
PUSATHOT , Pertama- tama biarkan aku memperkenalkan diri dahulu. Biasa teman- temanku memanggilku Nana( nama lengkap/ aslinya ga harus diucap yah), lahir tahun 83. Tubuhku lumayan jangkung buat dimensi perempuan, terakhir kuukur 172 centimeter, dengan berat 48kg serta 3 lingkar badan 86/ 60/ 90. Rambutku lurus sebahu, wajah lonjong, serta kulit putih sebab saya WNI generasi.
Dikala ini masih kuliah di fakultas sastra di salah satu universitas swasta di Bandung serta ngekost tidak jauh dari kampusku. Saya tercantum wanita yang kerap ke salon serta modis, hingga saya telah tidak asing dengan tatapan bandel cowok- cowok di kampus jika saya mengenakan baju yang ketat ataupun agak seksi, terlebih kala ngedugem dimana saya mengenakan baju yang lebih terbuka.
Dalam percintaan, secara jujur kuakui saya bukan type yang setia. Saya telah memiliki pacar yang lagi kuliah di Amerika sehingga kami tidak sering berjumpa, kami telah berjalan lebih dari 3 tahun serta saya mencintainya, tetapi darah muda dalam diriku melibatkanku dalam sebagian ikatan one night stand dengan sahabat kuliah ataupun sahabat dugem, bagiku seluruh itu cuma ikatan tubuh tanpa merubah perasaanku pada pacarku.
Kisahku ini terjalin pada pertengahan tahun 2014 yang kemudian ialah libur akhir semester. Waktu itu sahabat kostku telah banyak yang kembali, di kostku cuma tersisa seseorang laki- laki, serta 2 perempuan tercantum diriku. Yang 2 itu tidak kembali sebab turut semester pendek, tetapi saya belum kembali sebab waktu itu di rumahku tidak terdapat siapa- siapa berhubung kedua orangtuaku lagi mendatangi perkawinan di kota lain serta kakakku salah satunya telah 2 tahun yang kemudian menikah serta turut suaminya.
Jadi pemikiranku lebih baik kutunda kepulanganku hingga papa serta mamaku kembali 2- 3 hari lagi, daripada kesepian di rumah mendingan kuisi waktuku buat having fun bersama teman- temanku di Bandung. Malam itu saya ngedugem di salah satu tempat dugem di jalur Cihampelas. Teman- temanku mencekoki minuman sedangkan saya tidak kokoh minum, mereka bilang buat memperingati peningkatan IPK- ku.
Saya mabuk sehingga dalam ekspedisi kembali dengan mobil Ocha saya numpang ke Toilet di rumah Risa waktu hingga di rumahnya sebab tidak tahan ingin muntah. Sehabis muntah akupun masih pusing- pusing sehingga terpaksa saya memohon Risa buat menginap di rumahnya tadi malam saja daripada kembali ke kost dalam kondisi sempoyongan, kan ga lezat dilihat.
Pendek cerita akupun menginap di rumah Risa malam itu serta baru terbangun besoknya, hari Pekan jam sebelasan. Kepalaku masih agak berat.
“ Lu orang sih, nyuruh gua minum terus, aduh kaya ingin mati aja kemarin rasanya tau!” omelku pada Risa.
“ Hihihi, gapapa lah Na sekali- kali aja, kan kita baru berakhir semester nih!” jawabnya tertawa kecil mengingat keadaanku kemarin.
Kesimpulannya sehabis makan sedikit, Risa mengantarku kembali ke kostku di wilayah Sukamekar. Kumasuki pintu gerbang kostku, suasanya hening semacam sebagian hari terakhir. Di depan pos jaga saya berpapasan dengan Gungun, pegawai/ penjaga kostku yang berumur 2 puluhlimaan lagi ngobrol- ngobrol dengan 2 orang pemuda yang kira- kira sebaya dengannya, saya tidak ketahui siapa bisa jadi temannya yang penduduk dekat mari. Saya tersenyum kecil selaku basa- basi serta mereka membalasnya.
