu diantara 2 jarinya serta mengusap- usapnya
“ Mengapa Ci? sakit?” tanyanya polos
“ Nggak…enak terusin Lix, itu yang namanya klitoris, wilayah rangsangan wanita, mari gituin lagi!!”
Ia melanjutkan usapannya pada klitorisku serta terus menjadi lama terus menjadi nikmat. Mulutnya kembali mencaplok payudaraku. Saya menggelinjang keenakan dengan napas kian memburu, tanganku mencengkram pundaknya serta membelai kepalanya.
“ Oohh…yess…gitu, i like it…terus…terus!!” desahku sesekali menggigit bibir bawah
Lagi enak- enaknya terbuai seketika HP- ku berbunyi, sehingga Felix menyudahi sejenak memandang asal suara
“ HP lu tuh Ci, ingin dinaikan?” tanyanya
“ Udah ah biarin aja…ayo lagi tanggung nih!” kataku sembari membenamkan mukanya ke dadaku lagi
Dari ringtonenya saya ketahui itu tentu salah satu dari geng- ku, jika tidak Verna, Indah, ataupun Ratna, paling- paling ingin ngajak jalur ataupun ketemuan, nanti pula dapat.
“ Ci, tetapi itu…kalo penting…?” tanyanya lagi
“ Cerewet, mari terusin lagi, bukan urusanlu!” bentakku membenamkan lagi mukanya ke dadaku
Kamipun kembali berpacu dalam nafsu, ringtone HP- ku terus berbunyi hingga menyudahi sebagian dikala setelah itu. Ia saat ini lebih pakar melaksanakan tugasnya, hisapannya pada payudaraku terus menjadi mantap, pipinya hingga kempot menghisapnya. Tangannya pada vaginaku bukan hanya mengusap- usap saja, tetapi telah berani menusuk- nusuk sembari senantiasa memainkan klitorisku. Saat sebelum ia membuatku orgasme saya memegang pergelangan tangannya serta menyuruhnya menarik keluar dari vaginaku. Jari- jarinya basah sekali oleh cairan kewanitaanku.
Saya mencegahnya waktu ia ingin mengelap jarinya itu.
“ Jangan dibuang dong, mubazir” cegahku
“ Hah, tetapi lengket ini Ci, emang ingin diapain?” tanyanya heran
Saya tidak menjawabnya tidak hanya mendekatkan telapak tangannya ke mulutku, setelah itu kumasukkan jari telunjuknya ke mulutku, kuemut dengan penuh perasaan merasakan cairanku sendiri. Tatapan mataku yang binal memandang mukanya yang terbengong- bengong dengan tingkahku yang liar.
“ Coba Lix, rasain deh sarinya wanita semacam gua tadi!” kudekatkan jari- jari basah itu ke mulutnya
Mulanya ia agak ragu- ragu serta risih mencicipi cairan itu, tetapi sebab kubujuk terus kesimpulannya ia juga pelan- pelan menjilati pula cairanku yang belepotan di jarinya itu.
“ Terus.. lagi di sebelah situ tuh, belum habis” saya menyemangatinya sebab ia ragu- ragu menjilatinya.
“ Gimana rasanya?” tanyaku dengan tertawa tertahan
“ Aneh Ci, tetapi lambat- laun lezat pula sih”
Sehabis itu saya menyuruhnya rebahan kemudian saya naik ke atasnya. Saya membebaskan kacamatanya kemudian menaruhnya di meja kecil sebelah ranjang. Kami berpelukan erat serta kembali berciuman dengan penuh gelora. Sembari berciuman tangannya menjalar turun mengelus punggungku serta meremas kedua belah pantatku. Napas kami telah demikian memburu sehingga hembusannya terasa pada wajah tiap- tiap. Mulutku merambat ke dasar menciumi lehernya serta terus ke dadanya, putingnya kucium serta kugigit agak keras sembari menariknya.
“ Aooww…Ci…nakal lu yah…kaget tau!” tersentak kaget dengan gerakan agresifku
Saya tertawa cekikikan sebab reaksinya, bawah amatiran, lucu banget ML sama yang model ginian. Sesaat setelah itu saya mencapai penisnya serta mulai mengarahkannya ke vaginaku.
