
PUSAT4D – Saat Kemah di Puncak– ini terjalin kurang lebih 5 tahun yang kemudian( tepatnya bertepatan pada 30 desember 2020). Dikala itu kelompok kami( 4 lelaki serta 2 wanita) melaksanakan pendakian gunung. Rencananya kami hendak memperingati pergantian tahun baru di situ. Hingga di tempat yang kami tuju hari sudah sore, kami lekas mendirikan tenda di tempat yang strategis.
Sehabis seluruhnya berakhir, kami setuju kalau 3 orang lelaki wajib mencari kayu bakar, sisanya senantiasa tinggal di perkemahan. Saya, Robby, serta Doni memilah mencari kayu bakar, sebaliknya Fadli, Lia serta Wulan senantiasa tinggal di tenda. Baru sebagian langkah kami beranjak berangkat, seketika Wulan memanggil kami, katanya ia mau turut kelompok kami saja( sebabnya masuk ide, ia tidak lezat hati karena Fadli merupakan pacar Lia, serta Wulan tidak mau kehadirannya di tenda mengusik kegiatan mereka). Sebab Fadli serta Lia tidak keberatan ditinggal berdua, kami( Robby, Doni, saya serta Wulan) lekas melanjutkan ekspedisi.
Terdapat sebagian perihal yang butuh saya ceritakan kepada pembaca tentang 2 orang sahabat perempuan kami. Lia sifatnya sangat lembut, berusia, pendiam serta keibuan. Watak ini bertolak balik dengan Wulan. Bisa jadi sebab ia anak bungsu serta ketiga kakaknya seluruh lelaki, jadi Wulan sangat manja, tetapi terkadang tomboy. Tetapi di balik seluruh itu, kami seluruh mengakui kalau Wulan sangat menawan, apalagi lebih menawan dari Lia.
Tidak berapa lama, sampailah kami pada tempat yang dituju, kemudian kami mulai mengumpulkan ranting- ranting kering. Sembari mengumpulkan ranting, kami membicarakan apa yang lagi dicoba Fadli serta Lia di dalam tenda. Pasti saja pembicaraan kami menjurus kepada hal- hal porno. Sehabis lumayan apa yang kami cari, Robby menganjurkan singgah mandi dahulu ke sungai yang tidak berapa jauh dari tempat kami terletak. Wulan boleh turut, tetapi wajib menunggu di atas tebing sungai sedangkan kami bertiga mandi. Wulan sepakat saja. Pendek kata, sampailah kami pada sungai yang dituju. Saya, Robby serta Doni turun ke sungai, kemudian mandi di sana. Wulan kami suruh duduk di atas tebing serta jangan sekali- kali mengintip kami.
Kala lagi asyik- asyiknya kami berkubang di air, seketika kami mendengar Wulan menjerit sebab terjatuh dari atas tebing. Badannya menggelinding hingga kesimpulannya dia tercebur ke dalam air. Cepat- cepat kami berlari berupaya menyelamatkan Wulan( kami mandi cuma menanggalkan pakaian serta celana panjang, sebaliknya celana dalam senantiasa kami gunakan). Robby yang pandai berenang lekas menjemput Wulan, kemudian menariknya dari air mengarah tepi sungai. Saya serta Doni menunggu di atas. Hingga di tepi sungai, badan Wulan basah kuyup. Sepintas kulihat lengan Robby memegang buah dada Wulan. Sebab Wulan mengenakan T- Shirt basah, saya bisa memandang dengan jelas lekuk- lekuk badan Wulan yang sangat menggairahkan.
Wulan merintih memegangi lutut kanannya. Saya serta Doni terpaku tidak ketahui apa yang wajib kami jalani, tetapi Robby yang sempat turut aktivitas penyelamatan dengan sigap membuka ikat pinggang Wulan kemudian mencopot celana jeans Wulan hingga lutut. Wulan berteriak sembari mempertahankan celananya supaya tidak melorot. Sangat, dikala itu saya tidak ketahui apa sesungguhnya yang hendak Robby jalani terhadap Wulan. Segalanya berjalan begitu kilat serta saya tidak menaruh tuduhan negatif terhadap Robby. Saya cuma menebak, Robby hendak mengecek cedera Wulan. Tetapi dengan melorotnya jeans Wulan hingga ke lutut, kami bisa memandang dengan jelas celana dalam wulan yang bercorak off- white( putih kecoklatan) serta berenda. Kontan penisku bangun.
Robby memerintahkan saya serta Doni memegangi kedua tangan Wulan. Semacam dihipnotis, kami bagi saja. Wulan terus menjadi meronta sembari menghardik,“ Rob, apa- apaan sih.., Lepas.., lepas! Ataupun aku teriak”.
