
Saya serta cici- ku bersama sekolah di SMU swasta di Surabaya. Saya di
kelas satu, umurku 16 tahun. Sedangkan cici- ku kelas 3, umurnya
18 tahun. Terus cerah, cici- ku orangnya cakep. Kulitnya pula putih.
Tingginya 161 centimeter, beratnya 48 kilogram. Rambutnya sebahu dicat kecoklatan.
Badannya sudah berkembang jadi sexy. Dadanya terlihat menonjol. Gara- gara
penasaran, sempat kulihat bra miliknya. Dia memiliki bra dengan
bermacam berbagai model serta bermacam warna. Mereknya mayoritas Triumph
serta ukurannya 34C. Dia awal kali mengenakan bra waktu kelas 2 SMP. Pada sesuatu siang sepulang sekolah, saya serta cici- ku lagi jalan- jalan
di mal. Dikala itu kami berdua masih mengenakan seragam. Waktu itu kita
lagi antri beli minuman. Dikala itu terdapat laki- laki pribumi anak STM yang
berkulit gelap serta berambut grondrong. Tampangnya sangar dan
tubuhnya besar tegap. Dia memandangi cici- ku terus. Matanya
memandang lekat- lekat ke cici- ku, mula- mula ke mukanya kemudian turun
ke segala badannya hingga ke ujung kaki. Metode melihatnya sangat
kurang ajar semacam bagaikan menelanjanginya. Paling utama selain
mukanya, dia pula memandang lekat- lekat ke arah dadanya. Memanglah baju
seragam yang dipakai cici- ku waktu itu agak tipis kainnya sehingga
bra- nya nampak dengan jelas. Terlebih payudaranya lumayan menonjol.
Ditambah lagi mukanya yang cakep serta kulitnya yang putih.
Kayaknya laki- laki itu terangsang habis oleh cici- ku. Sedangkan itu
cici- ku pula merasa jika dia dilihatin semacam itu. Kayaknya ia
jengkel dibegituin. Sehingga orang itu ditatapnya balik. Serta orang itu
malah balas memandanginya lekat- lekat. Sehingga buat sebagian saat
lamanya mereka berdua silih bertatapan. Saat ini malah saya yang agak
khawatir.
“ Kurang ajar bener itu orang. Ngeliatin orang seenaknya. Kalian labrak
ia dong,” perintahnya.
“ Sudahlah Ci, biarin aja. Wong namanya pula orang iseng,” kataku.
“ Kalian itu gimana sih. Jadi laki- laki bukannya ngebelain kakak. Memang
kalian suka ya ngeliat kehormatan cici dilecehkan semacam itu,”
serunya.
“ Bukan begitu. Sudahlah namanya pula orang iseng. Mending kita jalan
aja ayo. Tidak harus ditanggepin,” kataku sembari mengajak ia berangkat.
Kebetulan dikala itu saya sudah berakhir membeli minuman.
“ Alaah, bilang aja kalian khawatir. Bawah laki- laki pengecut. Coba, kamu
berani tidak berantem sama ia,” ejek cici- ku.
Saya diam saja sebab dalam hati saya mengakui kebenaran kata- katanya
itu. Sehabis itu saya menoleh ke balik memandang orang itu, ternyata
ia masih terus memandangi cici- ku. Dikala dia melihatku, ia
mengacungkan tinjunya kepadaku. Kemudian saya buru- buru menoleh ke depan
kembali.
Di dalam mobil, cici- ku terus mengata- ngataiku.
“ Bawah laki- laki banci. Penakut.”
“ Bukan begitu. Malah saya tidak ingin nanti terjalin apa- apa terhadap
cici.”
“ Terjalin apa- apa gimana maksudmu?” tanyanya dengan nada besar.
“ Tidak, bu- bukan gitu maksudku.”
“ Terjalin apa- apa gimana! Mari jawab!!”
“ Maksudku, kalo ditanggapi, nanti malah nekat. Kalo misalnya dia
nanti nekat megang- megang cici gimana?”