Terasa sekali mereka memandangi tubuhku yang masih mengenakan baju seksi tadi malam berbentuk suatu rok putih sejengkal di atas lutut serta tank top berdada rendah yang memperlihatkan sedikit belahan dadaku. Saya memesatkan langkahku ke tangga, di dekat tangga akupun berpapasan lagi dengan pegawai kostku yang lain, sang Acep yang masih berumur SMA, dekat enambelas tahun, orangnya agak culun, berambut cepak serta kerempeng, ia kerap bertugas membelikan benda pesanan serta mengantar santapan buat kami, para penunggu disini.
“ Eh…Neng, baru kembali yah!” sapanya sembari cengengesan.
Saya cuma menanggapi iya saja kemudian menaiki tangga, instingku berkata jika ia berupaya mengintip rokku yang mini kala saya naik, kugoda ia buat berani menggodaku, pernah nampak sekilas olehku kala hingga di lantai 2 serta membelok. Hingga di kamar, saya langsung membuka pakaianku serta masuk ke kamar mandi, langung kubuka shower serta kuguyur tubuhku dengan air dingin, fresh sekali rasanya, hawa di luar waktu itu lagi panas ditambah lagi panas alkohol masih sedikit terasa dari dalam tubuhku.
Berakhir mandi, saya keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan apapun sembari mengelap rambutku dengan handuk. Kuambil celana dalam kuning serta kupakai. Saya tidak menciptakan pakaian barongku yang biasa kupakai tidur di gantungan di pintu, baru ingat jika pakaian itu telah kutaruh di tempat cucian.
Sebab malas mencari pakaian lain di lemari, akupun lalu melontarkan diriku ke kasur. Supaya saja tidur cuma dengan celana dalam, terlebih cuacanya lagi panas, kipas anginnya pula kumatikan. Kututupi tubuhku dengan selimut serta kupeluk guling kesayanganku buat melanjutkan tidurku yang masih belum puas ditambah masih sedikit pening, maklumlah orang ga kokoh minum di suruh minum banyak ya ini nih jadinya.
Entah berapa lama saya tertidur lelap sekali hingga kurasakan terdapat rasa geli pada tubuhku, secara refleks tanganku menepis serta menggulingkan badan ke arah lain. Tetapi perasaan itu tiba lagi dengan lebih hebat, kali ini pula kurasakan pada paha serta dadaku semacam terdapat yang mengenyot. Kali ini saya terbangun serta kaget sekali memandang nyatanya betul- betul terdapat orang yang lagi mengenyot dadaku serta seorang yang lain lagi menjilati pahaku
Saya mengedip- ngedipkan mata memperjelas pandanganku, wajah yang tidak asing bagiku. Yang 2 merupakan pegawai kostku, Gungun serta Acep serta 2 orang temannya yang kutemui di dasar tadi. apakah saya mampu melayani 4 orang sekalian mengingat seumur hidup saya senantiasa bermain konvensional satu lawan satu.
Bisa jadi sekaranglah waktunya bagiku buat berupaya rasanya digangbang. Bersamaan dengan birahiku yang mulai naik, Darahku berdesir serta bulu- buluku merinding kala tangan- tangan itu menggerayangi tubuhku, ciuman dah jilatan pula menghujani tubuhku. Salah seseorang sahabat Gungun tadi menarik lepas celana dalamku.
Keempat orang itu menelan ludah melihat keelokan tubuhku yang telah telanjang bundar, paling utama Acep kayaknya ini baru awal kali ia memandang badan perempuan secara nyata.
“ Anjrit, jembutnya rimbun banget euy!” kata Gungun sembari merabai kemaluanku yang berbulu rimbun tetapi apik, sebab kerap kucukur apik tepiannya supaya tidak keluar- keluar jika mengenakan pakaian renangku yang seksi.
