Suara Desahan ABG di Tengah Malam dan Penjaga Vila

PUSATHOT , Hari itu, dekat jam 12 siang, saya baru saja datang di vilaku di puncak. Pak Imam, penjaga vilaku membukakan pintu garasi supaya saya dapat memarkirkan mobilku. Pheew…akhirnya saya dapat membebaskan kepenatan sehabis seminggu lebih menempuh UAS. Saya mau mengambil dikala tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, saya mau menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota.

Supaya saya lebih menikmati privacy- ku hingga kusuruh Pak Imam kembali ke rumahnya yang memanglah di desa dekat mari. Pak Imam telah bekerja di tempat ini semenjak papaku membeli vila ini dekat 7 tahun yang kemudian, dengan keberadaannya, vila kami terpelihara baik serta belum sempat kecolongan.

Umurnya nyaris semacam ayahku, 50- an lebih, badannya besar kurus dengan kulit gelap dibakar matahari. Saya daridulu sesungguhnya bernazar mengerjainya, tetapi mengingat ia lumayan loyal pada ayahku serta sangat jujur, hingga kuurungkan niatku.

“ Punten neng, jika misalnya terdapat butuh, ayah tentu terdapat di rumah kok, tinggal dateng aja” pamitnya

Sehabis Pak Imam meninggalkanku, saya membereskan seluruh bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sembari menarik napas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku- buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat terang, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi- sepoi sehingga membuat atmosfer rileks ini lebih terasa.

Saya jadi mau berenang rasanya, terlebih sehabis kulihat kolam renang di balik airnya bersih sekali, Pak Imam memanglah telaten menjaga vila ini. Lekas kuambil peralatan renangku serta mengarah ke kolam. Sesampainya disitu kurasakan suasanya lezat sekali, begitu tenang, yang terdengar cuma kicauan burung serta desiran air ditiup angin.

Seketika timbul kegilaanku, mumpung sepi- sepi begini, bagimana jika saya berenang tanpa busana saja, toh tidak terdapat siapa- siapa lagi disini tidak hanya saya lagipula saya bahagia orang mengagumi keelokan tubuhku. Hingga tanpa pikir panjang lagi, saya juga melepas satu- persatu seluruh yang melekat di tubuhku tercantum arloji serta seluruh perhiasan hingga betul- betul bugil semacam waktu baru dilahirkan.

Sehabis melepas anting yang terakhir melekat di tubuhku, saya langsung terjun ke kolam. Aahh…enak sekali rasanya berenang bugil semacam ini, badan serasa lebih ringan. Sebagian kali saya bolak- balik dengan sebagian style kecuali style kupu- kupu( sebab saya tidak dapat, hehe…)

20 menit lamanya saya terletak di kolam, akupun merasa haus serta mau rehat sebentar dengan sangai di pinggir kolam. Saya kemudian naik serta mengeringkan tubuhku dengan handuk, sehabis kuambil sekaleng coca- cola dari kulkas, saya kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada sofa santai disitu serta kupakai kacamata hitamku sembari menikmati minumku.

Supaya kulitku yang putih lembut ini tidak dibakar matahari, kuambil suntan oilku serta kuoleskan di sekujur tubuhku sampai terlihat berkilauan. Saking enaknya cuaca di mari membuatku mengantuk, sampai tidak terasa saya juga pelan- pelan tertidur. Di tepi kolam itu saya tiduran tanpa suatu apapun yang menempel di tubuhku, kecuali suatu kacamata gelap. Jika saja dikala itu terdapat maling masuk serta memandang keadaanku semacam itu, pasti saya telah diperkosanya habis- habisan.

Ditengah tidurku saya merasakan terdapat suatu yang meraba- raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku kemudian merambat ke dadaku. Kala tangan itu memegang bibir kemaluanku seketika mataku terbuka serta saya langsung kaget sebab yang kurasakan barusan nyatanya bukan hanya mimpi. Saya memandang seorang lagi menggerayangi tubuhku serta begitu saya bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku serta membekap mulutku dengan tangannya, menghindari supaya saya tidak menjerit.

Saya mulai bisa mengidentifikasi orang itu, ia merupakan Muklas, sang penjaga vila orang sebelah, umurnya dekat 30- an, mukanya kurang baik sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung serta matanya yang lebar itu pas di depan wajahku

“ Hehehe…udah lama aku pengen ngerasain ngentot sama neng!” katanya sembari matanya menatapi dadaku

“ Ngentot ya ngentot, tetapi yang sopan dong mintanya, ga harus kaya maling gitu!” kataku sewot

Nyatanya tanpa kusadari semenjak berenang ia telah memperhatikanku dari loteng vila majikannya serta itu kerap ia jalani daridulu jika terdapat perempuan berenang di mari. Mengenali Pak Imam lagi tidak di mari serta saya tertidur, ia nekad memanjat tembok buat masuk ke mari. Sesungguhnya saya lagi tidak mood buat ngeseks sebab masih mau rehat, tetapi elusannya pada wilayah sensitifku membuatku BT( birahi besar).

“ Heh, katanya ingin merkosa gua, kok belum buka pakaian pula, daritadi pegang- pegang doang beraninya!” tantangku

“ Hehe, iya neng abis tetek neng ini loh, montok banget sampe kurang ingat deh” jawabnya seraya melepas pakaian lusuhnya

Tubuhnya cukup jadi pula, meski agak kurus serta dekil, penisnya yang telah tegang lumayan besar, seukuran sama punyanya sang Wahyu, tukang air yang sempat main denganku

Ia duduk di pinggir sofa santai serta mulai menyedot payudaraku yang sangat dikaguminya, sedangkan saya mencapai penisnya dengan tanganku dan kukocok sampai kurasakan penis itu kian membeku. Saya mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku serta menggosok- gosok bibirnya.

“ Eenghh…terus Klas…ooohh!” desahku sembari meremasi rambut Muklas yang lagi mengisap payudaraku.

Kepalanya kemudian pelan- pelan merambat ke dasar serta menyudahi di kemaluanku. Saya mendesah kian tidak karuan kala lidahnya bermain- main di situ ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk.

Saya hingga meremas- remas buah dada serta menggigit jariku sendiri sebab tidak kokoh menahan rasanya yang geli- geli lezat itu sampai kesimpulannya tubuhku mengejang serta vaginaku menghasilkan cairan hangat. Dengan merem melek saya menjambak rambut sang Muklas yang lagi menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus hingga kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Muklas membebaskan kepalanya dari sana, terlihat mulutnya basah oleh cairan cintaku.