Doni sedini kilat membungkam mulut Wulan dengan kedua telapak tangannya. Robby sehabis sukses mencopot celana jeans Wulan, saat ini berupaya mencopot celana dalam Wulan. Hingga detik ini, kesimpulannya saya ketahui apa sesungguhnya yang lagi terjalin. Saya tidak berani melarang Robby serta Doni, sebab tidak hanya saya telah merasa ikut serta, saya pula sangat terangsang dikala memandang kemaluan Wulan yang rimbun ditumbuhi rambut- rambut gelap keriting.
Wulan terus menjadi meronta serta berupaya berteriak, tetapi cengkeraman tanganku serta bungkaman Doni membuat usahanya percuma belaka. Robby lekas berlutut di antara kedua belah paha Wulan. Tangan kirinya memencet perut Wulan, tangan kanannya membimbing penisnya mengarah kemaluan Wulan. Wulan terus menjadi meronta, membuat Robby kesusahan memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginanya. Doni mengambil inisiatif. Ia kemudian duduk mengangkangi pas di atas dada Wulan sembari tangannya terus membungkam mulut Wulan. Seketika Wulan berteriak keras sekali.
Warnanya Robby sukses merobek selaput dara Wulan dengan penisnya. Secara kilat Robby menggerak- gerakkan pinggulnya maju mundur. Buat sebagian menit lamanya Wulan meronta, hingga kesimpulannya ia diam pasrah. Yang ia jalani cuma menangis terisak- isak.
Doni membebaskan telapak tangannya dari mulut Wulan sebab ia merasa Wulan tidak hendak berteriak lagi. Kemudian ia berupaya menarik T- Shirt Wulan ke atas. Di luar dugaan, Wulan kali ini tidak mengadakan perlawanan, sampai Doni serta saya bisa membebaskan T- Shirt serta BH- nya. Luar biasa, badan Wulan dalam kondisi telanjang bundar sangat membangkitkan birahi. Badannya lembut, serta buah dadanya sangat montok. Bisa jadi ukurannya 36B.
Doni lekas menjilati puting susu Wulan, sedangkan saya memandang Robby terus menjadi kesetanan mengoyak- ngoyak Miss V Wulan yang sebagian dikala yang kemudian masih perawan. Saya sangat terangsang, kemudian saya mulai memforsir mencium bibir Wulan. Ugh, nikmat sekali bibirnya yang dingin serta lembut itu. Saya melumat bibirnya dengan sangat bernafsu. Saya tidak ketahui apa yang lagi Wulan rasakan. Saya cuma memandang, matanya polos menerawang jauh langit di atas situ yang menguning tanda- tanda malam hendak lekas datang. Tangisnya telah agak mereda, tetapi saya masih bisa mendengar isak tangisnya yang tidak sekeras tadi. Bisa jadi ia telah sangat putus asa, shock, ataupun bisa jadi pula menikmati perlakuan agresif kami.
Seketika saya mendengar Robby menjerit tertahan. Badannya mengejang. Ia menyemprotkan mani banyak sekali ke dalam Miss V Wulan. Separuh menit setelah itu Robby beranjak berangkat dari badan Wulan kemudian tergeletak keletihan di samping kami. Doni menyuruhku mengambil giliran kedua. Saya bangkit mengarah Miss V Wulan. Sepintas saya memandang mani Robby mengalir ke luar dari mulut Miss V Wulan. Rupanya putih kemerahan. Warnanya bintik- bintik merah itu berasal dari darah selaput dara( hymen) Wulan yang robek. Tanpa kesusahan saya sukses memasukkan penis ke dalam vaginanya. Rasanya nikmat sekali. Licin serta hangat bercampur jadi satu. Dengan kilat saya mengocok- ngocok penisku maju mundur. Saya mendekap badan Wulan.
Payudaranya beradu dengan dadaku. Dengan ganas saya melumat bibir Wulan. Doni serta Robby melihat atraksiku dari jarak 2 m. Sebagian menit setelah itu saya merasakan penisku sangat tegang serta berdenyut- denyut. Saya telah berupaya menahan supaya ejakulasi bisa diperlama, tetapi percuma. Spermaku keluar banyak sekali di dalam Miss V Wulan. Saya peluk erat Badan Wulan hingga ia tidak bisa bernafas.
Sehabis puas, saya bagikan giliran selanjutnya kepada Doni. Saya kemudian duduk di samping Robby memandangi Doni yang dengan sangat bernafsu menikmati badan Wulan. Sebab letih, kurebahkan tubuhku telentang sembari memandangi langit yang terus menjadi menggelap.
Sebagian menit setelah itu Doni ejakulasi di dalam Miss V. Sehabis Doni puas, nyatanya Robby bangkit kembali nafsunya. Ia mendatangi Wulan. Tetapi kali ini ia malah membalikkan badan Wulan sampai tengkurap. Saya tidak ketahui apa yang hendak diperbuatnya.
Nyatanya Robby hendak melaksanakan anal seks. Wulan menjerit dikala anusnya ditembus penis Robby. Mendengar itu Robby malah terus menjadi kesetanan. Ia menjambak rambut Wulan ke balik sampai muka Wulan menengadah ke atas. Dengan sigap Doni mendatangi badan Wulan. Saya memandang Doni dengan sangat agresif meremas- remas buah dada Wulan. Wulan mengiba,“ Aduhh.., telah dong Ro.., ampun.., sakit Rob”. Tetapi Robby serta Doni tidak menghiraukannya.
“ Oh, kecil sekali”, teriak Robby mengomentari lubang dubur Wulan yang lebih kecil dari vaginanya. Tiap Robby menarik penisnya saya amati dubur Wulan monyong. Kebalikannya dikala Robby menusukkan penisnya, dubur Wulan jadi kempot. Tidak lama, Robby hadapi ejakulasi yang kedua kalinya. Sehabis puas, saat ini giliran Doni menyodomi Wulan. Memandang itu saya jadi kasihan pula terhadap Wulan. Di matanya saya memandang beban penderitaan yang amat berat, tetapi sekalian saya pula memandang sisa- sisa ketegarannya mengalami perlakuan ini.
Sehabis Doni puas, Robby serta Doni menyuruhku menikmati badan Wulan. Tetapi seketika mencuat rasa kasihan dalam hatiku. Saya katakan kalau saya telah sangat letih serta hari telah menjelang hitam. Kami setuju kembali ke perkemahan. Robby serta Doni lekas berpakaian kemudian beranjak meninggalkan kami sembari menenteng kayu bakar. Wulan dengan tertatih- tatih mengambil celana dalam, jeans, kemudian menggunakannya. Saya tanyakan apakah Wulan ingin mandi dahulu, serta ia cuma menggeleng. Dalam keremangan senja saya masih bisa memandang matanya yang indah berkaca- kaca. Kuambil T- Shirtnya. Sebab basah, saya mengepak- ngepakkan supaya lebih kering, kemudian saya bagikan T- Shirt itu bersama- sama dengan BH- nya. Robby serta Doni menunggu kami di atas tebing sungai. Sehabis Wulan serta saya lengkap berpakaian, kami beranjak berangkat meninggalkan tempat itu. Robby serta Doni berjalan 7 m di depanku serta Wulan.
Di perkemahan, Fadli serta Lia menunggu kami dengan takut. Kemudian kami mengarang cerita supaya peristiwa itu tidak menyebar. Untunglah Fadli serta Lia yakin, serta Wulan cuma diam saja.
Pas tengah malam di dikala orang lain memperingati pergantian tahun baru, kami melewatinya dengan hambar. Tidak banyak keceriaan kala itu. Kami lebih banyak diam, walaupun Fadli berupaya mencairkan keheningan malam dengan gitarnya.
Esoknya, pagi- pagi sekali Wulan memohon lekas kembali. Kami maklum kemudian lekas memecahkan tenda. Untunglah sesampainya di kota kami, Wulan merahasiakan peristiwa ini. Tetapi 3 bulan selanjutnya Wulan menghubungiku serta ia dengan meminta memohon saya bertanggung jawab atas kehamilannya. Saya pernah kaget sebab belum pasti anak yang di milikinya itu merupakan anakku. Tetapi raut mukanya yang sangat mengiba, membuatku kasihan kemudian menyanggupi menikahinya.
Satu bulan selanjutnya kami formal menikah. Wulan memohon supaya saya memboyongnya meninggalkan kota ini serta mencari pekerjaan di kota lain. Saat ini“ anak kami” telah bisa berjalan. Lucu sekali. Matanya indah semacam mata ibunya. Kadangkala terpikir buat mengenali anak siapa sesungguhnya“ anak kami” ini. Tetapi setelah itu saya menguburnya dalam- dalam. Saya takut kebahagiaan rumah tangga kami hendak sirna apabila nyatanya realitas pahitlah yang kami dapati.
Akhir Desember 2022 kami menikmati pergantian tahun baru di rumah saja. Peristiwa ini kembali mengungkap kenangan buruknya. Matanya berkaca- kaca. Saya memeluk serta membelai rambutnya. Sebagian menit setelah itu, dalam dekapanku ia mengaku kalau saat sebelum peristiwa itu terjalin, sesungguhnya ia telah jatuh cinta padaku. Ia turut mencari kayu bakar sebab ia mau dapat dekat denganku.
Ya Tuhan, saya betul- betul menyesal. Pengakuannya ini membuat hatiku pedih tidak terkira.