“ Selamat yah sebentar lagi lu jadi laki- laki berusia” ucapku seakan menyalaminya yang lagi mengarah saat- saat terakhir keperjakaannya.
Pelan- pelan saya merendahkan badanku sampai barang itu melesak ke dalamku diiringi desahan kami. Saya memandang mukanya yang meringis antara rasa nyeri serta lezat merasakan barangnya dijepit vaginaku. Sehabis masuk setengahnya saya langsung menduduki penisnya serta bless…amblaslah barang itu sepenuhnya ke dalamku. Saya mendesah panjang, demikian juga Felix, matanya melotot serta mengerang merasakan jepitan bilik vaginaku pada penisnya yang merenggut keperjakaannya.
Saya terencana mendiamkan sejenak penisnya tertancap padaku biar ia dapat menyesuaikan diri serta meresapi saat- saat pertamanya dahulu. Setelah itu saya mulai menggoyangkan pinggulku pelan- pelan.
“ Lezat say?…eeemmhhh!” tanyaku lirih
“ Iya Ci…. oohh…enak abis…ughh, mantap!”
Gerakan naik- turunku meningkat kilat secara bertahap, payudaraku mulai turut bergoyang- goyang seirama goyang badanku.
“ Mainin toked gua Lix…ohhh!” pintaku manja sembari menyimpan tangan kanannya ke payudaraku
“ Aahh.. ahhhh…yang keras pencetnya!” desahku kian edan bertepatan dengan birahiku yang kian tinggi
Hentakan badanku kian keras hingga kepala penis itu terkadang menyodok- nyodok rahimku. Keringat juga bercucuran pada badan serta wajah kami terlebih kamar ini tidak ber- AC, hanya dipasang exhaust van di atas pintu. Meski saya berupaya supaya tidak sangat gaduh mengingat hari masih cerah serta banyak orang kemudian lalang, tetapi sesekali saya tidak kuasa menahan jeritan kecil jika hentakannya kencang ataupun menimpa G- spot ku. Memanglah tidak aman melaksanakannya pada dikala serta tempat semacam ini, tetapi jika telah kebelet ya apa boleh buat, lagipula terdapat sensasi tertentu pula bermain dalam kondisi tidak safe semacam ini.
Tidak lama setelah itu saya merasakan perasaan yang luar biasa sehingga secara natural goyangan badanku meningkat kencang, perihal ini membuat erangan kami terus menjadi terdengar. Tanpa kurangi frekuensi genjotan saya menunduk melumat bibirnya dengan tujuan meredam suara kami supaya tidak mengundang atensi. Kesimpulannya kala gelombang orgasme menerpa, yang terdengar cuma erangan tertahan, dengan refleks saya memencet vaginaku sampai penis itu tertancap optimal, Felix jadi kelabakan sebab saya menghirup lidahnya dengan kokoh ditambah pelukanku yang kian erat. Kesimpulannya tubuhku merenggang di atasnya dengan penis masih menancap di vaginaku. Dibelainya rambut serta punggungku dengan lembut
“ Ci, itu tadi yang namanya orgasme yah? edan banjir banget lu tadi, tetapi lezat, hangat!” komentarnya
“ Kalian letih Ci? udah lemas ini” tanyanya melihatku yang bernafas ngos- ngosan.
“ Tidak, lu pula masih kokoh kan, saat ini kita ubah style yah!” kataku sembari bangkit serta bertumpu dengan kedua tangan serta lututku
Pinggulku kutunggingkan seolah menantangnya memperlihatkan kemaluanku yang merah dengan bulu- bulunya gelap yang rimbun. Tanpa wajib kuajari lagi Felix melekatkan penisnya pada bukit kemaluanku yang becek. Dengan mesra ia membenamkan penisnya sedikit demi sedikit.