Belum beres saya mengendalikan nafasku yang memburu, mulutku telah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Saya agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, perkaranya nafasnya agak bau, entah bau rokok ataupun jengkol. Sehabis sebagian menit baru saya dapat beradapatasi, kubalas game lidahnya sampai lidah kami silih membelit serta mengisap.

Lumayan lama pula kami berpagutan, ia pula menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat hingga wajahku basah oleh liurnya.

“ Gua ga tahan lagi Klas, mari gua emut yang memiliki lu” kataku

Sang Muklas langsung bangkit serta berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi tiduran di sofa santai, kugenggam barang itu, kukocok serta kujilati sejenak saat sebelum kumasukkan ke mulut.

Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu juga tidak menampung sepenuhnya sangat hanya masuk 3/ 4nya saja. Saya memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang pula saya menjilati lubang kencingnya sehingga badan pemiliknya bergetar serta mendesah- desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku serta dimaju- mundurkannya pinggulnya sehingga saya gelagapan.

“ Eemmpp…emmphh…nngg…!!” saya mendesah tertahan sebab hampir kehilangan napas, tetapi tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berulang kali memegang bilik kerongkonganku. Setelah itu kurasakan terdapat cairan penuhi mulutku. Saya berupaya menelan cairan itu, tetapi sebab banyaknya cairan itu meleleh di dekat bibirku. Belum habis semburannya, ia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku pula basah kecipratan maninya.

Kulepaskan kacamata gelap itu, kemudian kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa- sisa mani yang melekat di jariku kujilati hingga habis. Dikala itu tiba- tiba pintu terbuka serta Pak Imam timbul dari situ, ia melongo memandang kami berdua yang lagi bugil. Saya sendiri pernah kaget dengan kehadirannya, saya khawatir ia membocorkan seluruh ini pada ortuku.

“ Eehh…maaf neng, ayah hanya ingin ngambil duit ayah di kamar, ga tau kalo neng lagi gituan” katanya terbata- bata

Sebab telah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku serta berjalan ke arahnya

“ Ah…ga apa- apa Pak, mending ayah ikutan aja ayo!” godaku

Jakunnya turun naik memandang kepolosan tubuhku, walaupun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Saya mengelus- elus batangnya dari luar buatnya terangsang.

Kesimpulannya ia mulai berani memegang payudaraku, apalagi meremasnya. Saya sendiri menolong melepas kancing bajunya serta meraba- raba dadanya

“ Neng, tetek neng gede pula yah…enak yah diginiin sama ayah?” sembari tangannya terus meremasi payudaraku.

Dalam posisi memeluk itupun saya lama- lama membuka celana panjangnya, sehabis itu aku turunkan pula celana kolornya.

Nampaklah kemaluannya yang gelap menggantung, jari- jariku juga mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan barang itu bergetar serta membeku. Pelan- pelan tubuhku mulai menyusut sampai berjongkok di hadapannya, tanpa basa- basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati serta kuemut- emut sampai pemiliknya mengerang keenakan

“ Wah, Pak Imam sama majikan sendiri aja malu- malu!” seru sang Muklas yang mencermati Pak Imam agak grogi menikmati oral seks- ku.

Muklas kemudian mendekati kami serta mencapai tanganku buat mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut serta tanganku melayani kedua penis yang telah mengencang itu. Tidak puas cuma menikmati tanganku, sesaat setelah itu Muklas pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut serta kedua tanganku. Saya mulai merasakan terdapat barang yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku.

Semacam biasa, mulutku menganga menghasilkan desahan meresapi inci demi inci penisnya merambah vaginaku. Saya disetubuhinya dari balik, sembari menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak sampai mulutnya hinggap pada payudaraku. Saya menggelinjang tidak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Imam kian bergairah.

Warnanya saya sudah membuat Pak Imam ketagihan, ia jadi begitu bernafsu menyodok mulutku dengan memaju- mundurkan pinggulnya seakan lagi bersetubuh. Kepalaku juga dipeganginya dengan erat hingga peluang buat menghisap hawa fresh juga saya tidak terdapat. Kesimpulannya saya cuma dapat pasrah saja disenggamai dari 2 arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menimbulkan penis yang lain kian menghujam ke tubuhku.

Perasaan ini sangat susah dilukiskan, kala penis sang Muklas memegang bagian terdalam dari rahimku serta kala penis Pak Imam memegang kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan buah dada ataupun meremasi pantatku. Saya serasa terbang melayang- layang dibuatnya sampai kesimpulannya tubuhku mengejang serta mataku membelakak, ingin menjerit tetapi teredam oleh penis Pak Imam. Bertepatan dengan itu pula genjotan sang Muklas terasa kian bertenaga.

Kami juga menggapai orgasme bertepatan, saya bisa merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan. Sehabis menggapai orgasme yang lumayan panjang, tubuhku berkeringat, mereka rasanya paham keadaanku serta menghentikan kegiatannya.

“ Neng, boleh ga ayah masukin anu ayah ke itunya neng?” tanya Pak Imam lembut

Aku hanya mengangguk, kemudian ia bilang lagi“ tetapi neng rehat aja dahulu, kayanya neng masih cape sih”

Saya turun ke kolam, serta duduk berselonjor di wilayah dangkal buat menyegarkan diriku. Mereka berdua pula turut turun ke kolam, Muklas duduk di sebelah kiriku serta Pak Imam di kananku.

Kami ngobrol sembari memulihkan tenaga, sepanjang itu tangan jahil mereka senantiasa saja meremas ataupun mengelus dada, paha, serta bagian sensitif yang lain. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian yang lain, lambat- laun ya saya perkenankan saja, lagipula saya menikmatinya kok.

“ Neng, ayah masukin saat ini aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya neng” kata Pak Imam mengambil posisi berlutut di depanku. Ia setelah itu membuka pahaku sehabis kuanggukan kepala merestuinya, ia arahkan penisnya yang panjang serta keras itu ke vaginaku, tetapi ia tidak langsung menusuknya tetapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga saya berkelejotan kegelian serta meremas penis Muklas yang lagi menjilati leher di dasar telingaku.