“ Kalian itu gimana sih. Memangnya cici diam aja kalo ingin dipegang-
pegang gitu. Trus terdapat kalian disini, buat apa. Kalian itu goblok banget
sih. Masa tidak berani membela kehormatan cici- mu.”
“ Bukan gitu. Mengapa kita cari gara- gara. Nanti kalo ia mukul
gimana?”
“ Berarti memanglah kalian khawatir khan. Huh, betul- betul pengecut!”
“ Memanglah cici sendiri tidak khawatir berantem sama ia.”
“ Goblok! Tolol! Memangnya mengapa cici ingin berantem sama ia.
Kamulah yang harusnya maju melawan ia. Bawah laki- laki banci! Penakut!”
Terus cerah, memanglah cici- ku pada dasarnya tidak suka dengan cowok-
laki- laki semacam itu.
Seharian itu saya masih terus memikirkan peristiwa itu sembari berandai-
andai. Seandainya laki- laki itu nekat mengajak berkelahi, terus terang
memanglah saya khawatir menghadapinya. Serta terus cerah, perihal lain yang
dalam hati kuakui, cici- ku memanglah orangnya cakep, body- nya sexy dan
kerap buat cowok- cowok suka ngeliatin. Serta peristiwa semacam ini
sudah kerap kali terjalin. Yang saya ingat persis hingga saat ini,
kala kita berangkat berenang, terdapat laki- laki pribumi pula yang ngeliatin
ia terus. Kali ini malah lebih parah sebab dia dapat memandang lekukan
buah dada cici- ku yang terlihat bagian atasnya dan pahanya yang putih
lembut. Jujur saja, diam- diam kadangkala saya juga pula dapat jadi ngaceng
sendiri. Walaupun saya tidak sempat memiliki benak buat berbuat yang
nggak- nggak kepadanya. Semacam dikala ini, kala dia mengenakan kaus tank-
top ketat warna hijau muda serta celana pendek. Terlihat belahan dada
bagian atasnya paling utama jika ia menunduk. Memanglah jika di rumah,
dia agak berani serta cuek berpakaian. Sebab disini serumah cuman ada
saya serta seseorang pembantu wanita yang agak tua. Orangtuaku tinggal di
kota lain serta rumah ini disewa buat saya serta ciciku sekolah di kota
ini. Sebagian kali saya sempat melihatnya tidak mengenakan bra, terutama
jika malam hari menjelang tidur. Apalagi sempat satu kali, sewaktu
ia kelas 1 SMU, saya melihatnya telanjang bundar! Dikala itu dia lupa
mengunci pintu kamarnya sehingga saya masuk begitu saja.
3 hari sehabis itu( dikala malam Pekan)…
Entah mengapa tiba- tiba malam itu saya terbangun. Saya tidak ngeliat
jam, tetapi bagi perasaanku dikala itu dekat tengah malam. Setelah
bangun saya lekas keluar dari kamarku. Dikala itu ruang tengah telah
hitam gulita. Tetapi kulihat pintu kamar cici- ku sedikit terbuka dan
lampu didalamnya menyala cerah benderang. Sebab pengin ketahui aku
berjalan mendekatinya. Terus menjadi dekat dari kamarnya, saya mendengar
terdapat suara laki- laki di dalam kamarnya! Sebab penasaran, saya masuk ke
kamarnya. Saya mau berdialog tetapi entah mengapa saya jadi seperti
tidak dapat berdialog. Serta dikala kulihat…ternyata cici- ku sedang
berduaan dengan laki- laki. Serta laki- laki itu merupakan laki- laki pribumi di mal
sebagian hari kemudian!! Mereka tidak memperhatikanku sebab mereka
terlihat asik bermesraan.