Sahabat Gungun yang rambutnya gondrong sebahu menciumi payudaraku, digigit serta disedot- sedotnya putingku yang sensitif. Kuncian mereka terhadapku mengendur serta tangan yang membekap mulutku pula telah lepas. Kepalaku menggeleng- geleng kala Gungun ingin menciumku, tetapi ia kemudian memegangi kepalaku sehingga saya tidak dapat lagi menjauhi mulutnya.
Rangsangan yang tiba bertubi- tubi membuatku terus menjadi horny serta mulutku juga membuka menerima serbuan lidah Gungun, ingin tidak ingin saya wajib menyesuaikan diri dengan bau mulutnya. Kumainkan lidahku mengimbangi lidahnya yang menari- nari di mulutku.
Kala asik berciuman dengan Gungun paling tidak terdapat 2 jari yang bermain di vaginaku, saya tidak ketahui siapa itu sebab saya biasa memejamkan mata jika berciuman supaya lebih menghayati, tidak hanya itu tangan yang menggerayangiku terdapat 4 pasang sehingga tidak pernah mengidentifikasinya satu- satu.
Lama pula Gungun menciumiku, itu ia jalani sembari tangannya menjelajahi lekuk- lekuk tubuhku, nyaris 5 menit kira- kira, begitu mulutnya lepas saya kesimpulannya lega dapat kembali menghisap hawa fresh walaupun dengan napas telah memburu. Kala kubuka mata, kulihat di sebelah kananku sahabat Gungun yang matanya besar itu lagi mengenyoti payudaraku dengan rakusnya, ia telah membuka pakaiannya, saya memandang penisnya yang telah tegang itu menggantung di selangkangannya, wujudnya panjang dengan kepalanya disunat.
Iihhh…geli sekalian terangsang membayangkan saya wajib mengulum serta dimasuki barang itu. Sang Acep lagi menjilat serta meraba badan bagian sampingku( dekat perut, paha, serta dada), ia pula masih mengenakan kaos oblongnya tetapi celananya telah dibuka, penisnya yang pula bersunat cukup pula buat seumuran ia.
Nyatanya yang daritadi mengeduk vaginaku merupakan sang pemuda gondrong, saat ini ia apalagi mendekatkan mukanya ke situ serta uuhh…lidahnya memegang bibir vaginaku serta terasa menggelitik nikmat tubuhku hingga menggeliat sebab itu. Saya bimbang apa yang kualami dikala itu tercantum perkosaan ataupun bukan, dibilang ya dapat pula sebab awal mulanya mereka yang memforsir, tetapi dibilang tidak pula dapat sebab toh saya pula mulai menikmatinya.
“ Memeknya lezat, wangi loh mmm…ssluurrpp!” sahut sang gondrong di dasar situ.
“ Oh, ya…nanti pula aku ingin nyicipin yah, makannya cepet!” kata Gungun.
“ Jangan lambat- laun yah, nanti kita kebagiannya bau jigong lu” timpal sang mata besar
Saat ini Acep telah mencaplok payudaraku dengan mulutnya, walaupun nampak culun jilatannya membuat putingku kian mengencang. Gungun pula membuka pakaiannya sampai telanjang. Wah, anunya pula ga kalah gede dari kedua temannya, tinggal kepunyaan sang gondrong saja yang belum kulihat sebab ia masih padat jadwal menjilat vaginaku. Saya wajib mengakui lezat sekali diperlakukan semacam ini, dalam seks satu lawan satu saya tidak sempat merasakan bagian- bagian sensitifku dimainkan dalam dikala bertepatan.
“ Uuhh- eeemm…. aaahh!” saya tidak tahan buat tidak mendesah kala lidah sang gondrong menyapu bibir vaginaku, bukan hanya itu, jarinya juga turut keluar masuk di situ.
Perihal itu berlangsung dekat 5 menit lamanya, setelah itu Gungun mengambil letaknya.