“ Aahh…Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!” desahku tidak tertahan

Saya meringis dikala ia mulai memencet masuk penisnya. Saat ini vaginaku sudah terisi oleh barang gelap panjang itu serta barang itu mulai bergerak keluar masuk berikan sensasi nikmat ke segala badan.

“ Wah…seret banget memeknya neng, kalo tau ini udah daridulu ayah entotin” ceracaunya

“ Brengsek pula lu, udah bercucu pula masih piktor, gua kira lu alim” kataku dalam hati

Sehabis 15 menit ia genjot saya dalam posisi itu, ia melepas penisnya kemudian duduk berselonjor serta manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sembari merendahkan tubuhku sampai barang itu amblas ke dalamku.

Ia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bertepatan kami mulai menggoyangkan badan kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak- sentak tidak terkontrol, kepalaku kugelengkan kesana- kemari, kedua payudaraku yang terguncang- guncang tidak luput dari tangan serta mulut mereka.

Pak Imam mencermati penisnya lagi keluar masuk di Miss V seseorang wanita 21 tahun, anak majikannya sendiri, kayaknya ia tidak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi badan seseorang wanita muda yang tentu telah lama tidak dirasakannya.

Goyangan kami terhenti sejenak kala Muklas seketika mendesak punggungku sehingga pantatku terus menjadi menungging serta payudaraku kian tertekan ke wajah Pak Imam. Muklas membuka pantatku serta memusatkan penisnya ke sana

“ Aduuh…pelan- pelan Klas, sakit tau…aww!” rintihku waktu ia mendesak masuk penisnya.

Bagian bawahku rasanya sesak sekali sebab dijejali 2 batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan lambat- laun berganti jadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Saya menjerit sejadi- jadinya kala Muklas menyodok pantatku dengan agresif, kuomeli ia supaya lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Muklas malah kian buas menggenjotku. Pak Imam melumat bibirku serta memainkan lidahnya di dalam mulutku supaya saya tidak sangat ribut.

Perihal itu berlangsung dekat 20 menit lamanya hingga saya merasakan tubuhku semacam ingin meledak, yang bisa kulakukan cuma menjerit panjang serta memeluk Pak Imam erat- erat hingga kukuku mencakar punggungnya. Sepanjang sebagian detik tubuhku mengencang hingga kesimpulannya merenggang kembali dalam pelukan Pak Imam. Tetapi mereka masih saja memompaku tanpa hirau padaku yang telah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku juga terdengar kian tidak bertenaga.

Seketika dekapan mereka terasa kian erat hingga membuatku susah bernafas, serbuan mereka pula kian dahsyat, putingku disedot kuat- kuat oleh Pak Imam, serta Muklas menjambak rambutku. Saya kemudian merasakan cairan hangat menyembur di dalam Miss V serta anusku, di air terlihat sedikit cairan putih susu itu melayang- layang. Mereka berdua juga terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.

Sehabis sisa- sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sembari mengelap tubuhku yang basah kuyup, saya berjalan mengarah kamar mandi. Eh…ternyata mereka mengikutiku serta memforsir turut mandi bersama. Kesimpulannya kuiyakan saja deh biar mereka bahagia. Disitu saya hanya duduk, merekalah yang menyiram, menyikat, serta menyabuniku pastinya sembari menggerayangi.

Bagian kemaluan serta payudaraku sangat lama mereka sabuni hingga saya menyindir

“ Wah…kok yang disabun disitu- situ aja sih, mandinya ga beres- beres dong, dingin nih” disambut gelak tawa kami.

Sehabis itu, giliran akulah yang memandikan mereka, dikala seperti itu nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.

Hari itu saya dikerjai selalu oleh mereka hingga mereka menginap serta tidur denganku di ranjang spring bed- ku. Semenjak itu jika terdapat sex party di vila ini, mereka berdua senantiasa diajak dengan ketentuan jangan hingga rahasia ini bocor. Saya bahagia sebab terdapat perlengkapan pemuas hasratku, mereka juga bahagia sebab dapat merasakan tubuhku serta sahabat kuliahku yang masih muda serta menawan.

Hari Pekan itu saya berangkat ke situ buat refreshing semacam biasa sebab Seninnya bertepatan pada merah ataupun libur. Kali ini saya tidak sendiri tetapi bersama 2 orang sahabat cewekku ialah Verna serta Indah, kami seluruh merupakan sahabat akrab di kampus, sesungguhnya geng kami ini terdapat 4 orang, satu lagi sang Ratna yang hari ini tidak dapat turut sebab terdapat kegiatan dengan keluarganya.

Kami bersama terbuka tentang seks serta bersama penggemar seks, Verna dikaruniai badan besar semampai dengan buah dada yang bundar montok yang membuat benak kotor para laki- laki melayang- layang, beruntunglah mereka sebab Verna tidak susah diajak‘ naik ranjang’ sebab ia telah ketagihan seks semenjak SMP.

Sebaliknya Indah memiliki wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya juga tidak kalah dari Verna meski payudaranya lebih kecil, tetapi dibalik wajah imutnya nyatanya Indah tercantum wanita yang lihai menggunakan laki- laki, telah berulang kali ia ubah pacar gara- gara watak materenya. Sebaliknya saya sendiri kayaknya kamu telah tahulah wanita semacam apa saya ini dari cerita- ceritaku dahulu.

Baiklah, saat ini kita kembali ke peristiwa hari itu yang rencananya ingin mengadakan orgy party sehabis sekian lama otak kami dijejali bahan- bahan kuliah serta urusan tiap hari. Waktu itu Verna keluhan sebab saya tidak memperbolehkannya mengajak sahabat laki- laki yang biasa diajak, begitu pula Indah yang turut menunjang Verna sebab pacarnya pula tidak boleh diajak.

“ Emangnya lu ngundang siapa aja sih Ci, masa sang Chevy aja ga boleh ikutan?” kata Indah.

“ Iya nih, emangnya kita ingin acara lesbian apa, wah gua kan wanita wajar nih” timpal Verna.

“ Udahlah, lu orang tenang aja, cowok- cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dipastikan kamu puas sampe ga dapat bangun lagi deh”.

Saya mau sedikit membuat kejutan supaya kegiatan kali ini lain dari yang lain, sebab seperti itu saya merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain merupakan penjaga vilaku serta vila tetanggaku, Pak Imam serta Muklas.

Kemarinnya saya memanglah telah mengabari Pak Imam melalui telepon kalau saya esok hendak ke situ dengan teman- temanku yang sempat kujanjikan pada mereka dahulu. Pak Imam pasti bersemangat sekali dengan kegiatan kali ini, kami sudah mengendalikan skenario acaranya supaya seru.