Saya jadi bimbang, semenjak kapan mereka silih memahami. Kok bisa-
bisanya cici- ku yang umumnya( maaf, bukannya sara) tidak suka
berteman dengan laki- laki pribumi kok saat ini malah bermesraan dengan
laki- laki ini!! Sebab bimbang serta penasaran, saya bersembunyi di balik
lemari serta dengan bebas memandang apa yang dicoba mereka berdua
ini.
Dikala itu ciciku mengenakan daster warna merah coklat yang sangat jarang
sekali dipakainya. Mereka berdua duduk berdempetan di ranjang. Kedua
tangan laki- laki itu memegang- megang badan cici- ku sembari dia menciumi
rambut serta leher cici- ku. Cici- ku terlihat menonjol dadanya di balik
daster tipis yang dikenakannya. Laki- laki itu setelah itu memegang dadanya
serta dengan kedua tangannya diraba- rabainya serta diremas- remas sambil
terus menciumi leher ciciku yang putih dan rambutnya yang hitam
kecoklatan.
Sejenak perhatianku tersendat oleh kantong kresek Hero yang
tergeletak di lantai di dekat ranjang. Saya agak heran kok dapat ada
kantong kresek itu sementara itu kita tidak sempat ke Hero supermarket.
Bisa jadi dibawa oleh laki- laki ini, pikirku. Tetapi perhatianku segera
bergeser kembali ke adegan seru yang terdapat di depanku ini.
Laki- laki itu saat ini mulai menciumi bibir cici- ku serta tangannya mulai
bergerilya di bagian dasar. Tangannya dimasukkan di balik daster
cici- ku, diraba- rabainya pahanya. Kemudian daster itu dinaikkan ke atas
sehingga nampaklah saat ini paha cici- ku yang putih lembut dan CD
bercorak merah menyala. Sejenak dia memandang warna merah putih yang
kontras serta indah itu. Kemudian diraba- rabainya pahanya yang putih
lembut. Sehabis itu gantian“ bagian merahnya” yang dipegang- pegang
serta diraba- rabai. Jarinya dimainkan serta digesek- gesekkan di daerah
sensitif itu. Dia melaksanakan itu sembari menciumi cici- ku serta tangan
yang satunya meraba- raba payudaranya.
Sepanjang ini kulihat respon cici- ku sama sekali tidak melawan. Bahkan
dia menikmati saja diperlakukan semacam itu oleh laki- laki itu. Dalam
hati saya berpikir, ia suka mengata- ngataiku pengecut sebab aku
dikira tidak berani membela kehormatannya dikala ia dilecehkan oleh
laki- laki pribumi tidak diketahui. Tetapi saat ini apa realitasnya, malah
ia menyerahkan kehormatan dirinya secara sukarela kepada cowok
pribumi yang tidak diketahui serta malah menikmati perihal itu! Jika begini
persoalannya, pasti tidak salah sikapku sepanjang ini. Buat apa dibela
jika yang dibela nyatanya memanglah ingin dengan suka rela. Kalau
saat ini misalnya saya seketika menghadiri mereka serta menantang
laki- laki itu, jangan- jangan malah cici- ku menyuruh laki- laki itu untuk
menghajarku biar saya tidak membatasi mereka. Telah malu babak
belur pula. Seandainya juga saya dapat menghajar laki- laki itu, toh juga
tidak terdapat manfaatnya. Jika pada dasarnya memanglah ingin, cici- ku dapat saja
terus berhubungan diam- diam dengan laki- laki itu.
Nyatanya omongan serta perilakunya sepanjang ini sangat berbeda dengan
perbuatannya saat ini ini. Jadi terdapat pepatah baru,” Mulut mengatakan
tidak ingin berkemih berdiri tetapi diam- diam melaksanakan berkemih sambil
berlari”. Sepanjang ini dia berlagak tidak suka serta tidak ingin bergaul
dengan laki- laki pribumi tetapi pada dikala ini malah dia lagi bermesraan
dengan laki- laki pribumi. Saya dimaki- maki sebab dianggapnya diam saja
dikala ia diliatin sama laki- laki tidak diketahui, nyatanya malah ia mau
digrepe- grepe oleh laki- laki tidak diketahui, malah menikmati pula. Akhirnya
kuputuskan saya hendak melihat saja apa yang hendak terjadi
seterusnya.