“ Hayo mari, aku pula ingin rasain, gantian dong!” katanya menyuruh sang gondrong menyingkir.
Langsung Gungun melumat bagian selangkanganku itu dengan bernafsu, tangannya memegangi kedua pahaku sembari mengisap serta menjilat, mulutnya terbenam di kerimbunan bulu kemaluanku, gayanya semacam makan semangka saja. Serangannya lebih mantap dari sang gondrong yang cenderung monoton, lidah sang Gungun kayaknya agak panjang sehingga kala menyusup ke dalam Miss V barang itu memegang klitorisku pula menjilati bilik kemaluanku, kontan akupun kian menggelinjang tidak karuan.
Ketiga orang yang lain tertawa- tawa serta berpendapat jorok memandang reaksiku, mereka juga kian bergairah mengerjaiku. Payudaraku sedikit perih kala dipencet- pencet sang mata besar dengan gemasnya. Sang gondrong yang saat ini telah membuka bajunya berlutut di sebelahku memegangi penisnya buat disodorkan padaku.
“ Diisep Neng, lezat loh!” suruhnya sembari menggosokkan kepala penis itu ke wajah serta bibirku.
Walaupun sesungguhnya geli dengan kemaluannya yang gelap dengan kepala kemerahan itu, saya tertantang pula buat mencobanya, hingga kugenggam batang itu dengan tangan kiri serta kuawali dengan menyapukan lidah pada kepala penisnya. Ia langsung mendesah keenakan karenanya. Entah kekuatan apa yang membuatku demikian liar, sementara itu lebih dahulu dekat- dekat orang semacam mereka saja saya enggan, terlebih buat ML.
Awal mulanya saya sangat tidak aman dengan aroma penisnya, tetapi ingin tidak ingin saya wajib menyesuikan diriku. Saya berupaya tidak menghirupnya serta kuemuti dalam mulut sembari sesekali mengocok dengan tangan, peluang seperti itu yang kupakai buat mengambil hawa fresh. Sedangkan rasa geli pada vaginaku makin menjalari tubuhku, rasanya semacam ingin berkemih.
Tubuhku menggelinjang, saya tidak tahan lagi serta menggapai orgasme pertamaku, dari vaginaku keluarlah lendir yang dijilatinya dengan lahap.
“ Eh- eh, gantian dong, aku pula ingin ngerasain pejunya sang Neng!” kata sang Acep
Acep mengambil alih posisi sang Gungun, ia menjilati sisa- sisa cairan kemaluanku. Jilatannya tidak selihai Gungun, maklum sebab ia masih hijau, baru awal kalinya menikmati perempuan. Ia lebih suka menyentil- nyentil klitorisku dengan lidahnya yang berikan rasa geli.

Saat ini Gungun berlutut di sebelah ku serta mencapai tanganku digenggamkan ke penisnya. Keras serta hangat, begitulah kesan awal begitu jari- jariku melingkari batang itu. Mulailah saya mengocok penis itu dengan tangan kiriku serta yang kanan memegangi kepunyaan sang gondrong sembari mengoralnya. Sang mata besar masih menyusu dengan nikmatnya pada payudaraku, kayaknya ia ketagihan dengan payudaraku yang montok itu.
Acep tidak lama menjilati vaginaku, letaknya digantikan oleh sang mata besar yang tidak tabah menunggu giliran, sebab sangat kecil diapun mengalah pada temannya. Sang mata besar mencium vaginaku dengan bernafsu serta terkesan terburu- buru. Saya dibuatnya terus menjadi bergairah melayani kedua penis yang menodongku, secara bergantian kukocok serta kuoral menirukan apa yang sempat kulihat di film porno di rumah temanku.