Sebagian jam setelah itu kami hingga di villaku, Pak Imam semacam biasa membukakan pintu garasi, bola matanya memandang jelalatan pada kami paling utama Verna yang hari itu pakaiannya seksi berbentuk suatu tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Ia kusuruh keluar dahulu hingga saya berikan ketentuan padanya, ia menunggunya di villa orang sebelah yang tidak lain vila yang dilindungi sang Muklas.

Sehabis membereskan benda bawaan, kami menyantap makan siang, kemudian ngobrol- ngobrol serta rehat. Indah yang daritadi nampak lelah terlelap lebih dahulu. Kami bangun sore hari dekat jam 4 sore.

“ Eh.. sembari nunggu cowok- cowoknya mendingan kita berenang dahulu ayo” ajakku pada mereka.

Saya membebaskan seluruh bajuku tanpa tersisa serta berjalan ke arah kolam dengan santainya.

“ Wei.. edan lo Ci, masa ingin berenang ga pake apa- apa gitu, kalo keliatan orang gimana?” tegur Indah.

“ Iya Ci, lagian kan kalo sang tua Imam itu dateng gimana tuh” sambung Verna.

“ Yah kamu, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke mari hingga kita kembali nanti” bujukku sembari menarik tangan Verna.

Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, sebabnya khawatir kepergok orang sebelah, sehabis kutantang Verna baru mulai berani melepas satu demi satu yang menempel di badannya, saya menolong Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Kesimpulannya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa mengenakan apapun.

Ceritadewasa2023Perlahan- lahan rasa risih mereka juga mulai menurun, kami tertawa- tawa, main siram- siraman air, serta balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Bisa jadi semacam inilah kira- kira cerminan tempat pemandian di istana haremnya para raja. Setelah agak lama bermain di air saya naik ke atas serta mengelap tubuhku yang basah, kemudian membalut tubuhku dengan kimono.

“ Ci, sekaligus ambilin kita minum yah” pinta Verna.

Akupun berjalan ke dalam serta meminum segelas air.

“ Ok, it’ s the showtime” gumamku dalam hati, inilah dikala yang pas buat melaksanakan skenario ini. Saya lekas menelepon vila sebelah menyuruh Pak Imam serta Muklas lekas kesini sebab acara hendak lekas diawali.

“ Iya neng, kita lekas ke situ” sahut Muklas sembari menutup gagang telepon.

Cuma dalam hitungan menit mereka telah terlihat di pekarangan depan vilaku. Saya yang telah menunggu membukakan pintu buat mereka.

“ Wah udah ga sabaran nih, daritadi hanya ngintipin neng sama temen- temen neng dari loteng” kata Pak Imam.

“ Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat aku dahulu yah neng” ucap Muklas merujuk pada Indah.

“ Iya tenang, tabah, Pokoknya seluruh kebagian, ok” kataku“ yang berarti saat ini surprise buat mereka dahulu”.

Sehabis sebagian dikala berdialog kasak- kusuk, kesimpulannya operasipun siap dilaksanakan. Pertama- tama diawali dari Verna. Saya berjalan ke arah kolam mengantarkan mereka 2 gelas air, disitu Indah lagi berbaring di sofa santai tanpa busana, sedangkan Verna masih berendam di air.

“ Ver, lu dapat ke kamar gua sebentar ga, gua mo memohon tolong dikit nih” pintaku padanya.

“ Lu lap tubuh dahulu gih, gua tunggu di situ”.

Saya masuk ke dalam terlebih dulu serta duduk di pingir ranjang menunggunya.

Di balik pintu itu Pak Imam serta Muklas yang telah kusuruh bugil sudah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka telah membeku serta berdiri tegak semacam pedang yang terhunus. Tidak lama setelah itu Verna merambah kamarku sembari mengelap rambutnya yang masih basah.

“ Mengapa Ci, terdapat butuh apa emang?” tanyanya.

“ Ngga, hanya ingin ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menggerenyotkan bibir serta berikan aba- aba pada mereka.

Saat sebelum Verna pernah membalikkan tubuh, sejoli lengan gelap telah memeluknya dari balik serta tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya supaya tidak berteriak. Verna yang kaget pasti saja meronta- ronta, tetapi pemberontakan itu malah kian membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Imam dengan gemas meremas buah dada kirinya serta memilin- milin putingnya. Sang Muklas sukses menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang- nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, kemudian ia berjongkok dengan wajah pas di hadapan kemaluan Verna.

“ Wah jembutnya rimbun pula yah, kaya sang neng” pendapat Muklas sembari menyentuhkan lidahnya ke liang Miss V Verna, diperlakukan semacam itu Verna hanya dapat merem melek serta menghasilkan desahan tertahan sebab bekapan Pak Imam begitu kuat.

“ Hei, jangan rakus dong Tar, ia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih nunggu di luar situ” kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas merendahkan kembali kaki Verna serta bergegas mengarah ke kolam.

“ Jangan sangat agresif yah ke ia, bisa- bisa pingsan gara- gara lu” godaku.

Sehabis Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam langsung menghempaskan dirinya bersama Verna ke ranjang spring bed- ku. Tidak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, saya memandang dari jendela kamarku apa yang terjalin antara mereka. Indah terpelanting dari sofa santai serta berupaya membebaskan diri dari Muklas. Ia sukses berdiri serta menemukan peluang menjauh, tetapi kalah kilat dari Muklas, tukang kebun itu sukses mendekapnya dari balik kemudian mengangkut tubuhnya.

“ Jangan.. tolong!” jeritnya sembari meronta- ronta dalam gendongan Muklas.

Muklas dengan santai bawa Indah ke tepi kolam, kemudian dilemparnya ke air, sehabis itu ia ikutan nyebur. Ia air Indah terus berontak dikala Muklas menggerayangi badannya dalam himpitannya.

Sekuat apapun Indah pasti saja bukan tandingan Muklas yang telah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur sehabis Muklas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam pula mulai menurun. Tidak sangat jelas detilnya Muklas menggerayangi badan Indah, tetapi saya bisa memandang Muklas memeluk erat Indah sembari melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat- saat nikmatnya buat kembali lagi pada suasana di kamarku. Saya kemudian mendatangi Pak Imam serta Verna buat bergabung dalam kenikmatan ini. Sama semacam Indah, Verna pula menjerit- jerit, tetapi jeritannya pula pelan- pelan berganti jadi erangan nikmat akibat rangsangan- rangsangan yang dicoba Pak Imam.