PUSATHOT , Laki- laki itu jadi kian berani. Daster cici- ku yang bagian bawahnya
sudah terbuka, saat ini diloloskannya dari kepala serta kedua tangan cici-
ku yang dengan sukarela mengangkut kedua tangannya biar dasternya
dapat terlepas dari badannya. Bra- nya pula bercorak sama, merah
menyala yang kontras dengan badannya yang putih lembut. Dengan penuh
nafsu, laki- laki itu membebaskan bra cici- ku yang pengaitnya terdapat di
depan. Sembari memandangi buah dada cici- ku dari jarak begitu dekat,
dia meloloskan tali bahunya dari kedua tangannya. Lagi- lagi cici-
ku“ berlagak kooperatif” membiarkan laki- laki itu membuka bagian
rahasianya.
Laki- laki itu memandangi buah dada cici- ku sembari tersenyum- senyum.
Memanglah payudaranya betul- betul indah serta sangat mengggoda. Jauh
lebih indah serta padat berisi dibandingkan yang kulihat sebagian tahun
kemudian. Belahannya begitu sempurna serta keduanya terlihat simetri. Celah
lekukan diantara payudaranya betul- betul indah. Putingnya berwarna
fresh kemerahan. Kedua ujung putingnya menonjol.
Langsung saja kedua tangan laki- laki itu merengkuh tiap- tiap satu
buah dada cici- ku. Diraba- raba serta diremas- remasnya. Dirasakan
kekenyalannya. Jari jemarinya meraba- raba serta memilin- milin kedua
putingnya paling utama ujungnya yang terlihat sensitif. Teruji karena
cici- ku terbuat mendesah- desah lama- lama karenanya.
Sehabis lumayan puas bermain- main dengan buah dada, laki- laki itu melepas
pakaian kaus serta celana panjangnya sendiri, berikut celana dalamnya.
Sehingga saat ini dia telanjang bundar dihadapan ciciku. Kulitnya coklat
kehitaman. Tubuhnya tegap dan dadanya bidang. Cici- ku nampak
jengah karenanya, bisa jadi paling utama sebab batang penisnya yang besar
serta panjang sudah ngaceng dengan kuatnya. Terlebih kepala penisnya
yang disunat jadi kian terlihat besar. Nampak pula urat- uratnya
menonjol di badan penisnya yang lebih gelap dibandingkan kulitnya.
Segala paha serta kakinya berbulu rimbun.
Setelah itu dia membebaskan CD merah cici- ku sehingga saat ini keduanya telah
telanjang bundar. Lagi- lagi ciciku dengan sukarela membiarkan cowok
itu melucuti baju terakhir yang menempel di badannya. Rambut
kemaluannya terlihat lumayan rimbun. Laki- laki itu membuka lebar- lebar paha
cici- ku bisa jadi biar dia dapat memandang dengan jelas Miss V dan
klitoris cici- ku. Betul- betul kurang ajar laki- laki itu!
Kemudian direbahkannya cici- ku serta kembali dia menciumi leher, rambut,
serta segala wajah cici- ku. Dikulum serta dilumatnya bibir cici- ku
sedangkan tangannya meraba- raba badan cici- ku paling utama buah dada dan
paha. Setelah itu mulutnya turun ke dasar, dari leher ke bagian dada.
Dikecupinya kedua buah dada cici- ku serta dikulumnya putingnya
bergantian, lidahnya bergerak- gerak melingkari putingnya, putingnya
digerak- gerakkannya dengan lidahnya, serta terakhir putingnya dikenyot-
kenyot. Serta tangannya digesek- gesekkan di Miss V terutama
klitorisnya. Membuat cici- ku tanpa malu- malu lagi mendesah- desah tak
keruan.
“ Oooh, ahhhh, oohhhhh.”