Rasa jijikku pada penis gelap yang kepalanya semacam jamur itu lambat- laun lenyap. Gungun mengatakan ekspresi nikmatnya dengan meremas payudaraku yang digenggamnya, sebaliknya sang gondrong sembari menekan- nekan penisnya ke mulutku kala gilirannya dioral seakan tidak rela melepaskannya.
Ditambah lagi Acep lagi asik memainkan putingku, barang mungil bercorak merah kecoklatan itu ia pilin- pilin dengan jarinya sesekali pula dijilati. Sang mata besar juga tidak lambat- laun menjilati vaginaku, ia kemudian bangkit berlutut diantara kedua pahaku serta melekatkan kepala penisnya di bibir vaginaku.
Kuhentikan sejenak kegiatan terhadap 2 penis dalam genggamanku buat mencermati penis sang mata besar menekan merambah vaginaku. Kutahan nafasku sembari menggigit bibir, proses penetrasi itu kuresapi dalam- dalam. Sehabis masuk sebagian ia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menghujam hingga mentok, otomatis saya juga menjerit kecil serta merapatkan pahaku.
“ Waaah…enak pisan, kecil oi!” katanya sehabis sukses membobol vaginaku.
Tanpa buang waktu lagi ia menggenjotku, penis itu keluar- masuk vaginaku. Saya meneruskan kocokanku terhadap sang gondrong serta Gungun, rasa nikmat yang menjalari tubuhku terus menjadi membuatku bergairah mengocok kedua penis itu. Sang Acep pula kian seru mengisapi payudaraku hingga basah kuyup oleh ludahnya pula oleh ludah orang- orang yang tadi mengisapnya.
Tidak lama setelah itu, kala saya lagi mengulum penis Gungun, suatu yang basah serta hangat menerpa wajah serta leherku dari samping. Ow, nyatanya sang gondrong telah keluar, kulepas sejenak penis Gungun dari mulutku, semprotan selanjutnya kian membasahi wajahku begitu saya menengok menghadap todongan barang itu.
“ Uhh…isepin yah Neng!” lenguhnya seraya menjejali mulutku dengan penisnya.
Dalam mulutku penis itu masih menyemburkan isinya serta itu kuhisapi tanpa memikirkan rasa jijik lagi meski baunya yang agak menusuk, bisa jadi sebab saking terangsangnya hingga tidak sadar saya jadi seliar itu. Hingga sepanjang ini ponselku yang kutaruh di meja situ telah berdering sekali serta 2 SMS telah masuk, kubiarkan saja sebab tanggung. Saya bisa merasakan penis sang gondrong menurun dalam mulutku serta pemiliknya terengah- engah.
“ Yee, payah lu, belum nojos udah ngecrot!” ledek Gungun pada temannya.
“ Lezat pisan sih anjrit, sampe ga tahan!” balas sang gondrong
Saat ini sang mata besar mengajak ubah posisi, mereka kemudian membalikkan tubuhku sampai telungkup. Kesimpulannya ubah posisi pula pikirku, saya telah gerah daritadi tiduran telentang sembari dikerjai mereka, punggungku panas sekali rasanya serta benar saja keringatku telah membasahi sprei dibawahku tadi. Perutku dinaikan dari balik sampai posisiku semacam merangkak. Kutengokkan kepalaku ke balik serta kulihat sang mata besar kembali memasukkan penisnya ke vaginaku.
Tusukan- tusukan kembali kurasakan, kali ini lebih kilat serta dalam. Di depanku sang Acep berlutut memohon giliran merasakan mulutku. Akupun membuka mulut mempersilakan batang itu memasukinya. Kuemut barang itu tanpa menghiraukan lagi baunya, tidak sangat besar tetapi lumayan keras, namanya pula benda ABG. Saya melirik ke atas memandang anak itu merem- melek menikmati kulumanku, lucu pula reaksinya yang amatiran itu.
“ Gimana Cep, asik ga diemot kontolnya?”
“ Sang Acep udah gede euy!”