Waktu saya mendatangi mereka Pak Imam lagi menjilati paha lembut Verna sembari kedua tangannya tiap- tiap bergerilya pada buah dada serta kemaluan Verna.

“ Aduh Ci.. tega- teganya lu nyerahin kita ke orang- orang kaya ini.. ahh!” kata Verna ditengah desahannya.

“ Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya.

Saya berpagutan dengan Verna sebagian menit lamanya. Jilatan Pak Imam mulai merambat naik sampai ia melumat serta meremas buah dada Verna secara bergantian, sedangkan tangannya masih saja mengobok- obok vaginanya. Desahan Verna tertahan sebab lagi berciuman denganku, badannya menggeliat- geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

“ Hhhmmhh.. tetek Neng Verna ini gede pula ya, lebih gede dari memiliki Neng” kata Pak Imam disela aktivitasnya.

Memanglah sih diantara kami bereempat, buah dada Verna tercantum yang sangat montok. Bagi pengakuannya, cowok- cowok yang sempat ML dengannya sangat tergila- gila mengeyot barang itu ataupun mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Imam juga tidak terkecuali, ia dengan gemas mengemut susunya, segala susu kanan Verna ditelan olehnya.

Puas menetek pada Verna, Pak Imam bersiap merambah Miss V Verna dengan penisnya. Kulihat dalam letaknya diantara kedua belah paha Verna ia memegang penisnya buat ditunjukan ke liang itu.“ Ouch.. sakit Ver, duh agresif banget sih babu lu” Verna meringis serta mencengkram lenganku waktu penis luar biasa Pak Imam mendorong- dorongkan penisnya dengan bernafsu.

“ Tahan Ver, ntar pula lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sembari meremasi kedua payudaranya yang telah basah serta merah akibat disedot Pak Imam.

Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Verna juga tidak dapat menahan jeritannya, Verna nampak ingin menangis terlihat dari matanya yang sedikit berair. Pak Imam mulai menggarap Verna dengan genjotannya. Saya merasakan tangan Verna menyelinap ke dasar kimonoku mengarah selangkangan, eennghh.. saya mendesah merasakan jari- jari Verna menggerayangi kemaluanku.

Saya kemudian naik ke wajah Verna berhadapan dengan Pak Imam yang lagi menggenjotnya. Verna langsung menjilati kemaluanku serta Pak Imam menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Verna, ia mencapai payudaraku yang kiri, mula- mula dibelainya dengan lembut tetapi lambat- laun tangannya terus menjadi keras mencengkramnya hingga saya meringis menahan sakit.

Ia pula menyorongkan kepalanya berupaya mencaplok buah dada yang satunya. Saya yang paham apa maunya lekas mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku juga kian membusung indah. Nyatanya ia tidak langsung mencaplok payudaraku, namun cuma menjulurkan lidahnya buat menjilati putingku menimbulkan barang itu kian membeku saja. Saya merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan- sapuan lidah Verna pada vaginaku membuat wilayah itu terus menjadi becek, bukan hanya itu saja Verna pula mengorek- ngoreknya dengan jarinya.

Saya mendesah tidak karuan merasakan jilatan serta sedotan pada klistoris serta putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku sampai hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar hingga ludah kami bercampur baur.

“ Aahh.. oohh.. gua dah ingin.. Pak!” erang Verna bertepatan dengan badannya yang mengejang serta membusur ke atas.

Memandang respon Verna, Pak Imam terus menjadi memperdahsyat sodokannya serta terus menjadi ganas meremas dadanya. Saya sendiri tidak merasa hendak lekas menyusul Verna, dibawah situ semacam ingin meledak rasanya. Dalam waktu yang nyaris bertepatan saya serta Verna menggapai klimaks, badan kami mengejang hebat serta cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Verna. Erangan kami penuhi kamar ini membuat Pak Imam terus menjadi liar.

Sehabis saya ambruk ke samping, Pak Imam menindih Verna serta mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di dekat mulut Verna, tangannya tidak henti- hentinya menggerayangi buah dada montok itu, seolah- oleh tidak mau lepas darinya.

“ Hhmmpphh.. sluurrpp.. cup.. cup..” demikian bunyinya dikala mereka bercipokan, lidah mereka silih membelit serta bermain di rongga mulut tiap- tiap. Pak Imam lumayan penafsiran hendak keadaan Verna yang mulai kepayahan, jadi sehabis puas berciuman ia membiarkannya memulihkan tenaga dahulu. Serta saat ini disambarnya tubuhku, sementara itu gairahku baru naik setengahnya sehabis orgasme barusan.

Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Ia membuka lebar bibir vaginaku serta menyentuhkan kepala penisnya disana. Barang itu pelan- pelan menekan masuk ke vaginaku. Saya mendesah sembari meremas- remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Game Pak Imam sangat membuatku terhanyut, ia mengawalinya dengan genjotan- genjotan pelan, tetapi lama- kelamaan sodokannya terasa kian keras serta agresif hingga tubuhku berguncang dengan hebatnya. Saya mencapai tangannya buat meremasi payudaraku yang berayun- ayun. Seketika suara desahan Verna terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Edan, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bertepatan, kelainannya saya dikocok dengan penis sebaliknya Verna dikocok dengan jari- jarinya.

Verna membuka pahanya lebih lebar lagi supaya jari- jari Pak Imam bermain lebih bebas.

“ Aduhh.. aahh.. edan Ver.. lezat banget!” ceracauku sembari merem- melek.

“ Oohh.. terus Pak.. kocok terus” Verna terus mendesah serta meremas- remas dadanya sendiri, mukanya telah memerah saking terangsangnya.

“ Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. udah ingin” saya memesatkan iramaku sebab merasa telah nyaris klimaks.

“ Neng Citra.. Neng Verna.. ayah pula.. ingin keluar.. eerrhh” geramnya dengan memesatkan gerakkannya.

Penis itu terasa menyodok terus menjadi dalam apalagi kayaknya memegang bawah rahimku. Suatu rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan semacam kesetrum.