Saya juga jadi terangsang pula melihat serta mendengar itu. Penisku
sudah berdiri tegak serta cairan pre- cum ku mulai keluar.
Laki- laki itu setelah itu menjilati Miss V cici- ku. Wah, edan! Semacam AV
Jepang saja. Tidak jelas apa yang dikerjakannya tetapi cici- ku jadi
kian mendesah- desah serta mengerang- ngerang dibuatnya.
Kemudian dia menindih badan cici- ku, pahanya yang gelap berbulu menempel
di paha cici- ku yang putih lembut sedangkan dadanya yang bidang
melekat ke buah dada cici- ku. Kembali dengan penuh nafsu dia menciumi
bibir cici- ku setelah itu ke lehernya.
Tidak lama setelah itu, dia membuka lebar- lebar kedua paha ciciku. Diatur
posisi penisnya di depan Miss V cici- ku. Kemudian dengan gerakan
mendesak ke depan, dimasukkan kepala penisnya ke dalam liang vagina
cici- ku.
“ Oooohhhh.”
Kemudian gerakan mendesak sekali lagi, bisa jadi buat memasukkan seluruh
penisnya ke dalam.
“ aaahhhhhhhh.”
Sehabis itu terjadilah gerakan berirama kala dia memainkan penisnya
di dalam Miss V cici- ku. Pasti pada dikala itu laki- laki itu– yang bahkan
namanya juga saya tidak tahu- sudah sukses merenggut kehormatan cici-
ku secara telak. Apalagi bukan tidak bisa jadi pula jika dia adalah
laki- laki awal yang menikmati keperawanan cici- ku. Lebih dahulu aku
tidak sempat menyangka jika cici- ku dapat berkelakuan semacam saat
ini. Saya tidak dapat memandang dengan jelas apa yang dikerjakannya karena
laki- laki itu dalam posisi memunggungiku dikala dia mem-” banging” cici- ku.
Cuma dapat kulihat badannya bergerak maju mundur. Saya tidak bisa
memandang cici- ku sebab tertutup oleh punggungnya. Tetapi gerakan-
gerakan itu membuat desahan- desahan cici- ku jadi kian liar dan
kian kilat iramanya.
“ Ooooh…Aaahhh…. Ooohhhhh…. Ahhhhhh….. Ooohhhhhh.”
Tetapi perihal itu tidak berlangsung lama. Sebab tidak lama setelah itu mereka
berganti posisi menghadap ke samping sehingga saat ini saya dapat melihat
dengan jelas. Laki- laki itu menyuruh cici- ku menungging di depannya yang
dengan patuh diikutinya. Terlihat punggungnya yang putih lembut dan
payudaranya bergerak- gerak menggantung dengan bebasnya. Kayaknya
laki- laki itu mau menikmati cici- ku dalam posisi doggy gaya. Namun
saat sebelum itu, dia memegang serta menyangga buah dada cici- ku. Kedua
buah dada yang indah itu saat ini terletak dalam genggamannya, ditepuk-
tepuknya serta diremas- remasnya.
Sehabis puas memainkan payudaranya, saat ini dimasukkannya penisnya yang
besar ke dalam lubang Miss V cici- ku kemudian dikocoknya di dalamnya.
Saking nafsunya sampai- sampai segala badan cici- ku jadi ikut
terdorong maju mundur menjajaki gerakan“ kocokan” laki- laki itu. Cici- ku
jadi kian mendesah- desah tidak karuan dibuatnya. Segala tubuhnya
bergoyang- goyang tercantum payudaranya pula bergoyang- goyang tak
karuan. Apalagi ranjang juga jadi turut tergoyang- goyang. Dengan posisi
saat ini, saat ini saya dapat memandang langsung ataupun dari refleksi kaca
besar di meja rias di samping ranjang. Laki- laki itu terlihat sangat puas
menikmati“ menggedor- gedor” segala badan cici- ku itu. Kini
pemikirannya menuju ke cermin besar meja rias itu, tertuju ke tubuh
cici- ku yang bergoyang- goyang sebab kocokan penisnya itu. Memang
betul- betul dahsyat panorama alam itu!