Celoteh- celoteh yang diperuntukan pada sang Acep seperti itu yang pernah kudengar waktu itu. Sembari terus mengoral Acep, akupun senantiasa menggoyang pantatku menjajaki genjotan sang mata besar, terus cerah rasanya lezat sekali semacam diaduk- aduk. Payudaraku yang menggelayut lagi dipegang- pegang sang gondrong yang lagi mengistirahatkan penisnya. Tangan kananku menggenggam penis sang Gungun serta mengocoknya pelan.
“ Pelan- pelan aja kocoknya Neng, ga pengen cepet- cepet ngecrot sih!” demikian katanya.
Padat jadwal sekali saya jadinya serta hawa sekitarku serasa kian panas sebab dikerubuti 4 orang ini, mana tubuhnya cukup bau lagi. Cuma birahi yang meninggilah yang mengalihkanku dari seluruh itu.
Dekat 5 belas menit menggenjotku, sang mata besar kayaknya ingin keluar, nampak dari sodokannya yang kian kilat.
“ Annjjiiinngg…aaahhh!” lenguhnya panjang diiringi semprotan spermanya di dalam vaginaku yang tidak dapat kutolak.
Sialan pula nih orang pikirku, sembarangan main buang di dalam, ga memohon ijin ataupun omong dahulu kek sementara itu gak pake kondom, untung waktu itu saya tidak dalam masa produktif, kalo iya kan amit- amit wajib berbadan dua sama orang- orang ginian. Begitu penisnya lepas, saya merasa cairan hangat meleleh membasahi paha atasku.
Gungun langsung mengambil alih letaknya menusukkan penisnya padaku seakan bisa membaca apa yang terdapat dalam hati kecilku yang masih mau digenjot sebab belum menggapai klimaks alias tanggung. Sang Acep yang masih kuoral nampaknya kian menikmati saja, tanpa sadar ia memaju- mundurkan pinggulnya seolah lagi menyetubuhi mulutku. Ia menghasilkan spermanya dalam mulutku dikala Gungun menggenjotku dengan ganasnya sehingga saya tidak dapat konsentrasi mengisap penis itu, hingga cairan itupun meleleh sebagian di pinggir bibirku.
Sehabis Acep melepas penisnya yang sudah kubersihkan dari mulutku, lengan Gungun mengangkut dadaku sehingga saat ini saya berlutut, Gungun tidak menyudahi menggenjotku sembari menopang tubuhku dengan lengannya yang melingkari perutku. Sang mata besar sembari mengistirahatkan senjatanya menggerayangi payudaraku yang membusung dalam posisi itu.
Sang gondrong memintaku kembali mengoral penisnya yang telah mulai bangkit lagi, kayaknya ia suka dengan pelayanan mulutku. Kugenggam penisnya yang disodorkan padaku, ih…masih lengket- lengket sisa spermanya tadi, sedikit jijik saya dibuatnya tetapi pula tidak kuasa menolaknya. Dan merta kumasukkan barang itu kemulutku, kujilati sisa- sisa spermanya sampai bersih. Di dalam mulutku barang itu terus menjadi membeku serta bergetar.
“ Pelan- pelan aja Neng, buat persiapan ngejos di dasar nanti!” katanya.
Tidak lama setelah itu tubuhku kembali mengejang, semacam terdapat yang ingin meledak di dasar situ. Saya melepas kulumanku buat membebaskan desahan yang tidak dapat kutahan lagi, lendirku juga kembali keluar bertepatan dengan tubuhku. Orgasme kali ini terasa lebih panjang, Gungun masih menggenjot hingga 2- 3 menit setelah itu sampai kesimpulannya diapun menghujam penisnya lebih dalam serta mempererat pelukannya.
Ia menggeram serta memuntahkan spermanya ke dalam vaginaku, hangat kurasakan di dalam situ. Kami break sebentar dekat 5 menitan. Dikala itu Gungun serta Acep memperkenalkan 2 orang itu kepadaku, yang gondrong namanya Amad serta yang matanya melotot itu namanya Ifud, memanglah benar keduanya merupakan sahabat mereka yang tinggal di pemukiman penduduk tidak jauh dari mari.