Setelah itu ia lepaskan penisnya dari vaginaku serta berdiri di ranjang. Disuruhnya Verna berlutut serta mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Verna berlutut mengemut penis basah itu sembari tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Saya bangkit lama- lama serta turut bergabung dengan Verna menikmati penis Pak Imam. Verna mengemut batangnya, saya mengemut buah zakarnya, kami silih berbagi menikmati’ sosis’ itu.

Di tengah kulumannya tiba- tiba Verna merintih tertahan, badannya semacam menggigil, serta kulihat ke dasar nyatanya dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul sebagian detik setelah itu, Pak Imam mencabut penisnya dari mulutku kemudian mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku supaya seluruhnya keluar, terlihat pemiliknya mendesah- desah serta kelabakan

“ Tabah, tabah dong neng, dapat putus kontol ayah kalo rebutan ini” katanya terbata- bata.

Sehabis tidak terdapat yang keluar lagi Verna menjilati sisanya di wajahku, demikian pula kebalikannya. Mereka berdua kesimpulannya ambruk kecapaian, wajah Pak Imam jatuh pas di dada Verna.

Dikala mereka ambruk, kebalikannya gairahku mulai mencuat lagi. Hingga kutinggalkan mereka buat memandang kondisi Indah serta Muklas. Saya datang di kolam memandang Muklas lagi menggarap badan mungil Indah. Di wilayah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari bawahnya pula dalam posisi berdiri lagi asik menggenjot penisnya pada Miss V Indah.

Kedua buah dada Indah bergoyang naik turun seirama goyang badannya. Tentu adegan ini membuat para laki- laki di kampusku sirik pada Muklas yang kurang baik rupa tetapi dapat ngentot dengan wanita seimut itu.

“ Belum berakhir pula lu orang, udah berapa ronde nih?” sapaku.

“ Edan Ci.. gua sampe klimaks 3 kali.. aahh!” desah Indah tidak karuan.

“ Neng.. temennya lezat banget, udah menawan, memeknya seret lagi” pendapat Muklas sembari terus menggenjot.

Indah tidak kuasa menahan rintihannya tiap Muklas menusukkan penisnya, badannya bergetar hebat akibat tarikan serta dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap melalui ketiak sebelah kirinya kemudian mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali menjajaki gerakan Muklas.

Jeritannya kian menggila sampai kesimpulannya satu lenguhan panjang buatnya terlarut dalam orgasme, sebagian dikala badannya mengencang saat sebelum kesimpulannya terkulai lemas di tangga kolam. Sehabis menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang mengelus- ngelus kemaluanku sendiri menyaksikan adegan mereka.

“ Mari neng, mendingan dipuasin pake kontol aku aja daripada ngocok sendiri”.

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya saya dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun sampai meremas bongkahan pantatku. Sedangkan tanganku pula turun mencapai kemaluannya.

“ Edan nih kontol, masih keras pula.. udah keluar berapa kali tadi?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih‘ lapar’ itu.

“ Baru sekali tadi.. abis aku masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir.

Setelah itu diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, saya melingkarkan tangan pada lehernya supaya tidak jatuh. Diletakkannya saya pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, ia merapatkan tubuhnya diantara kedua kakiku yang bergantung.

Ia mulai menciumiku dari kuping, lidah itu menelusuri balik telingaku pula bermain- main di lubangnya. Dengusan napas serta lidahnya membuatku merasa geli serta menggeliat- geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit- langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya.

Tanganku meraba- raba kebawah mencari kemaluannya sebab birahiku sudah demikian tingginya, tidak tabah lagi buat dientot. Kala kuraih barang itu kutuntun merambah kemaluanku, tangan kanan Muklas turut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Dikala kepala penisnya memegang bibir kemaluanku, ia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan sebab lagi berciuman dengannya.

Ciuman kami baru terlepas diiringi jeritan kecil kala Muklas mengehentakkan pinggulnya sampai penisnya tertanam seluruh dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak kilat diantara kedua pahaku sedangkan mulutnya mencupangi pundak serta leher jenjangku. Saya cuma dapat menengadahkan kepala memandang langit serta mendesah sejadi- jadinya.

Jika dibanding dengan Pak Imam, memanglah sodokan Muklas lebih mantap tidak hanya sebab umurnya masih 30- an, tubuhnya pula lebih berisi daripada Pak Imam yang besar kurus semacam Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong- konyong saya memandang suatu yang bergerak- gerak di jendela kamarku.

Kufokuskan pandanganku serta astaga.. nyatanya sang Verna, ia lagi disetubuhi dari balik dengan posisi menghadap jendela, badannya terlonjak- lonjak serta terdorong ke depan hingga payudaranya melekat pada cermin jendela, mulutnya nampak mengap- mengap ataupun terkadang meringis, sangat sesuatu panorama alam yang erotis.

Adegan itu ditambah serbuan Muklas yang kian gencar membuatku kian tidak terkendali, pelukanku terus menjadi erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar- gelepar menepuk permukaan air. Saya merasa detik- detik orgasme telah dekat, hingga kuberitahu ia tentang perihal ini. Muklas memintaku bertahan sebentar lagi sebab ia pula telah ingin keluar.

Sulit payah saya bertahan supaya dapat klimaks bersama, sehabis kurasakan terdapat cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas suatu yang daritadi ditahan- tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot- ototku mengejang, tidak terasa kukuku menggores punggungnya.

Sebagian detik setelah itu badanku terkulai lemas seakan mati rasa, begitu pula Muklas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Saya tiduran di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku terlihat bergerak naik turun bersamaan desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Verna serta Pak Imam telah tidak terlihat lagi, di sisi lain Indah yang telah pulih merendam dirinya di air dangkal buat membilas badannya.

Kami istirahat sebentar, apalagi sebagian diantara kami tertidur. Acara diawali lagi dekat jam 8 malam sehabis makan. Kami mengadakan game edan, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah sangat dini wajib rela dikeroyok kedua penjaga villa itu serta diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terkini kepunyaan Verna, filenya hendak ditaruh dalam pc Verna buat koleksi serta tidak hendak boleh dicopy ataupun dilihat orang lain tidak hanya geng kami, mengingat permasalahan bokep Itenas.

Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Imam serta Muklas kusuruh menghindar serta kularang memegang siapapun saat sebelum terdapat yang kalah, mereka menunggu cuma dengan mengenakan kolor, sembari sebentar- sebentar mengocok anunya sendiri Saya mulai memberikan kartu serta game diawali. Atmosfer tegang menyelimuti kami bertiga, sehabis kesimpulannya Indah melontarkan kartunya yang kurang baik sembari menepuk jidatnya, ia kalah. Kedua orang yang telah tidak tabah menunggu itu lekas maju mengeksekusi Indah.