“ Ooohh…yeahh! fuck me like that…uuhh…i’ meter your bitch now!” erangku liar
Ronde selanjutnya juga diawali, kami silih memacu badan kami dalam posisi doggy. Sembari menggenjotku, tangannya memijati payudaraku yang bergelayutan dengan lembut, kupegangi tangannya supaya remasannya ke payudaraku tambah keras, tubuhku kugoyangkan bertentangan arah dengan sentakannya sehingga sodokan penisnya kian terasa. Tidak percuma ajaranku, nyatanya ia tidak mengecewakan semacam ditaksir dahulu. 5 belas menit setelah itu, kami berubah posisi lagi, saya telentang di tengah ranjang membuka lebar kakiku sedangkan ia senantiasa dalam posisi berlututnya diantara kedua pahaku. Saat ini ia yang memegang kendali tanpa arahan- arahan dariku lagi, kedua betisku dinaikkan ke pundaknya, tangannya ikut aktif menjelajahi tubuhku. Yang kulakukan saat ini cumalah mendesah, menggeleng- gelengkan kepala serta menggigit jari menikmati hasil pengajaranku. Saya kemudian merendahkan kedua betisku itu serta mencapai lehernya, mengisyaratkan supaya ia maju menindihku. Kami telah demikian hanyut dalam kenikmatan hingga 2 SMS yang masuk ke HP- ku juga tidak mengusik kami. Sembari terus menggumuliku, ia menciumiku di mulut, pipi, kuping, serta leher
“ Ahh- ahhh…Lix, kita coba keluar barengan ya, lu udah ingin kan” desahku sembari mempererat dekapan kala kurasakan perasan itu telah mendekat
“ Iyah Ci, gua pula udah ingin!” jawabnya terengah- engah sembari memesatkan genjotannya.
Kembali saya hadapi klimaks bersamanya yang lebih panjang dari lebih dahulu, tanpa hirau kondisi saya mengerang panjang membebaskan seluruh perasaan yang terdapat dalam diriku. Dikala bertepatan pula, Felix menyusul ke puncak dengan menyemburkan maninya yang kental ke vaginaku sampai bercampur dengan lendir kewanitaanku.
“ Oouuughh…!” ia juga melenguh panjang mengakhiri game ini
Kami berciuman dalam dekapan menikmati sisa kenikmatan sampai kesimpulannya terkulai lemas berdekatan tetapi masih senantiasa berpelukan, mata kami silih pandang satu sama lain tanpa berkata- kata sebab masih letih.
“ Ci, lu bakal berbadan dua ngga ntar, takutnya…” tanyanya dengan khawatir
Saya tersenyum dengan persoalan polosnya kemudian menjawabnya sembari memegang hidung kecilnya
“ Ah lu, udah ngelakuin baru tanya dampaknya, tetapi tenang, wanita kan terdapat masa- masa suburnya serta saat ini gua lagi nyaman kok, masa gitu aja ga tau sih? kaan dahulu di hayati terdapat?”
“ Iya sih, tetapi kan prakteknya gua belom gitu jelas, saat ini baru dijelasin ama lu hehehe” ia tertawa renyah
“ Eh Ci, foto yang ini buat gua aja yah, buat kenangan awal kalinya gua ngelukis bugil, ntar jika ingin gua gambarin lagi buat lu, please” pintanya
Saya sih iya- iya saja, toh niatku menggodanya telah tercapai.
Hari- hari selanjutnya, kami sebagian kali berkolaborasi membuat‘ karya seni’. Tidak tidak sering saya berikan anjuran menimpa latar serta pose. Kami silih berbagi pengalaman, saya menemukan pengalaman selaku model lukisan, ia juga menemukan banyak pengetahuan buat tingkatkan bakat seninya serta tidak ketinggalan pelajaran seks serta ikatan sosial dariku. Saat ini Felix telah lebih pandai berteman, tidak sekuper dahulu lagi. Apalagi sempat ia mengutarakan perasaannya padaku, tetapi sayang saya wajib menolaknya dengan halus, sebab saya belum siap memperoleh pacar lagi semenjak ikatan cintaku di masa kemudian gagal 3 kali. Kami senantiasa bergaul baik sampai saat ini. Kala saya lulus sebagian bulan kemudian ia sudah memiliki pacar. Syukurlah, saya juga bahagia sebab dapat membantunya belajar menimpa hidup serta buatnya lebih terbuka.