Gungun pula menceritakan gimana mereka dapat masuk mari. Nyatanya mereka iseng mengintipku waktu keluar dari kamar mandi tanpa busana tadi melalui lubang angin diatas pintu kamarku dengan mengenakan bangku besar. Sebelumnya sih cuma hanya ingin ngintip, tetapi tidak lama setelah itu waktu Amad serta Ifud ingin kembali mereka mau ngintip yang terakhir kali serta menemukanku sudah terlelap cuma dengan mengenakan celana dalam serta selimut yang tersingkap.
Suasana kost yang lagi hening serta nafsu setan mendesak mereka berencana memperkosaku. Hingga sehabis percaya saya betul- betul tidur, Gungun mencongkel cermin nako yang pas di sebelah pintu kemudian mencapai grendel sehingga mereka dapat masuk serta terjadilah semacam ini.
Saya sesungguhnya marah mendengar seluruh itu, lancang sekali mereka berbuat begitu, ini kan pemerkosaan namanya, tetapi ingin marah gimana pula toh saya menikmatinya, salahku pula berpakaian mencolok di depan mereka. Saya menatapi mereka satu- persatu yang memandangi badan telanjangku dengan tatapan jengkel sekalian berkeinginan. Tidak tau ingin omong apa deh, soalnya perasaanku betul- betul campur aduk sih.
“ Bentar yah, ingin mencuci muka dahulu” kataku sembari bangkit serta melangkahkan kakiku dengan gontai ke kamar mandi.
Di situ saya cuci mukaku dari cipratan mani supaya aroma yang menusuk itu lenyap. Keluar dari kamar mandi, kembali saya duduk di kasur dikelilingi mereka. Telah tanggung buat dihentikan, jadi kuikuti saja deh game mereka. Kali ini sang Acep yang masih hijau itu memohon diajari cipokan.
“ Boleh yah Neng, soalnya aku pengen ngerasain dicium wanita itu seperti apa sih, terlebih wanita cakep kaya Neng” pintanya, mukaku memerah sebab malu serta pula tersanjung hendak pujiannya.
“ Cium- cium- cium!” sahabatnya yang lain menyorakinya
“ Sssttt…jangan keras- keras dong, terdapat yang tau gimana!” kataku memperingatkan sehingga mereka kurangi volumenya.
Saya memejamkan mataku semacam kebiasaanku berciuman menunggu Acep menciumku, pertama- tama saya merasa bahuku dipegang kemudian menempellah bibirnya dengan bibirku. Metode ciumannya betul- betul amatiran, kaku serta membosankansekali, sehingga saya yang berinisiatif memainkan lidahku baru ia mulai dapat membalasnya, saya melingkarkan tangan memeluknya serta percumbuan kami kian panas.
Sepanjang percumbuan itu pula saya merasakan tangan- tangan lain berkeliaran di sekujur tubuhku, mengelusi punggung, paha, buah dada, dll. Tidak jelas siapa yang melaksanakan sebab saya memejamkan mata, yang jelas darahku mulai bergolak lagi sebab belaian ditambah kometar- komentar jorok mereka. Terdapat seorang memelukku dari balik serta menjilati leherku, oohh…benar- benar sensasional, demikian rasanya awal kali dikeroyok.
Lama pula saya berciuman sembari digerayangi, nafasku hingga naik- turun ga karuan karenanya. Sehabis itu sang Amad gondrong memohon jatahnya, ia tiduran telentang serta menyuruhku membenamkan penisnya pada vaginaku. Akupun naik ke atas penisnya, barang itu kugenggam serta kueluskan pada kemaluanku dahulu biar nafsu sang Amad mendidih. Setelah itu baru saya mulai menjebloskannya lambat- laun.