Indah pernah berontak, tetapi sukses dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat- erat serta digerayangi bagian- bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan tangannya ke kimono Indah mencapai payudaranya yang tidak mengenakan apa- apa di baliknya. Pak Imam melanda dari dasar dengan merentangkan lebar- lebar kedua paha Indah serta langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terpelihara serta berbulu rimbun itu.

Perlakuan ini membuat rontaan Indah terhenti, saat ini ia malah mengelus- elus penis Muklas yang mengencang sembari memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam serta dadanya diremas Mulkas. Saya memandang lidah Pak Imam menjalar jari belahan dasar sampai puncak kemaluan Indah, kemudian disentil- sentilkan pada klistorisnya. Indah tidak tahan lagi, ia merundukkan tubuh buat memasukkan penis Muklas ke mulutnya, barang itu dikulumnya dengan rakus semacam lagi makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Verna dengan kamera- HP nya.

Indah terengah- engah melayani penis luar biasa Muklas, kayaknya ia telah tidak hirau kondisi sekitarnya, rasa malunya lenyap digantikan dengan hasrat yang besar buat menuntaskan gairahnya. Ia mempertunjukkan sesuatu live show yang panas semacam aktris bokep serta Verna selaku juru kameranya. Pak Imam yang baru saja membebaskan kolornya menggesek- gesekkan barang itu pada bibir kemaluan Indah, selaku pemanasan saat sebelum memasukinya.

Kemulusan badan Indah terpampang begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok badan yang putih lembut dan terpelihara baik diantara 2 badan gelap serta agresif, sangat perpaduan yang kontras tetapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tungkak, sampai jari- jari kakinya. Indah yang telah kesurupan’ setan seks’ itu jadi kian edan dengan perlakuan semacam itu

“ Ahh.. awww.. Pak lezat banget.. masukin aja saat ini!” rintihnya manja sembari mencapai penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.

Pak Imam juga mendesak penis itu membelah kedua belahan kemaluan Indah diiringi desahan nikmat yang penuhi kamar ini hingga saya terbuat merinding mencermatinya.

Saya menghasilkan buah dada kiriku dari balik kimono serta meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek- gesekkan jariku ke kemaluanku, Verna yang pula telah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Indah terlihat sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, serta Muklas yang menopang badannya dari balik meremasi kedua payudaranya dan memencet- mencet putingnya.

Rambutnya yang telah terurai itu disibakkan Muklas, kemudian melumat leher serta pundaknya dengan jilatan serta gigitan ringan. Perihal ini menimbulkan Indah tambah menggelinjang serta memesatkan kocokannya pada penis Muklas.

Serbuan Pak Imam pada Miss V Indah terus menjadi kilat sehingga badannya menggelinjang hebat.

“ Aaakhh.. aahh!” jerit Indah dengan melengkungkan badannya ke atas.

Indah sudah menggapai orgasme nyaris bertepatan dengan Pak Imam yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini pula direkam oleh Verna, difokuskan paling utama pada wajah Indah yang lagi orgasme. Tanpa berikan rehat, Muklas menaikkan Indah ke pangkuannya dengan posisi membelakangi.

Kembali Miss V Indah dikocok oleh penis Muklas. Meski masih lemas ia mulai menggoyangkan pantatnya menjajaki kocokan Muklas. Muklas yang merasa keenakan cuma dapat mengerang sembari meremas pantat Indah menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya sembari menyusu dari kedua buah dada Indah secara bergantian. Saya terus menjadi dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai- sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan serta jari- jariku.

Bosan dengan style berpangkuan, Muklas tiduran telentang serta membiarkan Indah bergoyang di atas penisnya. Setelah itu ia menyuruh Verna naik ke atas mukanya supaya dapat menikmati kemaluannya. Verna yang daritadi telah terangsang itu lekas melaksanakan apa yang disuruh tanpa ragu- ragu.

Segala wajah Muklas tertutup oleh daster transparan Verna, tetapi saya masih bisa memandang ia dengan rakusnya melahap kemaluannya sembari menyusupkan tangannya dari dasar daster mengarah payudaranya.

Pak Imam yang anunya telah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling- guling sembari berciuman penuh nafsu. Dengan senantiasa berciuman Pak Imam memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya.

Dengan kecepatan besar penisnya keluar masuk dalam vaginaku sampai saya histeris tiap barang itu menghujam keras ke dalam. Saya hanya dapat pasrah di dasar tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya juga terus menjilati leherku. Saya masih mengenakan kimonoku, cuma saja telah tersingkap kesana kemari.

Saya memandang Muklas masih berasyik- masyuk dengan kedua temanku, cuma kali ini Verna telah bertukar posisi dengan Indah. Saat ini mereka silih berhadapan, Verna bergoyang naik turun diatas penis Muklas sembari berciuman dengan Indah yang mekangkangi wajah Muklas. Indah membuka kakinya lebar- lebar sehingga cairannya terus menjadi mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh sang Muklas hingga terdengar suara sluurrpp.. sshhrrpp..

Kala saya lagi menikmati orgasmeku yang hebat, ia tekan seluruhnya penis itu ke dalam serta ini bawa dampak yang luar biasa padaku dalam menghayati tiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang serta berteriak tidak pasti arah hingga kesimpulannya merenggang kembali. Acara gila- gilaan ini berakhir dekat jam 11 malam.

Saya telah separuh sadar kala Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku, tulang- tulangku serasa berhamburan. Indah telah terkapar lebih dahulu dengan badan bersimbah peluh serta ceceran mani di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka terlihat cairan kewanitaan bercampur mani yang mengalir bak mata air.

Saat sebelum tidak sadarkan diri saya masih pernah memandang Muklas menyodomi Verna yang masih dalam gaun transparan yang telah berhamburan, badan keduanya telah mandi keringat. Sebab lelah serta ngantuk saya juga lekas tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Verna ataupun tubuhku yang telah lengket oleh mani. Esok paginya saya terbangun kala jam telah menampilkan jam separuh 10 pagi serta saya cuma mengalami Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku.

Kuguncang badan Indah buat membangunkannya.

“ Gimana Dah.. puas semalem?” tanyaku.