Sehabis puas menggedor dalam posisi doggy gaya, saat ini laki- laki itu
merebahkan dirinya telentang di ranjang. Terlihat penisnya yang besar
berdiri dengan tegaknya. Kepala penisnya mengkilap basah mungkin
sebab cairan pre- cum bercampur dengan cairan Miss V cici- ku.
Kemudian dia“ membimbing” ciciku biar“ duduk dengan manis” diatas tubuh
laki- laki itu dengan posisi yang pastinya diatur biar penisnya berada
di dalam Miss V cici- ku. Sehabis masuk ke dalam, dengan tangannya ia
menggerakkan badan cici- ku naik turun. Mula- mula cici- ku agak
canggung. Tetapi lama kelamaan dia jadi keenakan naik turun menunggang
penis laki- laki itu. Payudaranya bergerak- gerak serta berputar- putar naik
turun menjajaki gerakan badannya. Tetapi saya tidak lama dapat menikmati
payudaranya sebab kedua tangan laki- laki itu lekas merengkuh payudara
cici- ku serta kembali, buat berulang kalinya hari itu, meremas-
remasnya. Terlihat kontras perbandingan badan mereka. Cici- ku yang putih
bergoyang- goyang di atas badan laki- laki itu yang gelap. Tetapi rupanya
cici- ku telah tidak mempedulikan segalanya. Sebab dia terus- terusan
menggerakkan badannya naik turun sembari terus mendesah- desah dan
berteriak- teriak. Diantara suara desahannya itu, saya pula bisa
mendengar suara beradunya penis laki- laki itu dengan Miss V cici- ku.
“ Ahhhhh, ahhhhhh, ahhhhhh, ahhhhhhh….”
“ Shleeb, shleeb, shleeb…”
Dikala itu saya juga pula merasa ikutan“ naik”. Tanpa sadar kukocok
penisku menikmati panorama alam itu.
Sedangkan cici- ku kian lama mendesah- desah kian kilat serta makin
besar suaranya. Hingga kesimpulannya dia memperoleh orgasme.
Sehabis itu mereka berubah posisi. Badan cici- ku yang lebih kecil
ditindihnya. Pahanya yang gelap berbulu kembali melekat di paha
cici- ku yang putih lembut. Cici- ku kayaknya kegelian sebab bulu-
bulu di paha laki- laki itu menggelitik pahanya serta vaginanya. Kini
giliran laki- laki itu yang diatas buat menyetubuhinya dengan gaya
missionaris. Kembali penisnya dimasukkan ke dalam Miss V cici- ku.
Setelah itu betul- betul habis- habisan dia mengocoknya. Sampai- sampai
segala ranjang kembali bergoyang- goyang.
Sehabis itu dia mengganti sedikit letaknya. Dia menyetubuhi cici- ku
dengan mengangkut kedua paha cici- ku serta menyimpan diatas bahunya.
Kemudian kembali disodoknya cici- ku yang putih lembut itu dengan penisnya
yang gelap besar. Pasti sodokannya itu membuat kembali
terjalin“ gempa setempat”. Segala badan cici- ku bergoyang- goyang.
Kedua buah dada cici- ku bergerak- gerak serta berputar- putar mengikuti
irama gerakan sodokan laki- laki itu.
Lumayan lama dia menggenjot cici- ku semacam itu. Sehabis puas meng-
“ over- power” cici- ku semacam itu, kesimpulannya dia hadapi ejakulasi
serta memuntahkan segala spermanya di dalam badan cici- ku.
Dikala itu saya juga kesimpulannya pula hadapi ejakulasi yang terhebat
yang sempat kualami. Kurasakan mani yang tumpah di celanaku amat
sangat banyak. Saya merasa sangat puas sekali. Sehabis itu saya merasa
ngantuk sekali serta tertidur.
…….
…….
Entah berapa lama setelah itu, saya separuh sadar terbaring di
ranjangku, dalam keadaan separuh sadar serta separuh bermimpi. Ooh,
nyatanya barusan saya hanya bermimpi, pikirku. Tetapi kurasakan
celanaku basah kuyup serta bau mani. Hmm, nyatanya barusan saya mimpi
basah menimpa cici- ku serta laki- laki tidak diketahui. Dalam hati aku
bersyukur kalau seluruhnya ini cumalah mimpi. Sangat saya tidak
mengharapkan jika cici- ku dibegituin betulan sama laki- laki itu. Meski
wajib kuakui dengan jujur, kalau itu merupakan mimpi yang indah.
Mimpi yang sangat indah.
Serta pula sangat riil.
Sampai- sampai susah dibedakan antara mimpi serta realitas.
Pagi harinya…
Saya bangun agak terlambat. Begitu bangun saya langsung teringat akan
mimpi indah kemarin malam. Dikala itu saya telah betul- betul bangun dan
sadar jika dikala ini bukan mimpi. Mendadak kupegang celanaku,
nyatanya memanglah malam itu saya mimpi basah dengan hebat dan
menghasilkan mani banyak sekali. Apalagi saking banyaknya, terdapat sisa
mani yang mengering di pahaku serta membekas hingga ke seprei- ku.
Badanku terasa lemas gara- gara keluar mani yang sangat banyak
malam tadi. Sehabis mencuci muka, saya keluar kamar. Tidak lama kemudian
keluarlah ciciku dari kamarnya. Tampangnya kusut serta rambutnya awut-
awutan. Tampangnya semacam orang yang baru bangun. Tidak biasanya
jam segini dia baru bangun. Umumnya dia senantiasa bangun lebih pagi
dariku.
Tetapi yang mengherankanku merupakan, dia mengenakan daster merah coklat
yang sama persis dengan mimpiku tadi malam. Sementara itu daster itu biasanya
tidak sering dipakainya. Serta bra yang dipakainya juga rupanya merah
menyala. Perihal ini nampak dari talinya yang nampak di bahunya.
Belum lama sehabis dia berakhir mandi, kulihat diantara tumpukan baju
kotor, bra serta CD warna merah menyala yang modelnya sama persis
dengan mimpiku kemarin!
Serta yang sangat membuatku kaget merupakan, sewaktu pintu kamarnya
terbuka agak lebar, kulihat terdapat kantong kresek Hero di tempat yang
sama dengan yang kulihat kemarin!!
Saat ini saya jadi penasaran, apakah kemarin malam cici- ku betul- betul
sudah disetubuhi serta bercinta dengan laki- laki itu ataukah memanglah cuma
mimpi? Buat meyakinkannya, saya memiliki ilham bagus, ialah dengan
mencek seprei di ranjangnya yang dapat jadi terdapat fakta bekas-
sisa“ pertempuran” malam itu jika memanglah itu betul- betul terjalin.
Tetapi sayangnya saya tidak menemukan peluang itu. Sebab dikala aku
lagi mandi, seprei berikut sarung bantal serta guling serta
comforter yang terdapat di dasar seprei sudah ditukar dengan yang baru.
Sedangkan yang lama sudah dicuci di dalam mesin mencuci serta comforter-
nya sudah dikirim ke laundry.
Kebetulankah?
Ataupun buat melenyapkan fakta?
Saat ini saya betul- betul tidak ketahui, apakah peristiwa malam itu hanya
mimpi?
Ataukah mimpi yang terjalin bertepatan dengan realitas?
Ataupun memanglah realitas?
Oleh sebab semenjak dikala itu saya tidak sempat berjumpa lagi dengan
laki- laki STM itu.
Jadi di dunia ini, cuma cici- ku seoranglah yang ketahui hendak kejadian
sebetulnya.
Ataukah terdapat diantara pembaca yang ketahui peristiwa sebetulnya?
Entahlah.