“ Ahhh…eeegghh!” desahku dikala memasukkan penis itu, saya memejamkan mata dengan bibir membuka.
Sehabis terasa mentok, akupun lama- lama menaik- turunkan tubuhku. Amad pula mendesah kenikmatan sebab penisnya dihimpit bilik vaginaku.
Gerak naik- turunku terus menjadi kilat sehingga payudaraku turut bergoncang- goncang. Dengan saya yang memegang kendali, sang Amad nampak kelabakan, ia mendesah- desah gak karuan. Nampak sekali pengalaman seksnya masih dibawahku. Ia julurkan tangannya mencapai buah dada kiriku, kayaknya ia gemas memandang payudaraku yang pula naik- turun itu.
2 orang yang lain duduk menyaksikan liveshow kami, Gungun lebih dahulu sudah turun ke dasar buat mengecek kondisi serta berjaga- jaga di pos jaga dekat gerbang. Tidak lama setelah itu sang Ifud mendekatiku serta berdiri di sebelah menyodorkan penisnya yang langsung kugenggam.

Jadilah saya bergaya woman on top sembari mengocoki penis Ifud. Amad, nyatanya bukanlah setangguh yang kukira, tampang boleh sangar kaya bandit, tetapi ia orgasme dalam waktu yang relatif pendek, isi penisnya tertumpah dalam vaginaku. Saya sangat bahagia ML di dikala safe semacam ini, leluasa dari rasa was- was walaupun pasanganku buang di dalam.
Tanpa malu- malu lagi, kupanggil sang Acep supaya menuntaskan birahiku. Saya duduk di kasur membuka kedua pahaku seolah mempersilakan anak itu menusuknya, saya wajib membimbing penisnya merambah vaginaku sebab ini awal kalinya untuk ia.
Sehabis kepalanya memencet bibir vaginaku, kusuruh ia mendesak pantatnya.
“ Ohhh…yess!” desahku kala penis perjaka itu menghujam ke dalam.
Berikutnya yang kurasakan merupakan gesekan- gesekan antara penisnya dengan bilik kemaluanku. Acep juga terus menjadi menikmati persetubuhan pertamanya itu dengan kian kilat menusuk- nusukkan penisnya sampai kesimpulannya kitapun orgasme bersama atas bimbinganku tentang mengendalikan tempo genjotan.
Sisa waktu dekat sejam lebih kedepan saya terus disetubuhi mereka baik secara bergilir ataupun barengan. Sampai kesimpulannya kami seluruh juga keletihan bersimbah peluh. Wajahku sekali lagi belepotan mani sebab salah seseorang membuangnya di situ kala orgasme.
Semenjak itu mereka kerap memintaku melaksanakan perihal yang sama lagi, paling utama Acep serta Gungun. Terkadang memintanya agak memforsir pula. Memanglah sih awal- awalnya saya lumayan menikmati, tetapi lambat- laun jengkel pula sebab mereka kian gak tau diri, misalnya sempat satu malam Gungun mengetuk pintu memohon jatah lagi, sehingga mengusik tidurku.
Saya hingga sempat marah serta mengecam hendak melapor ke owner kost sehingga mereka agak ngeper, paling utama sehabis Gungun keceplosan ngomong tentang itu ke pamannya yang menengoknya dari kampung, sehingga laki- laki paruh baya itu pula pernah memohon jatah padaku( jika pernah hendak kuceritakan pula).
Saya tidak mau perihal ini tercium kemana- mana, terlebih hingga‘ musibah’ gara- gara mereka, hingga kuputuskan sehabis sewaku habis bulan itu, saya pindah ke kost lain yang agak jauh dari tempat itu sampai dikala ini. Terkadang terbesit di benakku mau mengulangi lagi keroyokan semacam itu, tetapi ah…tidaklah, sangat berisiko besar terhadap gambaran serta kesehatan nantinya