“ Edan gua dientotin sampe kelenger, barbar banget tuh 2 orang, eh.. omong- omong pada kemana yang lain sang Verna pula ga terdapat?”

“ Ga tau pula tuh gua pula baru bangun kok, duh lengket banget mandi dahulu ayo.. udah lengket ini” ajakku sebab merasa tidak aman dengan mani kering paling utama di wajahku, rasanya semacam terdapat sarang laba- laba melekat di situ.

Baru saja keluar dari kamar, sayup- sayup telah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang nyatanya dari kamar mandi. Kami berdua lekas mengarah ke kamar mandi yang pintunya separuh terbuka itu, kami tengok ke dalam serta memandang Verna serta kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir memandang panorama alam erotis di depan kami, dimana Verna lagi dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi.

Muklas lagi enak- enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bundar itu, sebaliknya Pak Imam berlutut diantara paha jenjang itu lagi menyetubuhinya, air serta sabun membuat badan mereka basah berkilauan. Kehadiran kami kayaknya tidak sangat membuat mereka kaget, mereka malah menyapa kami sembari terus‘ bekerja’.

Saya dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower serta membuka kimonoku diiringi Indah dari balik. Air hangat mengucur membilas serta menyegarkan badan kami, kuambil sabun cair serta menggosokkannya ke sekujur badan Indah. Demikian pula Indah ia melaksanakan perihal yang sama padaku, kami silih menyabuni satu sama lain.

Kami silih mengelus bagian badan tiap- tiap, sesuatu kala kala tanganku hingga ke dasar, iseng- iseng kubelai bibir kemaluannya sekalian mempermainkan klistorisnya.

“ Uuhh.. Ci!” ia menjerit kecil serta mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami silih berhimpit.

Tangan Indah yang lembut pula mengelusi punggungku kemudian mulai turun ke dasar meremas bongkahan pantatku. Darahku juga mengalir kian kilat ditambah lagi adegan panas Verna dengan kedua laki- laki itu membuatku kian naik. Indah mendekatkan mukanya padaku serta mencium bibirku yang terbuka sebab lagi mendesah, sepanjang sebagian menit bibir kami berpagutan. Setelah itu saya memutar badanku membelakangi Indah biar dapat lebih aman menyaksikan Verna.

Saya memandang wajah horny Verna yang menawan, ia meringis serta mengerang menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sedangkan Muklas nyaris menggapai orgasmenya, ia terus menjadi kilat menggesek- gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya juga terus menjadi keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Kesimpulannya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher serta mulut Verna.

Mataku tidak berkedip melihat seluruh itu sembari menikmati belaian Indah pada wilayah sensitifku. Dengan tangan kanannya ia memainkan payudaraku, putingnya dipencet serta dipilin sampai kian mengencang, tangan kirinya meraba- raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok- obok vaginaku dengan jarinya itu nyaris membuatku orgasme, sangat susah dilukiskan dengan perkata betapa nikmatnya dikala itu.

Saya masih menikmati jari- jari Indah bermain di vaginaku kala Muklas yang baru menuntaskan hajatnya dengan Verna berjalan ke arahku, penisnya agak menurun sebab baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang hendak terjalin. Tangannya mendarat di buah dada kiriku serta meremasnya dengan lembut sembari sesekali memelintirnya.

Kemudian ia membungkuk serta memusatkan kepalanya ke buah dada kananku yang langsung dikenyotnya. Saya memejamkan mata menghayati atmosfer itu serta menghasilkan desahan menggoda. Kemudian saya merasakan kaki kananku dinaikan serta suatu menekan masuk ke vaginaku.

Sejenak kubuka mataku buat memandang, serta nyatanya yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tetapi penis Muklas yang telah bangkit lagi. Kembali saya disetubuhi dalam posisi berdiri sembari digerayangi Indah dari balik. Tubuhku seakan terbang besar, wajahku menengadah dengan mata merem- melek merasakan nikmat yang tidak terkira.

Nyaris satu jam lamanya kami melaksanakan orgy di kamar mandi. Kesimpulannya sehabis mandi bersih- bersih kami bertiga mencari hawa fresh dengan berjalan- jalan di lingkungan sekaligus makan siang di suatu restoran di wilayah itu. Sehabis makan kami kembali ke vila serta mengepak benda buat kembali ke Jakarta.

Indah serta Verna keluar dari kamar terlebih dahulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Lumayan lama pula saya dikamar gara- gara padat jadwal mencari perlengkapan charge HP- ku yang nyatanya kutaruh di lemari meja rias. Waktu saya mengarah ke garasi terdengar suara desahan serta ya ampun.. nyatanya mereka lagi bermain’ short time’ sembari menungguku.

Indah yang celana panjang serta dalamnya telah dipeloroti lagi menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya dari balik sembari memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sedangkan di pintu mobil, Verna berdiri bersandar dengan pakaian serta rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang berjongkok di bawahnya.

Celana dalamnya tidak dibuka, Muklas menjilati kemaluannya cuma dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya ikut bekerja meremasi buah dada serta pantatnya.

“ Weleh.. weleh.. masih sempat- sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita” kataku sembari geleng- geleng kepala.

“ Tenang neng ga harus buru- buru, masih pagi kok, ini hanya sebentar aja kok” paham Pak Imam dengan terengah- engah.

Kesimpulannya sehabis 15 menitan Pak Imam melepas penisnya serta memanggilku buat bergabung dengan Indah menjilatinya. Saya sebelumnya menolak sebab tidak mau make upku luntur, tetapi sebab didesak terus kesimpulannya saya berjongkok di sebelah Indah.

“ Tetapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku padanya yang cuma dijawab dengan anggukan kepala sembari mengulum barang itu.

Cocok perjanjian tidak lama setelah itu Pak Imam menggeram serta cepat- cepat kuberikan penis itu pada Indah yang lekas memasukkan ke mulutnya. Laki- laki itu mendesah panjang sembari memencet penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri lagi menyedot mani dari batang itu, kayaknya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak sangat lama mengisapnya.

“ Ayo cabut, udah ga haus lagi kan Dah?” ucap Verna yang telah merapikan kembali pakaiannya.

Kami naik ke mobil serta kembali ke kota kami dengan kenangan tidak terlupakan. Dalam ekspedisi kami silih berbagi cerita serta kesan- kesan dari pengalaman kemarin serta membicarakan rencana buat mengerjai sang Ratna yang hari ini absen

Leave a Comment

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *